Chapter 43 : Flying Back Home

2.7K 347 12
                                    

Rasanya Kaisar ingin membakar kamar hotelnya. Ini tidak benar, sangat salah. Panggilannya kepada Emerald tiba-tiba terputus begitu wanitanya mengucapkan selamat tinggal. Bukan itu saja, saat akan dihubungi lagi sudah tidak bisa dan pesan instan mendadak hanya centang satu dengan foto profil Emerald yang hilang.

"Gue diblokir?" Nada suara Kaisar meninggi. Pegangannya pada ponsel mengetat. "EMERALD!"

Tanpa sadar Kaisar terduduk di pinggir ranjang. Napasnya memburu. Tatapan penuh kemarahannya tertuju lurus pada televisi yang menyala.

Kepala Kaisar mendadak berisikan banyak sekali pertanyaan. Salah satu pertanyaannya tentu saja, kenapa Emerald tiba-tiba memutuskannya di saat pria itu sedang berusaha keras di Paris?

Harus Kaisar akui, diskusi pertamanya dengan Mahesa tidak berjalan mulus. Dua pilihan itu sama-sama sulit. Logika saja, dia tidak mungkin hidup dengan Emerald tanpa uang. Cinta tidak membuat kenyang. Namun di sisi lain, dia tidak mungkin bertahan lama hidup bergelimang harta karena selama ini seluruh pekerjaannya Emerald yang mengurus.

Seketika Kaisar tersentak saat sosok Mahesa muncul dalam benaknya. Selama ini orang yang dekat dengan Emerald hanyalah Papinya. Wanitanya itu juga sangat menuruti Mahesa apa pun itu. Bisa saja semua ini perintah Mahesa tidak ada yang lain.

Dengan gegas Kaisar bergerak menuju kamar Mahesa yang berada di lantai teratas hotel. Berbeda dengannya yang hanya kamar suit kecil dan sempit, orang tua dan adiknya itu memesan kamar paling mahal dengan ruang tamu serta teras. Setidaknya Papinya itu masih cukup baik memberikannya kartu akses ke kamar mereka walau tidak boleh ikut tinggal di sana.

Begitu lift terbuka di lantai tertinggi, Kaisar mendapati sebuah lorong panjang yang menghubungkannya dengan sebuah pintu. Segera saja dia mendekat dan mengendornya keras.

"Father, Father, open the door!"

Kurang dari semenit kemudian pintu terbuka, tentu bukan Mahesa, tapi Ratu. Adiknya itu cemberut. "Apaan sih bikin ribut?"

"Where is Father?"

"Ruang kerjanya. Kena–"

Kaisar tak memedulikan pertanyaan Ratu setelahnya karena dia sudah bergerak menuju sebuah ruangan, di mana tempat itu difungsikan sebagai kantor. Ketika pintu dibuka benar saja Mahesa di sana. Dia duduk dengan santai sambil menyesap teh.

"Ngapain kamu datang, Kai? Hari ini kan kita sepakat mau kemas-kemas karena nanti malam mau berangkat ke Inggris," ucap Mahesa.

"Papi ngapain Emerald?" todong Kaisar yang membuat Mahesa berkerut. "Papi ngapain Emerald sampai dia mutusin aku dan blokir semua kontakku?"

Mahesa tersenyum kecil. "Kai, kamu kan udah pilih untuk tetap tinggal sama kita, kenapa kamu pusingin Emerald yang putusin kamu?"

Mata Kaisar membulat. Ucapan Mahesa cukup menusuknya. Ternyata caranya untuk tetap tinggal dan bernegosiasi malah dianggap pilihan untuk tetap tinggal bagi Ayahnya.

"Aku nggak pilih untuk stay sama kalian, Father!" ucap Kaisar penuh penekanan. "Aku cuma lagi berusaha negosiasi buat nggak usah pilih. Aku mau semua."

Terdengar decakan pelan Mahesa. Pria itu menyesap kembali tehnya. Sebelum kemudian, menyandarkan diri di kepala kursi sambil menatap Kaisar dengan ekspresi mengejek.

"Nak, di dunia ini kita nggak bisa pilih semua hal untuk jadi milik kita. Semua itu tentang pilihan dan semua pilihan itu punya baik dan buruknya. Papi rasa Ema juga melakukan hal yang sama, dia punya pilihan dan dia mengambil pilihannya, Kaisar."

Napas Kaisar tertahan selama beberapa detik, sebelum kemudian mengembuskannya kuat-kuat. Sekarang dia paham situasi dan juga keputusannya.

"Oke." Kaisar manggut-manggut. "Papi mau aku bikin keputusan, kan?"

BIG & BOSS (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang