Kaisar ingin memeluk Emerald. Dia tidak bisa menahan diri lebih lama. Jantung pria itu berdebar hanya karena melihat apa yang Emerald kerjakan. Wanita itu berdiri di sekitaran empat tempat tidur yang ada dalam ruangan. Dengan cekatan dia membereskan segala kekacauan di sana tanpa terasa canggung.
Rasanya sosok cantik yang berdiri di sana itu bukan hanya sekadar kekasih Kaisar. Ada perasaan kuat bahwa wanita bernama Emerald itu adalah ibu yang tepat untuk anak-anaknya.
Bagaimana Emerald yang pernah terjatuh dan bangkit lagi. Sosok yang tak pantang menyerah terutama pada orang yang dia cintai. Ditambah sifat keibuannya yang sangat sabar menghadapi tingkah anak-anak adalah kombinasi sempurna untuk Kaisar. Seolah pria itu sedang dipertontonkan masa depan hubungan mereka, bukan sebagai affair, tapi pasangan ibu dan ayah yang sempurna.
Perlahan Kaisar mendekat. Tanpa berbasa-basi dia langsung menyergap Emerald dan memeluk wanita itu dari belakang.
"Ya Tuhan!" Emerald memekik. Badannya berjingkat. "Kaisar, lepas nggak! Lepasin."
"Nggak mau," tolak Kaisar. Kepalanya disandarkan ke lengkungan leher Emerald. "Dari tadi kamu beresin kamar anak-anak itu bikin aku pengen peluk kamu tau nggak."
"Kok gitu? Otaknya lagi bermasalah ya, Pak? Perlu besok kita ke rumah sakit buat cek aja? Kali aja ada yang konslet syaraf-syaraf otaknya, makanya lihat orang lagi beres-beres jadi pengen peluk sembarangan," ejek Emerald yang hanya dibalas gelak tawa renyah Kaisar.
"Nggak peluk sembarang, tapi peluk masa depan alias peluk calon istriku." Kaisar hendak mencium Emerald, tapi wanita itu malah menjauhkan kepalanya.
"Najis, siapa yang mau nikah sama kamu?"
Kaisar mendelik. "Kok gitu? Emang kamu nggak mau nikah sama aku?"
Ekspresi terluka yang coba Kaisar tunjukan sama sekali tak membuat Emerald goyah. Bahkan wanita itu malah memasang wajah datarnya. Suaranya juga sedikit terdengar kasar saat berkata, "Kita baru memutuskan bersama itu kemarin ya, Kaisar. Jadi, bisa nggak pelan-pelan dulu? Kamu aja masih punya hubungan perjodohan sama Kyara. Lupa? Hidup buat hari ini aja, besok pikirin besok."
Seketika Kaisar memberengut. Ucapan Emerald ada benarnya. Mereka memang memutuskan untuk bersama-sama, menjalin hubungan.
Hanya saja karena banyaknya masalah di sekitar mereka, hubungan keduanya jadi tersimpan rapat. Tidak boleh ada yang tahu bagaimana Kaisar selalu ingin menyeret Emerald ke ranjang atau pikiran pria itu yang terus-menerus ingin melumat bibir asistennya itu. Belum lagi masalah Kyara. Pada akhirnya, wanitanya benar, mereka hanya bisa hidup untuk hari ini, bukan besok.
"Kadang aku mikir, seandainya aja kita ubah masa lalu mungkin sekarang aku nggak harus diem-diem berhubungan sama kamu." Kaisar kembali berbicara. "Aku juga nggak perlu takut nunjukin betapa aku bangga punya Emeraldku yang super keren ini."
Emerald mendesah napas panjang. Dengan kasar dia melepaskan pelukan Kaisar. Namun, wanita itu memilih berbalik menghadapnya. "Kamu tau nggak? Aku udah bosen sama kata seandainya. Kaisar, aku tau kamu lagi sedih karena kondisi hubungan kita yang ... nggak bisa ditunjukin ke orang-orang. Tapi, kamu sendiri yang bilang kita ini berjodoh, jadi kenapa kamu harus resah sama sekarang. Masa depan kan nggak pasti."
"Berarti kamu mau jadi ibu dari anak-anakku?"
Pertanyaan Kaisar membuat Emerald memelotot. "Kenapa nggak nyambung sih?"
"Ya kan kamu percaya kita jodoh. Kalau jodoh ya nikah, punya anak. Jadi ya, statusmu nanti bukan hanya istriku, tapi ibu dari anak-anakku."
"Ya Tuhan, aku nggak mau bahas ini lagi." Kedua tangan Emerald terangkat. Kepalanya menggeleng. "Kita–"
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG & BOSS (TAMAT)
RomanceHidup Kaisar-Kai mendadak kacau saat dibangunkan seorang wanita berisi di dalam kamarnya. Wanita itu memperkenalkan diri sebagai Emerald-Ema. Tanpa persetujuan Kai, Ema sekarang menjadi asisten pribadinya yang super ikut campur. Segala hal mengenai...