Sementara itu Hanenda terkejut dengan pernyataan Joel. Dia tidak menyangka hal kecil seperti itu bisa menyebabkan kesalah pahaman didiri kekasihnya. Dia pun menghela nafas panjang dan segera memeluk kekasihnya yang dia tau saat ini pasti sedang menahan emosi dan tangisnya.
Dirasakannya dada Joel yang bergemuruh dan turun naik karena emosi yang melanda. Tapi tetap Hanenda memeluk Joel erat dan mengelus punggungnya berharap kekasihnya tidak lagi emosi.
Setelah beberapa saat Hanenda tidak lagi merasakan emosi Joel dalam pelukannya, dirinya pun perlahan melepaskan pelukan itu dan menangkup wajah Joel dengan kedua tangannya.
"Adek. Maaf. Aa' tidak ada maksud untuk mengacuhkan perasaan Adek. Adek itu segalanya bagiku. You dont know how important you are Joel. You are my everything. Bukan maksud Aa' tidak bercerita, cuma waktunya saja tidak memungkinkan. Aa' janji, besok-besok bakalan Aa' ceritain, semua yang Adek ingin ketahui. Please Dek, Aa' mohon."
Joel hanya mengangguk lemah. Bagi Joel saat ini dia lebih baik mengalah. Toh masih ada hari esok kekasihnya bisa bercerita tentang hidupnya. Dia juga tidak mau memperlebar masalah. Dia tidak ingin bertengkar dengan orang yang dicintainya hanya karena kesalah pahaman saja.
Joel pun tersenyum dan memeluk kembali Hanenda. Menyandarkan kepalanya dibahu kokoh kekasihnya, dan menghirup bau wangi kekasihnya itu.
"Terima kasih Dek. Terima kasih sudah mau mengerti Aa'. Maaf, Aa' selalu tidak peka. Dan maaf untuk beberapa hari ini Aa' akan sangat sibuk sekali."
Joel masih enggan berbicara. Bukan berarti dia marah, dia hanya sedang tidak ingin menambah bahan pertengkaran, jadi dia memilih untuk diam sambil meredakan emosi dan kecewanya.
"Dek, masih marah ke Aa'?"
"G, A'. Adek g marah. Betulan"
"Kalau begitu Aa' berangkat dulu bisa? Takutnya Aa' kena macet. Kamu tidak apa-apakan Aa' tinggal?"
"Iya A'. G apa-apa. Aa' berangkat deh, udah mau siang juga. Aa' jaga kesehatan yah. Hati-hati dijalan."
"Terima kasih Dek. Sudah mau mengerti keadaan Aa'. Aa' usahakan secepatnya balik ke apartemen. Aa' juga bakalan selalu hubungi kamu".
Hanenda pun mengecup pucuk kepala Joel. Ditangkupnya kembali wajah Joel yang kelihatan bersedih.
Didekatinya labium merah kecoklatan yang menjadi candunya. Nafas mereka beradu. Dikecupnya bibir itu, perlahan dan memabukkan keduanya.
Lenguhan Joel sudah menggema sedari tadi. Lidah Hanenda yang menjadi oknum lenguhan indah ditelinganya. Hanenda such as a good kisser. Tidak ada satu celah disia-siakan olehnya. Semua bagian dikecupnya, dihisapnya. Seakan-akan dia tidak akan bisa lagi merasakan bibir manis Joel-nya.
Jangan lupa, tangan Hanenda sudah tidak lagi tinggal diam dipinggang Joel. Tangan itu telah berada tepat diarea tonjolan kecil kecoklatan kekasihnya. Dipelintirnya pentil kecil yang tegang akibat dimainkan oleh Hanenda. Menyebabkan lenguhan Joel lagi-lagi menggema. Hanenda dan kantong hormonnya yang selalu menggebu-gebu apabila dihadapkan didepan Joel.
🦋🐺
KAMU SEDANG MEMBACA
Syama Artjuni
Hayran KurguHanenda - Joel, didalam sebuah utasan kelam semesta. Mereka hanya inginkan kisah mereka laksana Asmaraloka tapi sayang norma diatas asmara. Mereka tak punya kuasa untuk melawan takdir Pemilik Kehidupan.