Haloo👋👋
Happy Reading 😊
Jangan lupa vote dan komentarnya yaa 🌟❣️
.
.
.
Flu yang menyerangnya membuat kepala Notonegoro sedikit pening. Sepulang pria lansia tersebut dari apartemen milik cucu bungsunya tadi malam langsung membuatnya untuk mengistirahatkan diri. Pagi ini pria tua itu mengecek ponsel dan tidak ada pesan atau pun panggilan dari pria yang bersama dengan Zea malam tadi. Awalnya Notonegoro memang sedikit ragu untuk percaya dengan Arash namun, mengingat lelaki itu adalah anak dari rekannya yang ia kenal baik rasanya tidak salah jika dia mencoba menaruh percaya. Tapi, ternyata keraguannya itu terbukti. Putra pengusaha konstruksi tersebut tidak menepati janjinya. Apa mungkin mereka berdua justru bermalam di apartemen Zea?
Notonegoro kembali menyalahkan anak dan mantunya. Mereka berdua itu selalu mengijinkan apa pun yang Zea inginkan. Sebagai orang tua yang hanya memiliki satu putri, mereka berdua itu sangat tega dan juga tidak peduli terhadap anaknya, menurut Notonegoro. Anak perempuan dibiarkan tinggal sendiri di apartemen. Setelah anaknya mengalami kejadian buruk itu pun mereka masih mengijinkan Zea untuk pergi ke mana-mana sendiri, Notonegoro hingga heran sendiri. Apa mereka tidak khawatir jika anaknya mendapat perlakuan tidak mengenakkan lagi?
Perihal perjodohan pun keduanya juga tidak pernah mendukung Notonegoro. Padahal semua itu ia lakukan juga demi kebaikan cucu dan keluarganya. Mereka berdua itu sama saja, selalu membebaskan pilihan anaknya.
Sekarang ini Notonegoro menjadi sanksi sendiri apa benar pilihannya untuk mencoba memberi restu pada pilihan cucunya itu benar? Perintah pertamanya yang sangat mudah dilakukan saja tidak dituruti oleh pria tersebut. Lalu, bagaimana ia akan mempercayakan cucunya pada Arash?
Notonegoro harus segera ke rumah anak bungsunya untuk memastikan sendiri keberadaan cucunya. Cucunya itu sudah tidak pernah menghiraukannya. Dikirimi pesan seribu kali pun balasnya masih lama. Ditelepon juga tidak dijawab. Sialnya lagi nomor pria yang bersama dengan cucunya itu justru tidak bisa dihubungi. Beraninya anak muda itu membohongi Notonegoro.
"Bik, tolong beri tahu Totok untuk menyiapkan mobil!"
"Baik, Tuan."
Tama yang baru saja menarik kursi di samping kanan ayahnya bertanya, "Ayah mau ke mana?"
"Ayah mau ke rumah Abi."
"Yah, bukannya Tama mau menggurui Ayah. Tapi, alangkah baiknya Ayah tidak perlu lagi menjodohkan Zea dengan pria pilihan Ayah. Ayah tidak lupa 'kan dengan kejadian yang menimpa Zea? Zea itu sudah dewasa, dia sudah bisa menentukan pilihannya sendiri. Sudah tahu mana yang terbaik untuk dirinya. Tama harap Ayah tidak ikut campur lagi tentang pasangan hidup cucu-cucu Ayah. Sebagai orang tua, kita hanya bisa memberi restu dan petuah jika anak-anak berbuat kesalahan. Tama tahu niat Ayah untuk kembali menjodohkan Zea dengan putra Pak Salim. Rimaldi itu duda, Yah. Akan lebih sulit bagi Zea nantinya. Jadi, lebih baik Ayah bersabar lagi. Biarkan Zea menemukan pilihan hatinya sendiri. Kita doakan saja yang terbaik untuknya."
Notonegoro menghembuskan pelan napasnya ketika anak sulungnya selesai bicara. "Cucu bungsu Ayah yang bandel itu sudah punya pacar, Tam."
Pratama dan sang istri langsung menghadap penuh ke Ayahnya.
"Bagus dong kalau begitu."
"Ck, bagus apanya. Ayah itu ragu dengan pria pilihan Zea. Apalagi semalam dia sudah berani tidak menepati janjinya pada Ayah. Lelaki itu 'kan yang dipercaya omongannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
COMPLEMENT
ChickLitRoseta Zea Arundati Notonegoro, dara cantik berusia 29 tahun yang merupakan salah satu penyanyi solo wanita terbaik di Indonesia. Kepopulerannya sudah tidak diragukan lagi. Penghargaan yang telah didapatnya juga tidak bisa dihitung dengan jari. Hamp...