"Mulai hari ini, baju kerja kamu adalah baju zirah kamu. Ini bukan hanya buat ningkatin penampilan diri, tapi alat buat kamu dapetin banyak duit. Paham kan, Kaisar?"
Ucapan Emerald pagi ini terus berputar di kepala. Kata-katanya terdengar serius. Bahkan tatapannya tampak berapi-api saat membantu Kaisar mengikat dasi.
Saat itu Kaisar hanya iya-iya saja. Walaupun dia agak aneh saat minggu kemarin ada beberapa orang butik yang mengirimkan jas-jas terbaru dan terbaik mereka. Tidak ada lagi smartwatch, hanya koleksi jam tangan mewah minimal Rolex yang tersedia. Tidak ada lagi kemeja santai bermotif karena Emerald berkata, sebagai pria dewasa yang ingin menantang dunia, pakaian polos lebih menarik minat.
Bunyi pintu kantor yang terbuka keras seketika menyentak Kaisar. Refleks, dia mendongak. Emerald bergerak memasuki ruang kerjanya dengan nampan berisi kopi hitam, aktivitas biasanya.
"Selamat menikmati kopi pahit sepahit masa lalu Pak Bosku," ucap Emerald seraya menaruh cangkir kopi di sudut meja kerja Kaisar.
"Babe, I'm your boyfriend lho, bisa-bisanya ngatain masa laluku yang pahit." Kaisar mendengkus geli. "Be a good woman, Babe. Jangan lihat ke belakang terus, sekarang masa depanmu aku. Life's gonna be as sweet as mine."
Emerald berdecak pelan. "Oke, aku ulangin." Dia memaksa senyum lembut. "Selamat menikmati kopi pahit sepahit kehidupan saya, Pak Bos."
"No no." Kaisar menggeleng keras. "Jangan proyeksi kehidupan kamu yang pahit. Lagian Babe, emangnya selama kita pacaran hidup kamu kurang aku bikin manis apa sih? Kalau kurang sini sini aku pangku, aku bagi hal manis sama kamu."
Mata Emerald langsung memelotot. Penolakan tegas dia ucapkan, "Nggak. Kantor dan jam kerja, fokusnya kerja. Udah masalah prakata kopi nggak usah diperpanjang. Besok-besok aku datang cuma kasih kopi aja, nggak akan ngomong lagi."
"Jangan ngambek dong, Lemak Berjalanku."
Lagi-lagi Emerald memelotot. Sementara Kaisar ingin terbahak kencang. Senang rasanya menggoda kekasihnya itu dengan julukan menyebalkan yang pria itu ucapkan saat mereka masih dalam status bermusuhan.
"Jangan bilang gitu lagi."
Emerald hanya mengatakan itu, sebelum akhirnya dia keluar ruangan Kaisar begitu saja. Hati pria itu mendadak mencelos. Sepertinya dia memang salah bicara.
Baru saja Kaisar berdiri, siap untuk meminta maaf kepada Emerald, tahu-tahu saja wanitanya itu kembali. Kening pria itu berkerut. Tangan Emerald tak lagi memegang nampan, tapi sudah berganti dengan beberapa tumpuk map berkas.
"Apa ini?" tanya Kaisar begitu map-map itu berpindah ke tangannya. Dibukannya map paling atas, kerutan keningnya semakin bertambah. "Ini nama-nama pengusaha-pengusaha besar, kan?"
Emerald mengangguk cepat. "Bener. Lebih tepatnya calon investor potensial untuk perusahaan ini, Kaisar. Ada sembilan. Aku udah urutin dari yang paling prioritas sampai yang less priority."
"Oke," gumam Kaisar sekenanya. Dia mencoba untuk membaca-baca profil pria bernama David yang menjadi prioritas utama calon investor. "Aku paham kalau profil ini bakal singgung masalah perusahaan-perusahaannya, tapi kenapa aku harus peduli tentang keluarganya bahkan apa ini? Makanan dan minuman favoritnya?"
"Dengerin aku, Kaisar." Tahu-tahu saja Emerald bergerak mendekat. Kedua tangan wanita itu langsung menyentuh kedua sisi kepala kursi yang sejajar dengan kepala Kaisar. "Ada pelajar bisnis paling dasar yang harus aku kasih tau ke kamu. Bisnis kadang bukan lagi tentang seberapa untung atau menariknya proposal yang kamu miliki, tapi bisnis terkadang tentang koneksi dan bagaimana kamu bisa mendekati dia secara personal. Buat dia happy in person then ask whatever you want to them."
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG & BOSS (TAMAT)
RomansaHidup Kaisar-Kai mendadak kacau saat dibangunkan seorang wanita berisi di dalam kamarnya. Wanita itu memperkenalkan diri sebagai Emerald-Ema. Tanpa persetujuan Kai, Ema sekarang menjadi asisten pribadinya yang super ikut campur. Segala hal mengenai...