COMPLEMENT - 32

9.4K 830 10
                                    

Haloo👋👋

Aku udah update lagi nih🤗

Happy Reading 😊

Jangan lupa vote dan komentarnya yaa🌟❣️



.

.

.





Ketika sampai di kawasan apartemen siang tadi, Arash bertanya dulu pada Zea apakah dia ingin pulang ke unitnya sendiri atau ke penthouse yang dibelikan oleh Arash. Berhubung hampir seluruh barangnya sudah dikemas rapi dalam kardus, Zea memilih untuk pulang ke penthouse. Dan hal tersebut membuat pria yang saat ini sudah siap untuk tidur itu tersenyum bahagia.

Zea sebal juga sebenarnya. Arash memberikan penthouse tersebut untuknya tapi, pria itu selalu menginap seenaknya di sana. Entah kebetulan atau memang disengaja, satu kamar yang lainnya belum memiliki furniture apa pun. Di dalamnya masih kosong. Dengan uang Arash yang sebegitu banyaknya Zea rasa pria itu sengaja tidak mengisi ruangan tersebut agar dia bisa tidur seranjang dengan Zea. Gadis itu tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi keluarganya kalau sampai tahu Zea berani kumpul kebo begini.

"Kamu anggap saya kebo, Arunda?"

Zea menyipitkan mata heran mendengar pertanyaan tiba-tiba Arash.

"Saya tadi dengar kamu menggumam kumpul kebo begitu."

Zea pikir tadi dirinya hanya mengatakan dalam hati. Ternyata kata itu juga keluar dari mulutnya.

"Iya, elo kaya kebo," balas Zea dengan nada yang selalu judes setiap bicara dengan Arash.

Zea menyerahkan telapak tangan kanannya, "nih, tangan gue. Udah cepet merem sana!"

"Boleh nggak kalau kamu elus rambut saya begini?" Arash menuntun tangan Zea untuk diletakkan di atas kepalanya.

"Makin ngelunjak ya?!" bentak Zea menarik tangannya.

"Saya 'kan hanya bertanya, Arunda." Arash kembali meraih tangan Zea untuk digenggamnya.

Zea merasakan suhu tubuh Arash lebih hangat dari biasanya. Gadis itu melirik Arash sekilas. Pria tersebut sudah memejamkan matanya. Dari tingkah lakunya tidak terlihat kalau dia sedang tidak enak badan. Awalnya Zea ingin memastikan dengan menyentuh dahinya. Namun, niat itu ia batalkan. Ngapain juga dia harus peduli dengan pria pemaksa itu? Tapi, tadi Arash lumayan lama menggunakan pakaian yang basah kuyup tersebut karena kemacetan di jalan. Jarak dari danau dan penthouse-nya lumayan jauh, ditambah lagi dengan adanya demo para buruh membuat jalanan padat di siang hati. Apa mungkin pria itu jadi masuk angin karena hal tersebut?

Zea geleng-geleng kepala. Menghiraukan pikiran yang tiba-tiba saja muncul di sana. Lebih baik dirinya ikut tidur saja. Lihatlah sekarang si keong racun yang sudah diterima kehadirannya oleh Zea itu sudah masuk ke alam mimpinya.

***

Tidur Zea terusik. Tubuhnya merasakan ada getaran. Gadis itu mengucek kedua matanya agar bisa terbuka dengan sempurna. "Arash, ada gempa ya?" gumamnya bertanya dengan nada serak khas orang bangun tidur.

Gadis itu segera bangun karena takut benar terjadi gempa.

"Arash!" teriak Zea panik melihat Arash yang menggigil hebat. Kesadaran Zea langsung sepenuhnya terisi melihat kondisi Arash. Gadis itu menyentuhkan tangannya pada dahi Arash. Dan betapa kagetnya Zea mendapati suhu tubuh Arash yang sangat tinggi. Kemungkinan kalau dicek menggunakan termometer bisa 39°.

COMPLEMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang