COMPLEMENT - 34

9.7K 817 24
                                    

Haloo👋👋

Happy Reading 😊

Jangan lupa vote dan komentarnya yaa 🌟❣️

.

.

.







Arash tidak pernah menata belanjaan di rumahnya. Dan sekarang dia harus menata itu semua atas suruhan gadis yang ingin ia jadikan istrinya. Zea memberinya perintah untuk menyimpan bahan makanan dan buah-buahan ke dalam kulkas. Barang belanjaan miliknya dan Zea untuk kebutuhan di penthouse tersebut sangat banyak karena memang sebelum itu di sana hanya ada furniture dan beberapa pakaiannya.

Selesai dengan penataan semua hasil belanjaan Fredy dan Andhis siang tadi, Zea bertanya pada Arash menu makan malam apa yang diinginkan oleh pria tersebut. Sebab, Zea akan memesan makanan untuk dirinya.

Arash menawarkan untuk memasak hidangan makan malam untuk mereka. Awalnya Zea skeptis. Tidak percaya orang seperti Arash bisa memasak. Pria itu menyuruhnya untuk mandi sedang dia memasak sup ayam. Katanya itu resep andalan yang tidak mengecewakan lidah orang yang menyantapnya. Zea ingin menolak tawaran Arash. Namun, pria itu terus meyakinkannya. Akhirnya Zea pun mengiyakan. Dan surprisingly, sup buatan Arash memang enak. Cocok di lidah Zea. Kata Arash itu resep dari Buk Timah—orang yang bekerja di rumahnya. Pria itu sedikit bercerita, selama menempuh pendidikan di London dirinya sering memasak sup ayam.

"Biar gue yang cuci," ujar Zea ketika Arash hendak mengambil piring miliknya. Zea berinisiatif untuk mencucikan piring. Sebab, Arash sudah menyiapkan makan malam yang tidak mengecewakan untuk mereka.

Alih-alih meninggalkan Zea untuk mencuci piring sendiri, Arash justru mengikuti gadis yang membawa piring mereka ke sink. Zea menoleh ke belakang. "Saya bantu keringkan," kata Arash melihat Zea yang menatap dirinya.

Zea bolak-balik berdeham karena Arash yang kelewat nempel berdiri di sebelahnya. Gadis itu tidak nyaman dengan posisinya. Bukannya paham akan maksud Zea. Arash justru bertanya, "tenggorokan kamu sakit? Perlu periksa? Atau mau saya belikan obat?"

Zea memutar kedua bola matanya. "Bisa geser nggak?"




***




Zea kembali menata barang pribadi miliknya di walking closet yang ada di kamar utama penthouse tersebut. Sebelumnya sudah ada beberapa pasang pakaian Arash di sana. Setelah menata pakaian miliknya siang tadi, sekarang Zea menata tas dan sepatu yang dia bawa dari unitnya. Sedangkan Arash tadi pamit untuk pulang ke rumahnya karena ada berkas yang harus diambil. Pria itu bilang jika akan kembali dengan cepat padahal Zea sama sekali tidak menanggapi ucapan pamitnya. Zea tidak peduli mau pria itu balik ke sini lagi atau enggak. Yang dia lakukan saat ini hanya mencoba menerima Arash di sekitarnya. Dengan apa yang dilakukan oleh pria itu Zea bodo amat.

Bagian bawah storage yang ada di depannya sudah Zea isi dengan beberapa sepatu dan heels miliknya. Masih ada dua tas koleksinya yang belum mendapat tempat. Tersisa tempat di bagian atas yang sulit untuk dia jangkau. Gadis itu mengedarkan pandangan mencari kursi atau apapun yang bisa ia naiki. Namun, nihil.

Zea berjinjit dengan kedua tangan yang memegang tas ke atas. Tas itu tiba-tiba saja lepas dari tangannya ketika tubuhnya terangkat ke atas. Sungguh, Zea sangat membenci respons tubuhnya yang selalu terlintas ingatan kejadian malam itu ketika ada tangan besar yang menyentuhnya.



***




Arash masuk ke dalam kamar setelah menyimpan berkas yang dia ambil ke dalam ruang kerjanya yang ada di lantai bawah. Pria itu mencari keberadaan Zea. Gadis tersebut tidak ada di kamar. Dilihatnya pintu kamar mandi terbuka yang mengartikan jika Zea tidak ada di sana. Arssh kemudian memasuki area walking closet karena kemungkinan besar gadis itu ads di sana. Dan benar dugaannya. Dia melihat Zea yang kesusahan menyimpan tasnya.

COMPLEMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang