COMPLEMENT - 33

13.6K 867 13
                                    

Haloo👋👋

Ada yang udah kangen Arash-Zea nggak?

Aku update lagi teman-teman 🤗

Happy Reading 😊

Jangan lupa vote dan komentarnya yaa🌟❣️

.

.

.






Zea terbangun sendiri di atas kasur. Gadis itu mencoba melebarkan matanya memastikan keberadaan Arash yang tadi malam tidur di sampingnya. Pria itu sudah tidak ada. Kemungkinan dia sudah bangun dan sudah turun. Zea meraih ponsel yang ada di nakas samping ranjang guna melihat jam berapa sekarang ini. Ternyata sudah jam setengah tujuh pagi. Setelah menaruh kembali ponselnya, Zea turun dari ranjang dan masuk ke kamar mandi.

Sekitar tiga puluh menit kemudian barulah Zea keluar dari kamar mandi dengan pakaian santainya. Gadis yang menggunakan setelan berwarna lilac dan putih tersebut duduk di depan meja rias. Membuka pouch skincare miliknya dan melakukan ritual penggunaan morning skincare-nya. Karena tidak ada niatan untuk pergi ke mana pun, maka Zea tidak perlu untuk memoles make up di wajahnya. Selesai dengan kegiatannya di depan cermin, Zea berjalan keluar kamar untuk mencari keberadaan Arash. Apakah pria itu sudah sembuh? Atau mungkin dia sudah pulang ke rumahnya?

Zea menuruni tangga. Ketika sampai di anak tangga terakhir matanya menyaksikan Arash yang sudah rapi. Pria itu sudah berganti pakaian. Dan sepertinya dia juga sudah sembuh karena wajahnya tidak terlihat pucat seperti tadi malam. Zea diam di tempatnya memperhatikan Arash yang tengah mengeluarkan kotak makanan yang sepertinya berisi bubur dari kantung plastik. Mungkin pria itu baru saja memesan sarapan untuk mereka berdua.

"Arunda," panggil Arash ketika melihat Zea juga ada di sana.

Zea berjalan mendekati meja makan di mana Arash berada.

"Saya beli bubur ayam untuk sarapan kita. Kalau kamu enggak mau sarapan bubur, saya akan pesankan yang lain. Kamu mau sarapan apa? Atau kamu mau olahraga dulu baru sarapan? Tapi, nanti buburnya keburu nggak enak."

Zea menatap datar Arash. Dalam batinnya mengatakan ternyata Arash banyak bicara juga. Gadis itu pikir Arash merupakan pria cool yang irit bicara. Tidak akan bicara jika tidak mendapat pertanyaan.

"Siapa yang bilang gue mau olahraga," ujar Zea kala menarik kursi untuk didudukinya.

Arash memperhatikan penampilan Zea dari atas ke bawah. Hal tersebut membuat Zea ikut memperhatikan dirinya. Oh, ternyata Arash mengiranya akan berolahraga karena melihat pakaian yang digunakan olehnya. "Gue malas bongkar koper. Pakaian ini ada di tumpukan paling atas," jelasnya yang diangguki oleh Arash.

Pria itu ikut duduk di sebelah Zea. Sebelum Zea meraih buburnya, Arash terlebih dahulu membukakan bubur milik Zea. Tidak lupa, pria itu juga menuangkan air ke gelas untuk mereka berdua.

Zea berterima kasih pada Arash yang telah menyiapkan sarapan. "Lo udah sembuh?" tanyanya kemudian sebelum menyuapkan bubur ke mulut.

"Sudah, maaf saya membuat kamu kerepotan tadi malam. Dan terima kasih karena kamu mau merawat saya," ujar Arash dengan tulus.

"Gimana nggak gue rawat? Di sini cuma ada gue sama lo. Kalau elo sampai lewat gue yang bakal jadi saksi kuncinya. Serius tadi malam lo bikin gue panik sampai ketakutan. Jujur gue belum pernah lihat orang demam sampai gemetaran begitu."

COMPLEMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang