Sudah hampir jam 3 dini hari, capek, itu kata Hanenda dalam hatinya. Dia baru saja masuk ke dalam apartemennya. Dinyalakannya lampu ruang tengah, dan dilemparkannya begitu saja jas yang sedari tadi dia sampirkan dipundaknya. Sambil berjalan ke arah smart refrigeratornya, dia mengambil air dingin, dia kehausan akibat terlalu banyak berbicara, resiko jadi narator katanya.
Dia melirik kekeranjang pakaian yang penuh pakaian yang dia ketahui itu semua kepunyaan Joel-nya. Joel-nya yang rajin. Apartemennya jadi bersih dan rapih. Padahal dulu sewaktu dia belum bersama dengan Joel agak sedikit berantakan oleh beberapa buku yang berceceran dimana-mana, hanya seminggu sekali pembantu dari rumah besar alias rumah orang tuanya pasti datang untuk membereskan kekacuan diapartemennya.
Kini dia sudah berada didalam kamar. Dia lihat Joel sedang tertidur dengan pulasnya. Hanenda meggelengkan kepala, melihat cara tidur kekasihnya yang menurutnya lain dengan dirinya. Joel selalu tidur tanpa baju, dan hanya menggunakan celana pendek saja. Bahkan selimut hanya menutupi tubuh anak itu sebagian saja. Cepat-cepat dia membersihkan tubuhnya dan mengganti kemeja dengan baju tidur.
Dia berjalan kearah tempat tidurnya. Pelan-pelan dia mengusahakan dirinya untuk membaringkan tubuhnya disamping Joel. Untung Joel tidak terbangun. Dia pun lalu mengecup pundak polos Joel yang masih terdapat bekas keintiman mereka kemarin. Dirinya juga menarik tubuh Joel untuk dipeluk dari belakang. Diselimutinya kedua tubuh mereka, dan mendekap erat tubuh Joel. Dikecup ringan pucuk kepala kekasihnya sambil mengucapkan mimpi indah sayang.
Jam 7 pagi, keadaan kamar Hanenda masih sepi. Dua penghuninya masih dialam mimpi. Tadi Hanenda sempat shalat subuh dan kembali memilih tidur. Dirinya sungguh sangat lelah. Dan mungkin beberapa bulan kedepan dia akan bertambah sibuk. Dikarenakan dirinya termasuk salah satu tim pemenangan Capres dan juga tim pemenangan anggota dewan legislatif yang dimana orang itu merupakan Kakaknya sendiri.
Tidak beberapa lama, Joel pun terbangun dari tidurnya. Dirasakannya ada lengan yang memeluk tubuhnya dari arah belakang. Dia tersenyum dengan mata yang masih sulit terbuka. Kekasihnya masih tidur.
Dia pun pelan-pelan untuk beranjak dari kasur, namun tangan yang memeluknya makin mempererat pelukannya. Dirinya pun kembali berbaring dan menatap Hanenda yang masih tertidur disampingnya.
Sungguh indah ciptaan Tuhan yang satu ini, kata Joel dalam hati. Disaat Tuhan menciptakan Hanenda pasti Tuhan lagi berbaik hati, karena Tuhan telah memberikan seluruh keindahan diparas Hanenda, tubuh yang tinggi, dan terlahir dalam keluarga yang bercukupan. Almost perfect.
Dia lalu menelisik seluruh wajah Hanenda menggunakan jemarinya. Dirinya tidak habis berpikir, manusia yang hampir sempurna ini, kenapa mau terjerumus dalam lembah dosa hanya untuk dirinya. Hanenda, betapa indahnya cinta mu, tapi penuh duri dan racun dunia untuk digenggam, untuk dipertahankan.
Hanenda perlahan bangun, tersenyum indah dan perlahan mempererat pelukannya. Mengelus lembut punggung polos Joel, sesekali mengecup pundak dan leher Joel. Harum yang memabukkan, dirinya tidak ingin bangun, dirinya ingin selalu berada dalam keadaan dipeluk oleh sang kekasih.
Hanenda masih sibuk membubuhkan kecupan-kecupan untuk Joel. Menghirup dalam-dalam wangi tubuh Joel yang entah mengapa dipagi hari makin membuatnya kecanduan. Dirinya pun bangkit, dan mengukung lelaki muda yang berada dibawahnya ini, dalam keadaan polos tanpa baju, hanya terbungkus celana pendek, membuat gairah Hanenda naik tinggi ke ubun-ubunnya.
🦋🦋
KAMU SEDANG MEMBACA
Syama Artjuni
Fiksi PenggemarHanenda - Joel, didalam sebuah utasan kelam semesta. Mereka hanya inginkan kisah mereka laksana Asmaraloka tapi sayang norma diatas asmara. Mereka tak punya kuasa untuk melawan takdir Pemilik Kehidupan.