HIDDEN PASSION

Chapter 23 : Leave him

Berjalan seirama saling bergandengan tangan membuat seisi kantor tertuju perhatian pada dua sejoli yang menghemparkan sejagat orang sekitar. Para pegawai bertanya-tanya dan terheran menatap takjub. Sesekali melirik penasaran saat pemimpin sekaligus pemilik Williams Corporation memboyong seorang wanita asing.

Hal itu merupakan kejadian luar biasa yang tak pernah terjadi. Biasanya bos besarnya itu selalu ditemani oleh Kenny. Terkadang Alvaro jika tidak ada jadwal operasi. Kemudian wanita yang sering bersamanya, tak lain adalah Alesha yang seringkali ke kantor untuk datang makan siang bersama. Namun keduanya memiliki timbal balik di depan layar kaca televisi. Jika Alvaro dan Kenny sibuk, beberapa kali Alesha yang ikut menghadiri pesta relasi bisnisnya, dan begitupun sebaliknya— Alvarez datang memenuhi undangan Alesha menemani pesta dari dunia hiburan.

Di belakang layar mereka menyewa kamar hotel dengan connecting door yang terhubung, senantiasa sekiranya ada waktu menghabiskan olahraga keringat yang menyenangkan.

"Beri jalan. Beri jalan." perintah salah satu kepala bodyguard berbadan besar dengan suara lantang, kepada para pegawai yang berhenti mendadak seperti orang kampungan dan itu membuat kemandekan serta keramaian.

Sejak turun dari rubicon mewah, Alvarez dan Phoebe saling menggenggam erat tangan sembari memasuki area cafetaria kantor di jam yang menunjukkan pukul 12.30. Yang mana jam tersebut adalah waktunya makan siang berlangsung untuk para pegawai Williams Corporation beristirahat sejenak dari rutinitas bekerja yang memusingkan.

Jarang sekali pegawai Alvarez membeli makan dan minum di luar, karena perusahaan tersebut menyediakan segala makanan dan minuman cuma-cuma dari beberapa sponsor, tanpa memotong gaji karyawan. Setiap hari bekerja selalu terdapat menu utama dan camilan berbeda-beda khas negara lain.

Banyak pencari lowongan kerja ingin sekali bekerja dalam perusahaan raksasa terbesar di Amerika tersebut dikarenakan gaji, tunjangan dan bonus yang menjanjikan. Padahal mereka tidak tahu setiap pekerjaan yang bergaji menggiurkan memiliki tingkat pressure yang sangat tinggi. Terlebih bekerja di Williams Corporation yang mengharuskan tidak boleh melakukan kesalahan.

"Kurasa akan lebih baik jika aku menunggu di cafe lain dekat kantormu." Phoebe bergumam pelan, meremas lengan atas Alvarez kuat sebab dia merasa gugup harus berhadapan dengan orang banyak. Terlebih banyak sorot wanita terang-terangan memandanginya dengan tatapan merendahkan dan mencomoh.

Beberapa pasang media pun tadi tak luput ikut serta mengikuti namun ditahan oleh penjaga lain. Sejak kemunculan di lobi utama yang membuat heboh, mulai dari sekarang, sepertinya Phoebe merasa wajahnya akan tertampang penuh di televisi dan majalah.

Williams Corporation bukan perusahaan abal-abalan. Namanya banyak ditakuti oleh para pesaing bisnis global. Dengan pemegang kekuasaan tertinggi terbarunya saat ini, Alvarez mampun mencatatkan nama besar keluarga Williams terdaftar dalam versi Forbes sebagai keluarga terkaya di dunia. Kolektif kekayaannya naik pesat dibandingkan zaman Sean Williams hampir meningkat 300% dan itu mencapai USD 225 miliar. Perusahaan yang sudah turun menurun menguasai bisnis di bidang pertambangan minyak dan retail, serta masih ingin membuka bidang lain demi tetap eksis dalam perdagangan bisnis yang mendunia. Tak heran jika keseluruhan asetnya pun hampir tersebar di setiap sudut negara.

"Atau bisakah aku ikut denganmu? Pasti terdapat ruangan kecil dalam ruanganmu, bukan?" Phoebe menolak duduk sendirian di cafetaria. Atensi para wanita memindai dari atas sampai bawah membuat bulu kuduknya meremang.

"Aku ikut denganmu ya?" tanya Phoebe lagi. Alvarez sejak tadi tidak menanggapi.

Dengan balutan turtleneck senada dengan warna dasi Alvarez, Phoebe mencoba tampil apa adanya. Selain itu, ia harus menutupi mahakarya yang tercipta di lehernya akibat sesapan ciuman Alvarez yang menghasilkan kemerahan di area itu.