Chapter 29 : A New Status

3.2K 341 16
                                    

Sepertinya ada bara api yang membakar tubuh Kaisar. Saking kesalnya dia ingin makan orang. Namun karena tidak bisa, satu-satunya yang pria itu lakukan adalah menekan pedal gas mobil dalam-dalam. Apalagi jalanan tol siang ini lengang, dia bisa puas kebut-kebutan dengan Ferrari merah kesayangannya.

Sejak gagal berciuman dengan Emerald tadi, Kaisar sadar ada yang salah dengan asistennya itu. Jadi, begitu Emerald pergi, dia diam-diam mengikuti. Siapa sangka, dia malah menemukan Mario berdiri menunggu Emerald juga di depan toilet.

Rasa penasaran menjadikan Kaisar memilih mengikuti sambil menguping pembicaraan. Pria itu juga ikut masuk ke restoran. Bahkan dia duduk cukup dekat. Untungnya mereka yang makan di area bar tidak menyadari bahwa di area kursi ada dirinya.

Di dalam restoran itu Kaisar merasa dikhianati oleh Mario. Sekalipun sahabatnya itu tidak tahu perasaannya pada Emerald, tapi bukankah perasaan pria itu sudah sangat jelas. Dia juga pernah memberi peringatan pada Mario untuk tidak mendekati Emerald, lalu kenapa sekarang sahabatnya malah menyatakan cinta.

"Sialan!" Kaisar berteriak. Dipukulnya setir kemudi keras-keras.

"Sialan, sialan! Kaisar, pelan-pelan."

Teriakan Emerald menyentak Kaisar. Pria itu menoleh. Asistennya itu sudah memegang sebuah pegangan tangan di atas pintu mobil di sisinya. Tangannya yang lain menempel pada dashboard dengan kuat, seperti menahan agar tidak terdorong ke depan.

"Pelan-pelan aku bilang, Kaisar!" Sekali lagi Emerald berteriak. "Kalau kamu nggak mau kurangi kecepatan, jangan pernah bicara lagi sama aku. Aku serius!"

Ancaman Emerald berhasil. Perlahan Kaisar menaikan kaki kanannya. Kemudian, mengambil jalur kiri agar bisa lebih lambat.

"Kaisar, kamu kenapa sih?" Emerald tidak berteriak. Namun, intonasi suaranya tetap meninggi. "Tiba-tiba muncul di restoran terus seret-seret aku. Kamu mau bawa aku ke mana? Surga? Nggak makasih, pergi aja duluan."

Kaisar berdecak. "Aku juga nggak mau kalau ke surga beneran, kalau ke surga dunia bolehlah sama kamu. Bisa kok ini belok ke hotel terdekat."

Tiba-tiba saja Kaisar mendapat cubitan pelan di lengannya. Pria itu meringis. Bukan sakit, tapi kaget saja.

"Terus kamu ngapain kebut-kebutan? Ngapain juga kayak orang marah gitu? Aku salah apa?" Emerald terus mencerca Kaisar dengan pertanyaan. "Jawab, Kaisar!"

Untuk sesaat Kaisar menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya. Namun, pria itu hanya menjawab, "Kita cari tempat yang oke buat bicara."

Segera saja dia membelokan mobil menuju keluar gerbang tol. Untungnya dia ingat di sekitar area ini dia pernah menemukan taman kota. Tempatnya kecil dan biasanya ramai. Beruntungnya ini weekday, tengah hari pula, jadi tempat ini sepi. Mobil bahkan bisa terparkir manis di tempat sepi. Jadi, mereka punya ruang leluasa untuk bicara.

"Apa? Ngomong!" desak Emerald.

Kaisar memutar badannya. Sekarang dia dan Emerald sudah duduk saling berhadapan. "Kamu apa-apaan sama Mario? Makan siang berdua. Kencan kalian?"

Mata Emerald membulat. Napasnya mendadak memburu. Kaisar tahu wanita itu sedang marah, tapi entah mengapa terlihat cukup menarik di matanya. Seksi.

"Serius kamu tanya gitu?" Emerald mulai berbicara. "Nggak semua acara makan siang berdua dengan lawan jenis itu termasuk kencan ya, Kaisar. Dan kalaupun iya, aku rasa bukan urusan kamu."

Kali ini Kaisar ikut memelotot. "Tentu aja urusan aku juga, Emerald. You're mine!"

"Aku bukan barang dan aku bukan milik siapa pun selain diriku sendiri, Kaisar. Lagian kamu nggak inget apa kamu punya calon istri? Kamu nggak inget Papi kamu berharap kamu nikah sama calonmu sekarang? Kita itu nggak pernah ada masa depan! Nggak pernah. Bahkan Papi kamu sendiri bilang dengan tegas bahwa kita nggak akan bisa bersama."

BIG & BOSS (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang