Chapter 22 : Thoughts are hard to read

322 13 2
                                    

Malam itu, momen sangat berkesan. Pada akhirnya, keduanya pun berani mengutarakan perasaan masing-masing yang sempat terpendam. Namun mereka tak luput akan satu hal yang mengganjal dalam hati yaitu sebuah restu yang masih terhalang tembok raksasa besar berada di depan mata mereka.

Baik Alvarez dan Phoebe menyadari dan tidak bisa melupakan hal penting tersebut. Hanya saja keduanya memilih untuk sementara ini membiarkan karena sedang menikmati waktu sebentar tanpa memikirkan orangtua Alvarez yang menjadi penghalang utama.

Mereka ingin merasakan momen bersama yang baru saja terjalin untuk pertama kalinya malam ini begitu menggairahkan. Sengaja dirangkai dalam bingkai dijadikan sebuah kenangan terindah yang akan diingat dalam memori kepala.

Keduanya terus berciuman sangat panas dan liar hingga hampir melucuti pakaian masing-masing. Dua insan yang sudah menggebu-gebu gairahnya tidak jadi melanjutkan sampai titik puncak yaitu bercinta. Gairah yang sudah berdesir dalam aliran darah harus dihentikan. Phoebe tidak mau melanggar prinsip yang sudah tertanam sejak dulu. Jauh sebelum mengenal Alvarez, ia akan menyerahkan keperawanan— mahkota berharga bagi pihak wanita— bisa dinikmati dan dirasakan hanya untuk pria yang kelak menjadi suaminya.

Walau Phoebe sangat menyukai Alvarez dan begitu juga sebaliknya, tidak membuat pria itu memiliki kewenangan lebih dan berhak menidurinya. Ia tidak mau disamakan dengan para sundal yang disewa oleh Alvarez. Ia wanita berpendidikan dan tidak mau hanya dijadikan pelampiasan hasrat semata.

Jika Alvarez benar-benar tulus mencintainya, dan menjadikannya wanita satu-satunya yang berharga dalam hidupnya, pria itu harus membuktikan tidak hanya melalui ungkapan kata-kata manis saja. Pria itu haruslah menikahinya secara sah, di depan hukum, bersama pendeta dan di hadapan Tuhan.

Phoebe sadar bahwasanya apa yang diinginkan hanya keinginan sepihak dan belum diutarakan pada Alvarez. Ia juga tidak mengharapkan apa-apa pada permulaan hubungan yang baru dirangkai.

Ia pun mengerti hubungan mereka kedepannya akan sulit, dan tidak mau menghilangkan keperawanan yang menurutnya paling berarti sesudah kakek dan ibunya. Andai bilamana sewaktu-waktu Alvarez memohon padanya untuk menidurinya, percayalah ia tidak akan membiarkan persetubuhan beda kelamin terjadi.

Mungkin jika beberapa sentuhan akan diperbolehkan.

Sejujurnya tidak dipungkiri ciumannya sangat intim, menuntutnya pada gairah yang baru saja ia rasakan kali pertama. Disentuh rahangnya lalu dicumbu lehernya dan diberikan kecupan-kecupan yang menghasilkan tanda merah, membuat Phoebe refleks menempelkan badan kiat rapat, dan merasakan pusaran gairah yang sama.

Kemudian ketika Alvarez menyentuh, meraba dan meremas lembut kedua payudaranya menggunakan telapak tangannya, gelenyar aneh pun dapat ia rasakan dalam titik sensitifnya yang berdenyut-denyut. Getaran aliran listrik menyentrum cepat menusuk semua pori-porinya hingga membuat merinding.

Tidak munafik jika Phoebe menginginkan lebih dan lebih. Ketika jari-jari nakal Alvarez merambat turun membuka paha dan menyingkap utasan tali tipis pada celana dalam rendanya, menyentuh inti miliknya, disitulah setan melayang-layang dalam pikirannya terbit dan tenggelam.

Lakukan atau berhenti.

Lakukan atau berhenti.

Lakukan atau berhenti.

Terus seperti itu dan sangat membingungkan.

Telinganya mulai berdengung akibat bisikan-bisikan yang mengharuskan melakukan. Mata Phoebe pun ikut terpejam merasakan sapuan halus pada inti wanitanya yang sudah sangat basah. Ia tidak tahu wanita lain akan seperti dirinya apa tidak. Sedangkan ia merasa mudah terangsang mendapatkan sentuhan dari Alvarez.

HIDDEN PASSION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang