Tamparan keras di pipi seketika menarik nyawa Kaisar kembali ke raga. Kedua matanya sontak terbuka lebar. Sebuah wajah mungil dengan senyum lebar langsung menjadi pemandangan pertama yang pria itu lihat.
"What the–"
"Kaisar."
Panggilan dengan suara lembut itu sukses menghentikan makian Kaisar. Refleks, dia menoleh ke arah lainnya. Sebuah senyuman lain pria itu dapatkan. Kali ini dari sosok yang senyumnya selalu menjadi favorit saking jarangnya dilakukan, Emerald.
"Morning, Emerald," balas Kaisar. Senyum pria itu ikut mengembang. Kemudian, dia malu-malu berkata. "Kayak abis dibangunin sama istri dan anak aja."
Emerald mendengkus keras. Gelengan wanita itu cukup membuat Kaisar sedih. Pagi-pagi sudah ditampar kenyataan bahwa sekalipun dia suka dengan Emerald, tapi asistennya itu tidak mau punya hubungan romansa apalagi sampai menikah.
"Tadi Ucup lewat depan kamar kamu, jadi sekalian aja aku suruh bangunin kamu," terang Emerald seraya meraih Ucup ke dalam pelukannya. "Ini pakaian ganti buat kamu, Kaisar. Bajunya Raknan, kurasa cukup harusnya. Tapi kalau nggak maaf ya, di sini nggak ada baju cowok dewasa lagi soalnya dan aku juga nggak sempet beli keluar. Oya, kalau mau mandi, kamar mandinya ada di ujung lorong. Kurasa kamu tahu tempatnya."
Kaisar mengangguk lambat-lambat. Diraihnya kaus hitam dan celana training yang Emerald taruh di nakas sebelah.
Saat Kaisar akan beranjak dari kasur tingkat, tiba-tiba saja Emerald menahannya. Wanita itu kembali keluar bersama Ucup. Hanya selang beberapa menit, dia kembali dan kali ini ada handuk dan sebuah keranjang kecil yang ditenteng. Di sana terlihat pasta gigi, sikat gigi, botol sabun, dan peralatan mandi lainnya.
"Peralatan mandi." Emerald menyodorkan keranjang dan handuk itu pada Kaisar. "Di sini tiap orang punya peralatan mandi sendiri, jadi kamar mandi kosong."
"Oke. Thanks."
Setelah mengatakan itu Kaisar bergerak lambat ke kamar mandi. Baru kali ini dia menuju kamar mandi dengan menenteng banyak hal. Biasanya hanya bawa badan, jebar-jebur, dan selesai.
Namun, lebih aneh lagi saat Emerald terlihat mengekori. Kaisar tersenyum miring. Antara lucu dan juga tidak wajar.
"Kamu ... ngapain ngikut?" tanya Kaisar. Tangannya sudah memegang gagang pintu siap untuk masuk kamar mandi.
"Kalau ada apa-apa aku di luar."
Kaisar mendengkus geli. "Emerald, aku cuma mandi, bukannya ke medan perang."
"Tahu, tahu." Emerald meringis. "Tapi ini pertama kali kamu mandi kayak gini, kan? Dan pake gayung."
Kaisar mengangguk kaku.
"Aku takut kamu nggak biasa dan butuh bantuan."
"Nggak, nggak akan," jawab Kaisar dengan pede. "Cuma mandi doang. Emang ada masalah apa."
Dengan segera Kaisar membuka pintu dan memasuki kamar mandi. Seketika dia mendesah memperhatikan seisi ruangan. Tempat ini kecil, seperdelapan kamar tidurnya di rumah saja tidak. Hanya ada satu bak mandi tinggi kira-kira satu meteran berisi air penuh. Sebuah gayung berbentuk hati dan kloset jongkok.
Kaisar meringis. Sebenarnya dia agak mules, tapi karena merasa tidak nyaman dengan bentuk kloset-nya, jadi memilih untuk menahannya saja sampai rumah sore ini. Sebenarnya semuanya baik-baik saja. Satu permasalahannya, tempat ini agak tidak sedap baunya.
"Udahlah. Nanti dikasih sabun juga udah wangi lagi."
Ditaruhnya keranjang perlatan mandi di pinggir bak–satu-satunya tempat yang agak tinggi dan bisa ditaruh barang-barang. Kemudian, melepaskan kaus atasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG & BOSS (TAMAT)
RomanceHidup Kaisar-Kai mendadak kacau saat dibangunkan seorang wanita berisi di dalam kamarnya. Wanita itu memperkenalkan diri sebagai Emerald-Ema. Tanpa persetujuan Kai, Ema sekarang menjadi asisten pribadinya yang super ikut campur. Segala hal mengenai...