COMPLEMENT - 1

30.7K 1.4K 25
                                    

Zea baru saja menyelesaikan syutingnya di acara talk show yang disiarkan secara langsung siang ini. Dirinya diundang karena lagu barunya yang tengah viral di salah satu aplikasi yang sedang digandrungi masyarakat di semua usia itu.

Mengambil hair claw dari dalam tasnya, Zea menjepit sebagian rambutnya. Tiba-tiba saja disodorkan paper bag bertuliskan sebuah nama restoran di meja tempatnya merias wajah. Pandangannya ia alihkan ke orang yang meletakkan, "dari siapa?" tanyanya.

"Siapa lagi emang? Biasalah babe. Si doi lagi libur tugas katanya," jawab lelaki kemayu yang saat ini sedang membereskan peralatan merias wajah sang artis.

Zea menghembuskan pendek napasnya, "itu orang masih aja usaha. Lo kasih tahu kalau gue di sini, ya?" tanyanya penuh selidik yang dibalas gelengan oleh sang manajer.

"Doi cuma WhatsApp kasih tahu kalau dia kirim makan siang." Beritahu Andhis dengan memperlihatkan layar ponsel yang menampilkan roomchatnya dengan Daffa.

"Nomornya gue blokir dari seminggu yang lalu."

"Oh, jadi itu alasannya Tuan Notonegoro ngundang lo dinner besok? Beliau kalau ngajakin lo ketemu pasti karena lo bikin ulah."

"Gue udah booking hotel di Ubud," ucapnya dengan senyuman paling manis.

Andhis melebarkan kedua matanya. Lelaki itu langsung bangkit dari duduknya dan berkacak pinggang, "sinting! Lo mau bunuh gue apa gimana? Gue mohon Zee, batalin sekarang juga! Gue nggak sanggup harus dengerin ceramah kakek lo ya. Mana HP lo?! Siniin tas lo!" Dan mereka berdua berakhir dengan saling berebut tas tangan milik Zea.

Zea dengan gesit berlari keluar dari ruang make up untuk menghindar dari amukan sang manajer. Seperti anak kecil yang berebut mainan, mereka berdua main kejar-kejaran. Tidak peduli dengan orang-orang yang ditabraknya. Setidaknya ia sempat mengucap kata maaf walaupun tidak mengganti minuman milik crew TV yang tumpah karena ulahnya. Dia yakin Andhis pasti nanti akan bertanggung jawab akan apa yang telah ia perbuat. Zea sangat bersyukur memiliki manajer bertubuh gemoy seperti Andhis. Hal tersebut membuatnya selalu bisa kabur dengan mudah dari kejaran Andhis sebab lelaki itu tak akan kuat mengejarnya. Walaupun olahraganya sekarang ini hanya yoga saja tapi, dulu semasa masih duduk di bangku sekolah ia selalu menjadi yang pertama di antara teman sekelasnya ketika sedang ujian praktik sprint.

Setelah berhasil keluar dari bangunan delapan lantai itu, tepat sekali ada taksi yang baru saja menurunkan penumpangnya. Dalam batinnya ia sangat bersyukur karena Tuhan memang selalu ada dalam jalannya. Tanpa ba-bi-bu Zea langsung masuk ke dalam mobil berwarna biru muda itu, "bandara ya Pak," ucapnya pada sang sopir.

Tiba di lobi, Andhis melihat Zea yang melambaikan tangan dari dalam taksi, "asu!" ucapnya dengan kedua tangan meremas rambutnya frustasi.






***







"Yuhuuu... Tawangmangu I'm coming!"

Iya, Zea berbohong pada manajernya itu agar tempat kaburnya kali ini tidak bisa ditemukan lagi. Aksi kaburnya sebelum ini pernah gagal karena ia dijemput paksa oleh kedua orang tuanya. Memang ember sekali mulut Dhisa alias Andhis si cowok gemulai itu.

Aksi kaburnya kali ini sudah sangat matang persiapannya. Dia memesan tiket pesawat serta hotel dari ponsel seorang pegawai kafe yang didatanginya sore kemarin lusa lalu menggantinya dengan uang tunai. Dia tahu pasti papinya akan melacak keberadaannya melalui transaksi keuangan yang ia lakukan. Karena itu Zea tidak akan melakukan transaksi menggunakan e-money.

Dan sejujurnya pilihan tempat untuknya kabur kali ini dipilih secara random karena sewaktu di parkiran kafe Zea tidak sengaja mendengar pembicaraan kedua pemuda tentang liburannya di Tawangmangu.

COMPLEMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang