Two months earlier
Helsinki Medical Center, Finlandia"Suster, aku mau pulang. Tolong jangan mempersulit hal yang mudah."
"Luka Anda baru saja selesai ditangani." Salah satu perawat mencengkram pergerakan pergelangan tangan Phoebe yang terus-menerus memberontak berniat mencabut selang infus. "Jika banyak bergerak kemungkinan jahitannya akan terbuka lagi."
Phoebe tidak mau mendengar dan tetap berkeinginan kembali pulang mengabaikan rasa sakit yang terasa di kulitnya.
"Tolong bekerjasamalah karena kesembuhan pasien adalah yang paling utama, Mrs. Williams." tekan perawat dengan nada memohon.
Phoebe pun mendadak terdiam seribu bahasa dengan bola matanya memancarkan seolah berbicaralah lebih banyak melalui manik mata, menuntut penjelasan kepada perawat tersebut kenapa bisa ia terbangun di ranjang di suatu negara antah berantah dengan panggilan penyebutan nama marga yang terdengar aneh pula.
Dan ia semakin tercengang ketika memperhatikan satu kantong darah segar sedang berada di sisi kirinya, serta cairan tersebut perlahan mulai meneteskan buliran darah setetes demi setetes melalui selang infus mengalir ke nadinya.
Apa yang terjadi pada dirinya?
"Tadi kau panggil aku dengan apa?" tanya Phoebe tersendat suaranya seperti tersangkut di tenggorokan.
Suster bernama Donna tersebut hanya bisa menarik napas dalam-dalam. Sudah sering menghadapi para pasien dalam berbagai kategori aneh, Phoebe menjadi salah satu yang membuatnya mengerutkan dahi tak mengerti sebab tak bisa mengenali identitas diri sendiri.
Hal tersebut sungguh di luar nalar karena dilihat dari segi luka, kepala istri dari Alvarez sama sekali menunjukkan baik-baik saja sebab tidak dalam kondisi tempurung kepalanya terbentur benda keras yang kemungkinan mengakibatkan hilang ingatan sementara.
"Kau tidak ingat apa yang terjadi?" tanya Donna memastikan.
"Tidak." Phoebe menjawab singkat, menggelengkan kepala lemah tanda tak tahu apa-apa.
Terjadi keheningan dalam satu menit. Lalu Donna mengamati saksama. Setelah dirasa pasien cukup tenang dilihat dari hembusan napas yang mulai teratur, barulah Donna menjawab sembari menyuruh Phoebe berbaring setelah merapikan bantal.
"Mrs. Williams, sekitar dua jam lalu, suami Anda membawamu ke rumah sakit ini karena luka tusukan di leher dan sayatan pada pergelangan tangan. Cukup dalam lukanya sampai tujuh sentimeter." Donna pada akhirnya memilih menjelaskan.
"Tapi untungnya dokter Alvaro memastikan saraf dan pembuluh darah Anda baik-baik saja tidak ada yang putus hingga tidak perlu sampai dioperasi." lanjutnya seraya memperhatikan mimik perubahan Phoebe dan berhenti berucap ketika wanita itu hendak membuka mulut.
Phoebe yang mau berbaring langsung menghentikan dan spontan menegapkan kembali tubuhnya, menatap Donna dengan mata membulat seakan tidak mempercayai apa yang barusan ia dengar dengan jelas. "Suami? Dokter Alvaro? Apa yang sedang kau bicarakan? Sungguh aku tidak mengerti ada apa—" Pertanyaan Phoebe terhenti sejenak dengan sendirinya.
Phoebe merasa nyeri dibagian pergelangan dan lehernya. Lalu menyipitkan mata sembari memijit kepalanya yang mendadak berdenyut. Saat memejamkan mata mencoba mengingat apa yang terjadi, rentetan gambaran kejadian aneh secara buram muncul nampak tidak jelas dalam kepala, membuatnya meringis kesakitan sampai menjambak kepalanya sendiri merasa frustasi.
"Aku belum menikah. Bisa jelaskan bagaimana bisa aku terluka?" Phoebe menggeleng-gelengkan kepala ke kanan dan kiri, mengibaskan segala pikiran tak masuk akal dari perawat bernama Donna tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDEN PASSION
RomanceCERITA INI MENGANDUNG UNSUR ADEGAN DEWASA, KEKERASAAN DAN KATA-KATA KASAR. BIJAKLAH DALAM MEMBACA! DARK ROMANCE 21+ | Beberapa orang memiliki rahasia demi menutupi kisah masa lalu. Phoebe seorang pengacara muda cantik jelita menutupi identitas aslin...