"kamu buat masalah apa lagi sih Aruna? kenapa hidup mu ini penuh menyusahkan saya dan orang lain,kalau gini kamu lebih baik mati saja"
Megan mulai berbicara sembari melihat-lihat isi ruang inap milik Aruna,gadis itu masih dibantu selang pernapasan.
"apa mama benar-benar berharap Aruna mati?" tanya Aruna
"ya,buat apa kamu hidup?lagian mau sampai kapanpun hati saya nggak akan terbuka untuk kamu" ucapan Megan begitu enteng tanpa sedikitpun memikirkan perasaan Aruna.
"sekalipun Aruna sudah masuk stadium akhir?" tanya Aruna lagi
Megan menatap Aruna dengan mata yang memincing,ia tak lekas menjawabnya melainkan menunggu anak itu melanjutkan pembicaraannya.
"sekalipun Aruna hidupnya nggak akan bertahan lama ?" tanyanya lagi.
Dengan terburu-buru penuh dengan emosi,Aruna lekas mengeluarkan sesuatu dari laci meja yang berada di dekat ranjang tidurnya,lalu melemparkannya kepada sang mama.Tak banyak bicara,Megan lekas meraih kertas itu dan membacanya dengan teliti.
Lama terdiam,bahkan di sana kedua matanya Aruna sudah memerah akibat menahan air matanya yang sudah ia tahan mati-matian.ia kita Megan akan luluh dan terenyuh hingga sedikit memberi nya perhatian yang selama ini ia inginkan,nyatanya dugaan nya salah.
Megan merobek kertas itu hingga menjadi kepingan-kepingan kecil,lalu membuangnya ke tong sampah yang tak jauh dari tempat ia berdiri,lalu ia menepuk-nepuk telapak tangannya dan menatap remeh ke arah Aruna.
"apa dengan itu saya peduli?tidak akan " cicitnya
"saya sangat tidak peduli,yang terpenting bagi saya adalah pendonoran ginjal kamu itu untuk alna"
"mau kamu bagaimana pun saya nggak peduli,karna di mata saya kamu adalah pembunuh yang sudah merenggut nyawa suami saya!" lanjutnya tanpa rasa bersalah
Aruna menarik nafas dalam,rasanya begitu sesak sampai-sampai ia tak kuat untuk menahannya,akan tetapi ia tak boleh terlihat lemah di hadapan sang mama.
"saya akan segera percepat urus suratnya,jadi tolong jaga kesehatan kamu.tidak,bukanya saya peduli,tapi saya tidak mau menunda lama lagi,saya tidak tega melihat alna harus merasakan kesakitan setiap saat"
"jadi, sampai operasi itu tiba... kamu harus baik baik saja"
"apa perlu kamu homeschooling saja?" tanya Megan
"enggak usah ma, runa akan pastikan runa akan baik baik saja ko sampai operasi itu tiba"
"yasudah kalau begitu"
Megan terseyum kecut ke arah Aruna, hingga akhirnya wanita itu keluar dari ruangan tersebut meninggalkan Aruna sendiri.
Hati Aruna hancur berkeping-keping,di jatuhkan tumbuhnya di atas ranjang meringkuk sambil memegangi dada nya yang terasa begitu sesak.Secara bersamaan, deraian air mata itu lagi lagi keluar tanpa ia pinta.
Aruna menangis sejadi-jadinya,meredam rasa sakit seorang hingga di penghujung rasa sakit yang terus menghujamnya.
Samar-samar Aruna melihat sosok lelaki berdiri di sampingnya,mengusap rambut hitamnya dengan lembut lengkap dengan senyuman manis di wajah itu yang berseri.
ditatapnya lelaki itu.
"ayah?''
abimanyu terus mengucap rambut hitam Aruna,
"runa sayang,jangan sedih ayah yakin runa bisa lewatin ini semua,runa dulu udah janji kan sama ayah kalau runa bakal sembuh" ucap lelaki tersebut
"runa kan katanya mau jadi penulis hebat,masa runa nyerah sih?"tambahnya
KAMU SEDANG MEMBACA
ALRUNA & TAKDIR
Teen Fiction"gue enggak suka diliatin!"ucap Al dengan nada kasar ini dia, Al-Gifari Rajendra si biang kerok SMA ALEXANDER,biang masalah,suka membuat Onar,dan siswa yang paling banyak dikagumi oleh kaum hawa Karna parasnya yang tampan,laki laki yang akrab di pan...