COMPLEMENT - 40

16K 910 8
                                    

Haloo👋👋

Happy Reading 😊

Jangan lupa vote dan komentarnya yaa 🌟 ❣️




.

.

.











Aryatama bersyukur karena Abi langsung mengiyakan ajakannya untuk pergi mancing bersama. Sudah lama pria yang telah berumur setengah abad lebih itu tidak melakukan hobinya. Sebelum mengutarakan ajakannya, kemarin Arya sudah lebih dulu memeriksa peralatan pancingnya. Dan ternyata senar pada alat pancing miliknya putus. Biasanya, Arya akan pergi memancing bersama dengan teman-temannya ke lautan lepas hingga beberapa hari. Namun untuk kali ini berbeda. Arya mengajak Abi untuk pergi ke tempat pemancingan yang berada tidak jauh dari komplek tempat tinggal mereka.

"Pak Abi?" Pria yang tengah berdiri di samping mobilnya sedang memeriksa ponsel tersebut memutar balik tubuhnya setelah mendengar ada yang memanggil. Dirinya sampai terlebih dahulu di sana sebelum Aryatama. "Pak Arya," ujarnya menyapa balik sambil bersalaman.

"Wah, Pak Abi sudah sampai duluan. Maaf, Pak. Pak Abi jadi menunggu saya malahan."

Abimana menggelengkan kepalanya. "Oh, enggak Pak. Saya juga barusan sampai. Mari Pak, kita langsung masuk saja," ajaknya setelah mengambil peralatan pancing dari dalam bagasi mobil.

Aryatama memimpin jalan di depan sebab dia yang lebih tahu tentang tempat tersebut. Keduanya berhenti di loket masuk untuk konfirmasi reservasi yang telah dilakukan oleh Aryatama. Pria itu terlihat akrab berbincang dengan salah satu orang yang berada di balik meja—owner tempat pemancingan yang merupakan teman Aryatama. Keduanya kemudian langsung di antar ke area pemancingan oleh sang owner. Abi tidak menyangka kalau pengunjung tempat tersebut ternyata juga penuh. Di pinggiran empang terdapat berjejeran orang yang duduk memegang kailnya. Kebanyakan didominasi oleh bapak-bapak yang seumuran dengan mereka.

"Saya tinggal dulu, Pak Arya dan Pak Abi," pamit Adi setelah keduanya sudah siap dengan kailnya masing-masing.

"Saya baru tahu kalau Pak Arya ternyata suka pergi berlayar untuk memancing," kata Abi setelah tadi menyimak obrolan Aryatama dengan pemilik tempat ini.

"Tidak juga Pak Abi. Sudah lama sekali saya tidak pergi berlayar. Sekarang umur saya sudah tidak lagi muda. Arash pasti keluar cerewetnya kalau saya izin mau berlayar."

Abi yang mendengarnya tertawa ringan. "Namanya juga anak, Pak. Pastinya Nak Arash tidak mau terjadi apa-apa dengan ayahnya."

"Anak Pak Abi pasti juga begitu ya? Biasanya perempuan akan lebih banyak bicaranya," balas Arya yang diakhiri dengan kekehan.

Abimana hanya menanggapi dengan senyuman. Dulu Zea memang selalu perhatian padanya. Namun, semua sikap itu mulai menghilang setelah anak gadisnya tersebut mendapati dirinya yang mengantar Riska ke kampus kala itu. Zea yang sudah kecewa padanya tidak pernah mau mendengar penjelasannya. Bahkan dulu Abi juga sempat menanyakan apa yang membuat sikap putrinya berubah? Zea hanya diam tanpa meminta penjelasan darinya. Gadis itu hanya memutuskan untuk tinggal sendiri tanpa menghiraukan larangan dari Abi. Sampai pada Abi tahu apa yang membuat sikap putrinya seperti itu, dia berniat untuk memberikan penjelasan. Namun, Zea tidak pernah memberinya kesempatan untuk bicara. Gadis terus menyimpan asumsinya sendiri. Baru beberapa hari yang lalu Zea mengajaknya bicara tentang hal tersebut. Dan meminta penjelasan. Abi sangat berharap jika putrinya tersebut menerima dan mempercayai apa yang keluar dari mulut papinya. Sebab, semua yang Abi katakan adalah fakta yang selama ini terjadi. Abi tidak pernah mengkhianati pernikahannya dengan Yasmin.

COMPLEMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang