Chapter 3 : A principles

537 20 1
                                    

Moskow, Rusia

Sebuah taksi kuning berhenti tepat di gedung firma hukum bernama Everglow Shuterland Law Firm bernuansa warna gading tua dengan tema klasik tahun 90an. Phoebe secara ramah langsung membayar ongkos lima kali lipat melebihi argo yang terpampang.

"Uang yang kau berikan kebanyakan, gadis cantik." ujar supir taksi menghitung lembaran rubel yang diberikan oleh Phoebe terlalu banyak.

Buru-buru Phoebe memegang handle pintu mobil dan berkata, "Anggap saja uang lebih untukmu karena sudah mau mengangkut diriku di musim dingin."

"Puji Tuhan sudah cantik kau juga gadis baik hati. Terima kasih sudah memberikan ongkos lebih. Seharusnya tidak perlu karena itu sudah pekerjaanku." Sebagai supir taksi dialah yang membutuhkan uang. Jadi walau jalanan raya sekitaran Sovetskaya tertutup penuh salju, dia menyetir dengan hati-hati agar sampai tujuan.

Tanpa menjawab lagi, Phoebe segera keluar dan sayup-sayup mendengar supir taksi kembali mengucapkan terima kasih.

Gadis cantik jelita itu membenarkan pakaian musim dinginnya. Phoebe sedikit merasa kasihan pada pria tua dengan wajah sudah keriput, berambut hampir putih menutupi warna asli rambutnya, masih sanggup bekerja diusia yang kelihatan setara dengan kakeknya.

Sepanjang perjalanan sang sopir terus menceritakan mengenai kehidupan pribadinya. Entah itu benar atau tidak, Phoebe menjadi pendengar yang baik.

Di usia yang mengharuskan berselonjor santai di rumah bersama cucu, hanya angan-angan belaka bagi kakek tua itu. Nasib buruk menimpa putranya yang meregang nyawa dengan cara bunuh diri akibat stres terlilit hutang sebab terus main judi online. Istri dari putranya, tidak sanggup setiap hari didatangi oleh rentenir dan memilih kabur dari rumah bersama selingkuhannya, meninggalkan putra semata wayang yang berusia 10 tahun.

Sepeninggal mereka, kakek tua itu beserta istrinya yang juga berusia tua renta, mau tidak mau mengurus cucunya dengan cara banting tulang, menghidupi keluarga demi sesuap nasi dan membayar sewa rumah. Kakek tua itu bersyukur masih ada perusahaan taksi yang masih mau memperkerjaan tanpa mengenal usia. Dengan uang hasil mengantar penumpang setiap harinya, setidaknya masih bisa membeli sebungkus makan dengan layak dan sanggup menyekolahkan sang cucu di sekolah yang tidak begitu bagus fasilitasnya.

Andai dia gadis kaya raya yang tidak pusing akan biaya hidup, percayalah Phoebe akan membantu si kakek tua itu mendapatkan pekerjaan layak, serta memberikan pesangon berlimpah untuk si kakek tua itu berbisnis membuka ruko.

Phoebe memang segampang itu luluh pada cerita orang. Hatinya tergerak menolong sesama manusia. Wanita itu memberikan tips lebih karena merasa simpati.

Sebagai seorang pengacara yang baru bergabung, para seniornya memberi petuah agar lebih seleksi mendengar cerita orang sebab banyak klien pintar mengarang cerita demi keuntungan diri sendiri. Tujuannya teramat jelas supaya dibela mati-matian di depan hakim.

Selama menjalani tugas, Phoebe melakukan pekerjaan dengan baik saat membela setiap klien. Banyak kasus diselesaikan dengan rapi dan tidak ada yang kecewa dengan hasilnya. Menjadi pengacara baru, Phoebe sangat berdedikasi tinggi hingga titik darah penghabisan akan dilakukan olehnya agar bisa menang. Komisi besar akan cair jika kasus yang kita tangani menang gugatan.

"Pagi Nona."

Begitu sampai lobi utama, resepsionis dan satpam yang berjaga menyapa ramah yang tidak mendapat balasan apa-apa dari Phoebe.

Mereka pun juga tidak peduli akan disahut atau tidak, dan kembali pada tugasnya masing-masing. Phoebe segera berjalan cepat menuju lift yang untungnya sudah terbuka, segera saja ia menekan nomor lift di angka 45, pada ruangan CEO dengan wajah penuh angkara murka.

HIDDEN PASSION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang