COMPLEMENT - 42

8.9K 718 21
                                    

Haloo👋👋

Ada yang masih nungguin cerita ini nggak?

Happy Reading 😊

Jangan lupa vote dan komentarnya yaa 🌟❣️

.

.

.



Ttok ttok ..

"Zee ... Sayang? Kamu belum selesai siap-siapnya?"

"Masuk aja, Pap. Pintunya enggak Zea kunci," ujar Zea sedikit berteriak karena takut jika papinya tidak mendengar. Gadis itu meletakkan liptint yang baru saja selesai dia gunakan di atas meja. Pandangannya beralih pada pintu yang terbuka dan muncul papi yang berjalan cepat ke arahnya.

"Ayo, Papi antar kamu ke bandara sekarang. Enggak perlu tunggu Diran jemput kamu. Lebih baik kita berangkat sekarang aja."

"Pesawat Zea masih dua jam lagi, Pap. Zea tunggu Bang Diran aja. Orangnya juga udah on the way ke sini kok."

"Bukan karena pesawat kamu masih lama, Zee. Tapi, karena Opamu sedang dalam perjalanan menuju ke sini." Zea mengernyit tidak paham akan apa yang dibicarakan oleh papinya. Memang ada apa jika opanya datang?

"Pakdhe tadi telpon Papi. Kasih tahu kalau Opa mau ke sini. Pakdhe juga bilang kalau kemarin keluarga Wardhana bertamu ke sana. Tapi Pakdhe sendiri enggak tahu maksud dari kedatangan mereka. Pakdhemu hanya menduga kalau mereka ingin kembali mencoba perjodohan kamu dengan Dimas. Daripada nanti Papi adu argumen sama Opamu, lebih baik Papi antar kamu ke bandara sekarang," jelas Abimana memberitahu.

"Papi juga heran sama Dimas itu, memangnya tidak ada perempuan lain lagi apa? Kesannya memaksa banget mau dijodohkan sama kamu. Keluarganya Rimaldi itu juga, Mamimu sampai menghindari Bu Cinta karena setiap ketemu katanya yang dibahas pasti kecocokan kamu sama anaknya. Mereka itu enggak sadar apa kalau dulu yang bikin rencana pertunangan kalian gagal itu karena kesalahan Rimaldi. Enak banget mentang-mentang sekarang udah cerai mau balikan lagi sama kamu." Abimana meluapkan kekesalannya. Sesungguhnya pria paruh baya tersebut tidak suka anaknya dikejar-kejar oleh banyak lelaki.

Zea memberikan senyumnya pada sang papi.

"Resiko punya anak cantik, Pap," candanya dengan tawa ringan.

Zea kemudian lanjut untuk merapikan rambutnya dan mengiyakan saran papinya untuk segera berangkat ke bandara. Gadis itu sendiri tidak mau berdebat dengan sang kakek perihal perjodohan lagi. Akan lebih baik jika dia menghindarinya walaupun nanti pada ujungnya jika ada pertemuan di antara mereka sang kakek pasti akan tetap mencecarnya.

Akibat dari hubungannya dengan Arash yang tidak ada kejelasan, kakeknya itu kembali merencanakan perjodohan untuknya. Zea sendiri heran mengapa kakeknya dengan mudah sekali menerima tawaran perjodohan dari orang-orang. Apa kakeknya itu tidak memikirkan kebahagiaan cucunya? Zea tahu pilihan lelaki kakeknya tersebut sudah dipastikan mapan dan akan mampu memenuhi kebutuhannya. Namun bukan itu yang Zea cari dari seorang pasangan karena solois perempuan itu juga bisa mencari pundi-pundi uangnya sendiri. Jika memang dirinya terpaksa diharuskan untuk menikah, Zea hanya ingin pria yang setia dan mampu menerima semua yang ada dalam dirinya. Baik itu kelebihan maupun kekurangan yang Zea miliki.

COMPLEMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang