Haloo👋👋
Happy Reading 😊
Jangan lupa vote dan komentarnya yaa 🌟❣️
.
.
.
Fredy yang masih berdiri di samping Arash hendak mengeluarkan berkas yang sudah lama disimpan oleh atasannya. Menunggu waktu yang tepat untuk diserahkan ke pihak yang memang ditugaskan oleh negara untuk mengurus itu semua. Namun, gerakan Fredy tertahan setelah mendengar titah sang atasan untuk duduk dan menyantap makan siang yang telah dipesan untuk mereka bertiga.
"Maaf, Pak Tulus harus menunggu kami lebih lama."
Tulus Wibawanto, pria paruh baya yang perutnya sedikit membuncit itu menggelengkan kepala dan tersenyum tipis. "Belum ada lima menit saya duduk di sini." Tulus menghentikan ucapannya karena kedatangan pelayan yang membawakan pesanan mereka.
Mereka bertiga menyantap hidangan yang ada di atas meja tersebut dengan hening. Setelah selesai makan siang itu, barulah Arash memulai perbincangan dengan menyodorkan berkas yang sudah disiapkannya.
"Kelengkapan berkas yang dulu pernah saya titipkan ke Bapak," ungkap Arash yang mendorong pelan tumpukan map ke depan Tulus.
Tulus menerima itu dengan senyum tipis. "Saya pikir kamu berakhir membatalkan niatmu itu karena sudah lama tidak ada kabar lagi. Sebenarnya apa yang telah diperbuatnya sampai kamu ingin menghancurkan karirnya yang kini tengah melambung? Namanya menjadi perbincangan hangat. Seluruh lapisan masyarakat di Jakarta sedang menjadikan dirinya sebagai topik pembicaraan.""Saya sendiri juga heran. Bagaimana mungkin di tengah kesibukan jadwalnya kampanye, bajingan itu masih bisa membuat saya murka? Saya memang berniat untuk membatalkan rencana itu. Tapi, apa boleh buat? Dia sendiri yang memancing saya untuk melanjutkan rencana itu."
Tulus mengangguk santai. Mulai membaca berkas dihadapannya.
"Nda ..." Arash menyadari perubahan raut wajah istrinya. Beberapa menit sebelumnya, istrinya tersebut tiada henti meminta pendapatnya terhadap foto yang telah dieditnya untuk diposting ke media sosial. Ucapannya baru terdiam ketika Arash mendapat panggilan telepon dari sekretarisnya. Namun, ketika Arash kembali setelah menyelesaikan panggilannya, Zea terlihat ketakutan. Tangannya meremas kuat ponsel yang masih digenggaman. Napasnya pun memburu tidak teratur.
Dengan cepat Arash meraih ponsel milik istrinya. Membaca pesan yang dikirim dari nomor tanpa nama yang membuatnya naik pitam. Alih-alih menunjukkan kemarahannya, Arash segera membawa sang istri ke dalam pelukannya. Mencoba menenangkan sang istri dari kekalutannya.
+62800-2112-2***
Selamat atas pernikahan kalian Zea
Kasian ya suami kamu masih belum bisa menyentuhmu
Aku dengar, kamu masih mengunjungi dokter untuk konsultasi
Semoga lekas sembuh ya ZeaSejak malam itu, dengan amarah yang memuncak Arash ingin menjatuhkan politikus muda yang sebenarnya adalah seorang bajingan. Orang yang berani mengusik ketenangan istrinya. Orang yang berani membuat seorang Zea Arundati harus merasakan traumatis dalam hidupnya.
***
Sedari kecil Zea memang mudah sekali demam. Baru terkena gerimis pun besoknya langsung terserang flu. Dan hal itu terus berlangsung hingga saat ini. Kemarin ketika keluar dari kantor agensi setelah meeting terakhir untuk perilisan tembang kolaborasinya bersama salah satu bokalis band ternama di negara ini, Zea nekat berlari menuju mobil suaminya yang sudah lama menjemput. Oleh karena itu, kondisinya sekarang kurang fit. Namun, hal itu tidak menghalangi dirinya untuk tetap menjadi pengisi acara di pesta pernikahan salah satu tokoh publik yang berlangsung di salah satu hotel mewah di Jogjakarta.
KAMU SEDANG MEMBACA
COMPLEMENT
ChickLitRoseta Zea Arundati Notonegoro, dara cantik berusia 29 tahun yang merupakan salah satu penyanyi solo wanita terbaik di Indonesia. Kepopulerannya sudah tidak diragukan lagi. Penghargaan yang telah didapatnya juga tidak bisa dihitung dengan jari. Hamp...