COMPLEMENT - 15

19.5K 1K 12
                                    

Haloo👋👋

Happy Reading 😊
Jangan lupa vote dan komentarnya yaa 😁

.

.

.

Gadis itu baru saja keluar dari rumahnya pak

Miko membaca pesan yang muncul di salah satu ponsel milik temannya yang ada di atas meja. Entah dari siapa pesan itu, Miko belum sempat membaca pengirimnya dan sang pemilik sudah keburu mengambil. "Lo nguntit siapa, Rash? Ada gebetan baru lo? Cewek mana?" Miko memberondongnya dengan banyak pertanyaan.

Arash yang ternyata sang pemilik ponsel langsung meninggalkan ketiga temannya memasuki rumah.

"Udah doyan wanita dia?" ujar Ndaru yang berjalan mendekati sofa.

"Bukannya si kingkong tiap business trip juga dapet servisan? Gue sempet ketemu sekretarisnya di mall lagi beli baju yang diminta Arash. Fetish temen lo di luar nurul," kata Miko sambil cekikikan mengingat baju apa yang dibeli oleh sekretaris temannya.

Ndaru hanya mengendikkan bahunya lalu ikut menuang minumana ke dalam gelas.

"Arash kelihatan serius banget," celetuk Maldi tiba-tiba yang meletakkan kembali gelas kosongnya di atas meja. "Mencurigakan," lanjutnya dengan pandang mengikuti kepergian Arash.

Miko hanya menganggukkan kepalanya setuju dengan ucapan Maldi. Sedangkan Ndaru menyahuti, "Arash kalau udah punya niat pasti nggak bakalan setengah-setengah. Hal seekstrem gimana pun pasti dilakuin sama itu anak untuk mendapatkan apa yang dia inginkan."

Maldi menimpali, "bahkan dia juga berani main kotor." Miko masih manggut-manggut dari tadi sambil makan keripiknya. Lelaki itu mengingat tindakan kriminal yang dulu pernah dilakukan Arash. Ya, Arash pernah dengan beraninya membakar warung milik Pak Prapto agar orang itu mau menjual Lili—kuda milik Pak Prapto untuknya.

Dulu semasa mereka masih duduk di bangku  SMA selalu mengagendakan liburan bersama. Dan kala itu di akhir tahun masa SMA-nya, mereka berlibur ke Bromo. Menaiki jeep dan menunggangi kuda di kawah Gunung Bromo. Arash yang menyewa kuda milik Pak Prapto sangat tertarik ingin memiliki kuda itu. Kuda yang membawanya berkeliling kawah Bromo itu memiliki telinga kecil, leher berotot pendek, dan punggung luar biasa panjang. Kata Pak Prapto itu merupakan kuda poni cendana asli dari Sumba. Menurut Arash kuda berwarna cokelat itu sangat cantik dan juga terawat. Dia menawar dengan harga yang tinggi untuk mendapatkannya. Namun, ditolak mentah-mentah oleh Pak Prapto sebab dirinya tidak akan menjual satu-satunya kuda yang masih ada peninggalan dari orang tuanya. Arash yang selalu memiliki tekad kuat itu entah mendapatkan ide dari mana sampai berani bertindak kriminal.

"Lo nggak mau culik anak orang 'kan, Rash?"

"Ngaco lo!" Arash yang baru mendaratkan bokongnya melempar bantal sofa ke muka Miko.

***

"Siapa, Pak?" tanya Zea setelah melihat Pak Joko—satpam rumahnya—kembali masuk menenteng sebuah paper bag yang bertuliskan nama dari salah satu kafe yang sering didatanginya. " Pak Joko berjalan mendekatinya dan mengulurkan paper bag itu padanya, "ini Non, ada titipan buat Non Zea dari..." Pak Joko menjeda ucapannya mengingat siapa nama lelaki tadi. Lelaki itu pernah beberapa kali mengunjungi rumah ini. Namun, Pak Joko lupa siapa namanya. "Dari siapa?" tanya Zea setelah melihat isi paper bag yang ternyata isinya red velvet cake yang bisa dia tebak dari siapa. "Dari anak temennya nyonya, Non. Temen nyonya yang juga dokter itu." Zea mengangguk dan mengucapkan terima kasih pada Pak Joko. Tebakannya benar mengatakan ini dari Kak Maldi. "Pak Joko nggak bilang kalau saya di rumah 'kan?" Zea ingin memastikan jika keberadaannya di rumah untuk saat ini tidak diketahui oleh orang lain. Gelengan dari Pak Joko membuatnya lega. Zea berterima kasih pada Pak Joko dan meminta satpamnya itu untuk membukakan pintu gerbangnya lebih lebar.

COMPLEMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang