COMPLEMENT - 6

23.9K 1.4K 10
                                    

Happy Reading 😊

Jangan lupa vote dan komentarnya yaa

.

.

.

Zea sangat bersyukur karena hal-hal buruk yang ada dalam pikirannya tidak terjadi. Gadis itu keluar dari salah satu kamar termahal yang ada di hotel itu dengan perasaan lega. Pekerjaan ini bisa dilaluinya dengan mudah. Beruntungnya ia karena pria yang kelelahan itu sudah lebih dulu terlelap. Dia bukanlah wanita sewaan. Sesuai dengan profesi utamanya, dia hanya bernyanyi untuk pria itu. Anggap saja jika dirinya dibayar untuk bernyanyi secara privat.

Ketukan heels milik gadis yang keluar dari kamar Arash membangunkan Fredy dari rebahannya. "Apa Pak Arash yang menyuruhmu keluar?" tanya Fredy yang menghentikan langkah kaki Zea.

"Gimana mau nyuruh saya keluar? Atasan kamu udah pelor tuh."

"Maksud kamu Pak Arash tidur?" tanya Fredy lagi.

"Hem. Oh, iya HP saya mana? Saya udah boleh balik 'kan?"

"Tunggu di sini! Saya akan memastikan apakah Pak Arash benar sudah tidur? Kamu tidak memberinya obat tidur 'kan?" tanya Fredy yang curiga pada Zea.

Zea berdecak sebal dan menggumam pelan yang nyatanya masih bisa didengar oleh Fredy, "ck, emang gue bawa obat tidur? 'Kan lo juga udah cek tas gue isinya apa aja."

Tak butuh waktu lama untuk Fredy kembali menghampiri Zea. Dirinya kembali dengan tangan yang membawa sebuah cek kosong dengan tanda tangan atasannya. Sesuai dengan perintah Arash, Fredy memberikan cek itu pada Zea dan membebaskannya untuk menulis berapa nominal uang yang ia mau. Namun, cek itu ditolak oleh Zea. Untuk saat ini dirinya membutuhkan uang tunai yang kalau bisa langsung dapat digenggamnya malam ini.

"Saya maunya uang tunai sekarang juga," ungkap Zea dengan jujur dan tegas tidak mau dibantah.

"Kamu pikir saya mesin ATM yang punya uang tunai sebanyak itu?" Zea menuliskan nominal seratus juta Rupiah dan mobil Mercedes Benz SL-Class—mobil sport yang sudah lama ingin ia miliki namun tidak kunjung dibelikan oleh papinya. Tadi Fredy mengatakan jika Zea boleh menuliskan berapapun uang yang ia inginkan. Dan sekalian saja dara cantik itu mencoba peruntungan meminta kendaraan untuknya karena setelah kembali ke Jakarta nanti dirinya tidak akan pulang ke rumah. Jadi, dirinya sangat butuh kendaraan untuk mobilisasi.

"Kalau kamu sangat membutuhkan uang itu sekarang, saya akan transfer. Tuliskan nomor rekening kamu!" lanjut Fredy dengan menyerahkan ponselnya pada Zea.

Zea menghembuskan pendek napasnya, "masalahnya saya tidak bisa melakukan transaksi keuangan secara cashless. Akses keuangan saya semua diblokir. Maka dari itu saya minta uang tunai."

"Atasan saya tidak membawa uang tunai sebanyak itu. Kalau kamu sabar menunggu, besok akan saya berikan uang itu."

Zea menggelengkan kepalanya, "nggak bisa. Saya butuhnya sekarang karena saya akan pindah hotel malam ini juga."

Zea menjentikkan jarinya. Muncul ide cemerlang yang bisa jadi solusi untuk masalah perdanaan ini, "gimana kalau uangnya diganti dengan kartu yang kamu miliki?" ungkap Zea memberi penawaran.

Tanpa memprotes lelaki itu langsung merogoh saku celana bahan yang digunakannya untuk mengambil dompet. Melihat lelaki itu membuka dompetnya membuat Zea tersenyum semringah. Lelaki itu mengeluarkan salah satu kartu lalu memberikannya pada Zea.

Zea tidak menerima kartunya, "saya nggak mau kartu kredit. Nanti baru saya gunakan sekali jangan-jangan udah limit lagi."

"Terus kamu maunya kartu apa?" Fredy menghela napasnya. Jujur saja dia agak kesal menghadapi perempuan banyak maunya seperti Zea.

COMPLEMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang