Walau diwarnai dengan beragam kejadian mulai dari yang lucu sampai menyebalkan, kehamilan Nismara nyatanya berjalan dengan lancar. Baik dirinya maupun bayinya baik-baik saja. Bahkan bisa dibilang sangat-sangat sehat. Bayi mereka tumbuh dengan sangat pesat di perutnya.
Sayangnya membuat Nismara terkena mental hampir tiap hari.
Nismara sudah mengandung selama 9 bulan lebih dan selama itu jug berat badannya sudah naik hampir 10 kg. Gila 'kan?! Pipinya saja sudah hampir sebulat bakso. Ini semua salah Mama mertuanya yang selalu mencekoki Nismara dengan beragam makanan dan akan marah jika Nismara tidak menghabiskannya. Ditambah selama ini Nismara memang tidak memiliki masa ngidam parah yang membuatnya sangat-sangat ingin memakan satu hal. Apapun yang ada, asalkan enak Nismara akan lahap.
Tapi tampaknya kondisinya yang adem ayem itu malah membuat sang Mama mertua jadi pusing tujuh keliling. Anggita akan selalu memastikan kalau Nismara bisa makan menu berbeda setiap harinya. Dan hasilnya, badan Nismara yang mengembang.
Untungnya ada Cakka yang selalu jadi bulan-bulanan Nismara jika dia sedang kumat menangisi kondisi fisiknya yang berubah dratis. Cakka sepertinya sudah sangat pasrah jika Nismara akan nemplok macam koala sambil mengotori kemeja kerjanya dengan ingus dan air mata. Lagian ini juga salahnya Cakka. Kalau tidak ada Cakka Nismara juga tidak akan memiliki sesosok manusia hidup di perutnya.
"Yang, mau makan bakso bakar enggak?"
Mendengar kata 'bakso bakar' membuat Nismara yang sedang makan bakpao isi ayam melirik Cakka penuh permusuhan. Gadis itu memberi Cakka ekspresi penuh permusuhan. "Maksud kamu apa? Aku mirip bakso gitu?"
Cakka yang sebenarnya tidak memiliki maksud apapun saat bertanya mengerjap-ngerjap. Laki-laki itu buru-buru menyembunyikan empat tusuk bakso bakar di tangannya dan melemparkannya ke arah Bandung yang berdiri tak jauh darinya. Sebaliknya Cakka menggunakan kesempatan itu untuk berjalan menghampiri Nismara yang duduk di kursi empuk di bawah kanopi dengan kedua kaki di selonjorkan. Cakka duduk di sampingnya, mengusap-ngusap betis Nismara yang jadi sedikit lebih gemuk dari sebelumnya.
"Ngapain ngelus-ngelus kaki aku? Mau ngatain aku gemuk lagi?!"
"Enggak!" Cakka menarik kembali tangannya.
"Tuh 'kan tangannya kamu tarik. Aku emang gendut 'kan? Kamu aja udah enggak mau sentuh aku!!"
Cakka mengusap dahinya. Menghadapi mood ibu hamil membuat Cakka bagai berada di tengah jalan raya yang padat. Maju salah, mundur juga salah.
"Kamu enggak gendut, sayang. Kamu kurus gini kok dibilang gendut. Siapa coba yang bilang gendut?"
"Tuh para anak monyet!"
Seolah menyetujui perkataan Nismara, Bandung, Binar dan Regi langsung bersahutan.
"GENDUT. NISMARA GENDUT!!"
Nismara menekuk wajahnya, terlihat akan menangis. "Tuh 'kan aku gendut."
Sekali lagi Cakka menyentuh dahinya. Jika tidak ada hukum Cakka ingin sekali menyumpal mulut ketiga orang itu dengan kaos kaki busuk. Berani-berani mereka membuat istrinya menangis! Mereka tidak tahu saja betapa susahnya menenangkan Nismara yang sudah menangis.
Hari ini mereka semua memang sedang mengadakan acara barbeque di rumah orang tua Nismara untuk merayakan sembilan bulan—hampir menginjak sepuluh bulan— kehamilan Nismara. Seluruh keluarga serta teman-teman mereka juga turut hadir memeriahkan acara. Termasuk Wita dan Seno juga hadir. Di sisi lain ini menjadi semacam momen langka setelah kelulusan Nismara beberapa bulan lalu. Setiap orang sudah mulai sibuk menata hidup baru mereka untuk memasuki dua kerja, makanya Nismara jadi semakin jarang bertemu dengan teman-temannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/297968277-288-k337839.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cakka dan Kata Mereka
RomanceMendapat suami karena pesugihan? Nismara Dian Kartini tak pernah menyangka jika ketiga temannya akan sangat tega menjadikannya tumbal pesugihan abal-abal bermodalkan sepaket ayam KFC. Dia juga takkan menyangka kalau tepat setelahnya dia harus mengal...