Chapter 18 : Overhear

371 13 1
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam lewat sepuluh menit. Makanan sudah siap tersaji setengah jam yang lalu namun sama sekali belum tersentuh apalagi dicicipi oleh Phoebe yang hampir meneteskan air liurnya karena menahan rasa lapar.

Cacing di perutnya menggebu-gebu tidak bisa diajak berkompromi lagi. Sejak tadi sebenarnya telah berdemo ingin diberi nutrisi lezat. Pasalnya selama sepekan mendekam di sel bawah tanah, Phoebe tidak sudi makan sedikitpun yang telah disajikan. Takut bilamana telah diracuni dan tubuhnya akan dimutilasi setelah tidak sadarkan diri.

Pikiran buruk memang memenuhi wanita itu. Hanya saja jika harus mati, Phoebe menginginkan bagian tubuhnya lengkap.

Phoebe memang menerima hidangan yang diberikan ketika penjaga memberi makan dan minum sesuai jam setiap hari. Sayangnya selalu berakhir di kloset. Jika sekadar mengisi dahaga, ia lebih memilih mengambil langsung dari wastafel. Entah air yang mengalir bersih atau kotor, paling tidak mengandalkan air wastafel tersebut bisa mengalirkan cairan agar tenggorokannya tidak kering kerontang.

Pada malam beruntung hari ini, ada berbagai jenis makanan enak kesukaannya yang menusuk penciuman siap untuk dihabiskan. Namun Phoebe harus tahan bukan karena takut diracuni, melainkan menunggu kedatangan Alvarez yang belum tiba di ruang makan.

Phoebe seketika menarik napas dalam-dalam kala setiap menit mengingat ciuman kedua yang beberapa jam lalu terjadi. Singkat namun membekas. Dan berhasil menghipnotis dirinya memikirkan keahlian Alvarez dalam memagut dan menyesap bibirnya hingga terhanyut sampai menikmati ciuman panas dan lembut darinya.

Seolah terlupakan akan kenangan ciuman pertama yang jauh dari kata lembut. Malahan terkesan beringas dan saling gigit hingga melukai bibir masing-masing.

Pasti pria itu sudah banyak mencium wanita sampai bisa sehandal seperti itu. Pikir Phoebe berburuk sangka dalam hati.

Sejuta pikiran pun melanglang buana dalam kepala Phoebe yang menerawang sangat jauh. Sebenarnya ada apa dengan Alvarez? Kenapa mendadak menciumnya? Kenapa mendadak membebaskannya? Kenapa mendadak menjadi pria yang seperti dibayangkannya, menjadi pria baik?

Oh Tuhan membayangkan sekali lagi ciuman tersebut membuat mukanya tersipu malu. Andai bukan darah Saliba mengalir dalam tubuhnya, sudah berani dia membalas ciuman kedua, melumat dan memagut bibir Alvarez sekali lagi. Ia sadar diri tidak boleh berharap apa-apa pada orang yang membencinya.

Memang Alvarez tampan dan mempunyai aura kharismatik yang mampu membuat wanita terpikat. Phoebe sendiri wanita normal yang masih menyukai pria. Apalagi pria dengan jambang halus adalah kriterianya sebagai pria idaman. Ia seperti wanita lain yang menyukai pria tampan. Dalam hati pun sejujurnya sejauh mata memandang, ia merasa terpikat oleh ketampanan Alvarez yang tidak masuk akal.

Berhubung Alvaro sudah sold out ia tidak bisa mengagumi suami temannya sendiri. Walau Alvaro terkenal murah senyum di media, namun siapa sangka pertama kali berjumpa, pandangan sinis diperoleh dari saudara kembar Alvarez. Tatapan Alvaro sangat terlihat jelas seperti memusuhinya.

Kini Phoebe memejamkan mata lelah sambil menggelengkan kepala menghempaskan segala yang mengganjal. Lalu bersandar pada tepi meja seraya menjernihkan perasaan aneh yang timbul dan tenggelam.

Dua menit berlalu dan tersadar ketika Phoebe memegangi perutnya yang keroncongan sembari membuka mata perlahan ketika perutnya menyuarakan bunyi yang memalukan. Begitu meluruskan pandangan, Alvarez tanpa kedengaran langkah kakinya sudah berdiri gagah kemudian menarik kursi duduk di depannya.

Mata Phoebe mengerjap beberapa kali. Ia menelan salivanya dan gelagapan bukan karena malu jika Alvarez mendengar cacing dalam perutnya bergemuruh. Sekali lagi ia terpaku dan terpesona, serta tengah terang-terangan menyoroti penampilan pria itu yang tampil berbeda. Balutan kaki jenjang tertutupi oleh celana training panjang hitam. Yang menjadi fokusnya adalah pria itu bertelanjang dada tanpa memakai atasan sama sekali.

HIDDEN PASSION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang