Bab 22

200 12 0
                                    

Aruna beberapa kali mengetuk pintu kamar kakaknya,tetapi tidak ada sahutan sama sekali dari dalam.Gadis itu pun hati hati mencoba membuka handle pintu dengan hati-hati, kepalanya melengokkan ke dalam mencari dimana kakak nya berada.suara gemercik air terdengar di telinga nya ,itu berarti kak Alna berada di dalam kamar mandi.

Aruna pun berjalan ke arah tempat tidur besar milik kakaknya,dalam hatinya memperkuat ketakutannya saat ini.Aruna bukan tanpa maksud datang ke kamar kakaknya malam malam seperti ini, tetapi ia meminta persetujuan dari kakaknya itu tentang keputusannya mengikuti lomba olimpiade.

Suara pintu kamar mandi terbuka menjadi perhatian Aruna,alna keluar dengan piyama berwarna navy,Alna pun baru menyadari bahwa adiknya berada di kamarnya.

"ngapain lo ke kamar gue malam-malam,mana gak ngetok pintu dulu lagi! " ucap alna kesal,karna adiknya itu selalu masuk ke kamarnya tanpa mengetok pintu dulu.

"Ada apa,hmm?" tanya alna,ia tahu kalau Aruna masuk ke kamarnya malam malam pasti ada saja tujuan tertentu.

Aruna mendongak menatap kakaknya."aku mau ngomong sama, kakak"tangannya memberikan kertas pendaftaran olimpiade kepada alna.Alna menerimanya, keningnya menkerut bingung ketika ia menerima kertas pemberian Aruna.

"ini kertas pendaftaran olimpiade ,aku mau minta ijin sama kakak,boleh aku ikut ?aku mau banggain mama kak,kaya Kakak"jelas Aruna

Alna menghela nafas,tangannya memberikan kembali kertas itu kepada pemiliknya."Lo mau ikut olimpiade?Lo nggak bakal capek?"

Aruna terdiam sebentar"Aku mau ikut lomba itu kak,aku mau banggain mama,aku mau nunjukin ke mama kalau aku bisa kaya Kaka,lomba nya masih lama ko sekitar 1 bulan lagi kak."jelas Aruna.

"Aruna,gue nggak mau Lo ikut olimpiade itu,jangan sampai kejadian 2 tahun lagi terulang lagi, karna Lo nekat buat ikut  olimpiade sampai Lo kecapean,dan Lo harus di rawat berbulan-bulan di rumah sakit, jatuhnya nya tuh bukan ngbanggain mama Lo malah nambah beban aja "ucap alna tanpa sadar.

Aruna termenung mendengarkannya.Entah mengapa perasaan sesak muncul di hatinya,ia yang paling ia benci,ia selalu dianggap lemah oleh mama dan kakaknya, selalu saja seperti ini.

"jadi maksud Kaka,aku nggak boleh ikut olimpiade ini hanya Karna penyakit aku?"tanya Aruna,matanya entah sejak kapan sudah berkaca-kaca.

"itu Lo tau" ucap Alna singkat.

"kelainan jantung yang ada di diri aku halangin itu semua?mama menuntut aku untuk bisa seperti kakak.Tapi kenapa saat aku berusaha untuk menjadi seperti kakak selalu saja di halangi"

"Aku benci dianggap lemah dari dulu.Kalau boleh aku memilih,aku nggak mau punya kelainan jantung"ucap Aruna meninggal alna sendirian di kamarnya.

***
Al yang baru saja pulang kerumahnya langsung berjalan dengan cepat ke arah salah satu kamar yang ada di rumahnya.

Tanpa banyak bicara,Al masuk kedalam kamar tersebut.terlihat di sana ada Alex yang sedang belajar di meja belajarnya.

Alex melihat ke arah kakak nya tersebut yang tiba-tiba masuk ke kamarnya,tanpa mengetok pintu.lelaki itupun berdiri menyamakan tingginya dengan kakak nya tersebut.

"Lo nggak ngerti omongan gue semalam! apa pura-pura nggak ngerti?!"Al maju menggapai kerah baju adiknya tersebut.

"gue nggak ngerti apa yang di omongin Lo kak!" Alex menghempaskan tangan Al dari kerah baju nya tersebut.

Al terkekeh sinis,matanya menajam menatap Alex "Gue udah bilang bangsat!jangan libatin Aruna di perlombaan itu!!Lo nggak ngerti dari omongan gue semalam ! apa perlu gue ulangi lagi?" tangan Al terkepal erat ,bahkan urat di tangannya terlihat.

Alex membalas tatapan kakaknya tersebut "tapi dia datang sendiri ke gue!! gue nggak maksa dia buat ikut!"jelas Alex,kedua lelaki itu saling tatap memancarkan hawa panas"Lo bukan siapa siapa dia .lo bisa apa? jangan ngatur-ngatur hidup dia,kak."

perkataan Alex tersebut memancing emosi Al. tangannya kini tak tinggal diam, emosinya yang sendari tadi sudah ia tahan tetapi ucapan Alex membuat hatinya panas.

Bugh!!

Al melayangkan tonjokannya kepada adiknya tersebut, lelaki itu terdorong ke belakang,sudut bibir Al mengeluarkan darah segar.

"Dia beda bangsat! dia nggak kayak orang lain di luar sana, fisik dia lemah, dia bisa kapan aja drop karna kondisinya."

perkataan Al membuat Alex terdiam seketika,ia menerka-nerka ucapan kakaknya tersebut.

"kenapa diam!! kaget Lo,gue ngomong gini!" sarkas Al

"kalau sampai Aruna kenapa-napa ,Lo orang pertama yang gue cari,gue nggak peduli kalau Lo itu adik gue"

Setelah mengucapakan itu ,Al pergi dari kamar adiknya tersebut meninggalkan Emosinya masih belum stabil,lebih tepatnya ia belum puas menghabisi Alex.

***
Pukul satu kurang dua puluh menit.

Aruna belum bisa tidur.tanganya masih memeluk boneka hello Kitty pink kesayangannya,di terangi cahaya langit malam.balkonnya dibiarkan terbuka membuat gorden putih itu berterbangan.Tangisanya sudah mereda,tetapi Isak kecil masih ada.

Gadis itu setelah keluar dari kamar kakaknya,ia langsung mengunci pintu nya dikamar.Dengan mencengkram erat badan hello Kitty yang besar itu semoga sesak didalam hatinya segera menghilang.

"siapa sih yang mau punya penyakit kaya gue ini!"

"gue juga nggak mau hidup kaya gini,gue pengen hidup sehat tanpa harus minum obat,gue nggak mau di anggap lemah terus "

"kenapa takdir sejahat ini sama gue!"Aruna mendongak langit dikamarnya yang sekarang di terangi cahaya berbentuk awan.

Malam ini memang sedikit berbeda dengan malam malam sebelumnya,malam ini Aruna merasa sangat sedih,'kenapa orang-orang selalu menganggap nya lemah?'

Aruna pun membuka laci yang berada disamping kasur tempat beristirahat nya,ada sesuatu benda tajam yang selalu ia sembunyikan di laci tersebut.Sebuah cater yang selalu menjadi andalan Aruna ketika dirinya merasa sedang tidak baik-baik saja.

Aruna memandang cater di tangannya tersebut, perlahan ia menggoreskan pada pergelangan tangannya sendiri, hingga kini darah segar mulai mengalir begitu saja di pergelangan tangannya.Namun sosok Aruna tak sedikitpun merasa sakit ketika benda tajam itu menggores tangannya sendiri.

'ayah,runa pengen ikut ayah, harusnya runa yang mati bukan ayah ..'lirih Aruna dalam hati nya,ia rasa,ia tidak akan kuat jika ia terus terusan seperti ini

ALRUNA & TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang