COMPLEMENT - 44

13.2K 907 11
                                    

Haloo👋👋

Happy Reading 😊

Jangan lupa vote dan komentarnya yaa 🌟❣️

.

.

.





Zea baru saja terbangun dari tidurnya. Setelah berdiam beberapa menit untuk mengumpulkan kesadaran, gadis itu berguling ke kanan untuk mengambil ponselnya yang berada di atas nakas. Saat meraba nakas, Zea mendapati sticky note yang tertempel di sana.

Aku kerja dulu.
Kamu jangan keluar rumah itu. Di luar banyak pekerja proyek.
Kalau butuh apa-apa bisa hubungi Fredy.
-Arash

"Kenapa juga kalau ada orang proyek? Memang mereka mau makan gue?" monolognya. Zea kembali teringat pembicaraan mereka pagi tadi. Sesungguhnya gadis itu juga tidak yakin akan apa yang dia putuskan. Namun nasi sudah menjadi bubur. Bisa dipastikan jika Arash tidak akan mau lagi menerima penolakan Zea seperti sebelum-sebelumnya.

"Kalau aku akan terima semua kekurangan kamu, apa kamu bersedia jadi teman hidupku untuk selamanya?"

Zea hanya diam tidak berani menjawab pertanyaan balik yang diajukan oleh Arash. Dirinya pun mengalihkan pandangan sejenak dari tatapan Arash hingga pria itu meraih kedua tangannya. "Ayah sudah menceritakan semua apa yang kalian bicarakan di IGD waktu itu," ungkap Arash yang membuat Zea langsung kembali menatapnya. "Tujuan utamaku ingin kita menikah bukan untuk itu. Selain itu aku juga yakin kalau trauma kamu akan terobati seiring berjalannya waktu," lanjutnya yang langsung disela oleh Zea. "Kalau enggak bisa gimana? Aku tahu itu kebutuhan utama lo sebagai laki-laki." Arash menggelengkan kepalanya. "Tujuan utamaku ingin menikahimu karena aku ingin kita hidup bersama, Arunda. Aku ingin kita menjalani kehidupan ini sama-sama dengan restu dan cara yang benar. Percaya padaku, dan yakinkan diri kamu kalau memang trauma kamu itu bisa terobati. Kita bisa cari dokter untuk bantu melalui proses itu, Arunda."

"Apa yang membuat lo yakin sekali trauma itu akan bisa hilang?"

"Karena aku tahu kamu perempuan yang tangguh. Kamu perempuan yang enggak mudah menyerah. Buktinya kamu bisa memperjuangkan apa yang kamu cita-citakan hingga jadi diva Indonesia yang memiliki banyak prestasi seperti sekarang. Aku tahu banyak keluargamu yang tidak merestui jika kamu menjadi seorang penyanyi. Tapi sekarang lihat, kamu bisa meraih itu semua karena kegigihan dan usaha kamu. Oleh sebab itu aku sangat yakin Arunda kalau traumamu akan hilang jika kamu terus berusaha untuk itu."

Hening melingkupi keduanya. Pikiran Zea penuh dengan pertimbangan ini dan itu, apa saja yang kemungkinan akan terjadi jika memutuskan untuk percaya dengan penjelasan Arash. Apa mungkin dengan menikah dan hidup berdua dengan Arash bisa menjadi jalan untuk mengobati traumanya?

Lain dengan Zea, Arash masih terus mengharap agar perempuan di depannya itu mau menerima lamaran yang sudah berulang kali diajukannya. Tangannya yang semula menggenggam tangan Zea kini perlahan beralih meraih dagu perempuan yang tertunduk itu. Menarik perlahan agar pandangan mereka kembali bertemu. Kemudian telapak tangan yang besar itu dengan lembut mengelus pipi mulus si penyanyi. "Roseta Zea Arundati Notonegoro, tanpa bosan aku akan terus mengulang pertanyaan ini ke kamu. Maukah kamu menikah denganku?"

Hening. Lagi-lagi tidak ada kata yang keluar dari bibir Zea untuk menjawab pertanyaan Arash. Perempuan itu hanya diam dengan ekspresi datar serta pandangan yang lekat menatap lawan bicaranya. Mendapati respons seperti itu, Arash menghela napasnya dan tersenyum tipis. Entah yang ke berapa kalinya pria itu tidak mendapatkan kepastian jawaban dari Zea. Ketika Arash akan menarik tangan kanannya, pria itu merasakan pergerakan samar dari kepala si penyanyi. Zea mengangguk. Arash yakin itu.

COMPLEMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang