Chapter 25 : Disappointed

266 14 0
                                    

Kayaknya aku gaakan double update! Soalnya dobel update malah chapter 23 dikit yg baca 
Cerita ini udah tamat jadi tinggal publish aja, ingetin aku besoknya kalo jam tujuh malam gak update!

***
"Kau yakin dengan keputusanmu?" Amanda duduk gelisah sembari sesekali melirik jam tangannya. Menunggu kakak iparnya yang melewati batas janjian yang sudah ditentukan.

Phoebe mengangguk tanpa bersuara. Kelihatan sekali dia pun sedang gugup menunggu Alvarez. Amanda mengenal karakter Phoebe dengan baik, bahwasanya perempuan itu berprinsip dan tekadnya sangat kuat. Apa yang sudah diteguhkan sedari awal dia sudah pikirkan matang-matang. Semasa kuliah pada penelitian tugas akhir, Phoebe dari awal berkuliah selalu fokus menyelesaikan kuliah tepat waktu, dan berharap mendapatkan predikat lulusan terbaik. Dia enggan berkencan padahal yang mendekatinya pria tampan, wangi dan terkenal di kampus.

Sayangnya Phoebe tidak mau bersenang-senang sebelum mendapatkan hal yang membuatnya puas. Mungkin peribahasa bersakit-sakit dahulu bersenang-senang dikemudian hari menggambarkan kepribadian Phoebe yang tak boleh menganggu apa yang sudah dijadwalkan diawal.

"Barangkali Alvarez mempertahankan dirimu. Rasanya kau memang tidak bisa berkutik jika sudah diberi ultimatum oleh ibunya. Setidaknya jangan menyerah dulu, Phoebe." Amanda memandangi teman karibnya dengan sebuah senyum tipis.

Phoebe menggengam ponselnya. Nasihat Amanda tidak membuat pikirannya berubah.

"Saran dariku, mungkin salah satu caranya kalian harus bersatu. Tolong jangan memilih berpisah. Kalian pasti bisa menyakinkan keluarga besar Williams menghapus dendam masa lalu yang sialannya masih saja mereka bahas." lanjut Amanda menyakini dengan secercah harapan yang masuk akal.

"Jangan mengumpat Amanda. Kau sedang hamil." tegur Phoebe lembut.

"Oh tidak masalah," kata Amanda teramat santai. Tidak mempersalahkan jika si jabang bayi mendengar rutukan kata-kata kasarnya. Proses pembuatannya pun penuh umpatan serta makian saat melakukan hubungan intim.

Sembari mengelus perutnya, wanita hamil itu menambahkan kembali, "Sejak dalam kandungan, kurasa dia akan mirip sepertiku. Kau tahu saat aku mengumpat dia menunjukkan kesukaannya, menyenggol perutku. Kurasa bayiku sudah tahan mental menahan tekanan dan guncangan dari orangtuanya setiap malam."

Phoebe cukup mengerti apa yang diutarakan Amanda adalah sejenis candaan yang cabul.

"Apa kau memang sudah menyerah?" tanya Amanda kembali. "Hanya saja aku tidak ingin kalian berdua menyesali keputusan yang diambil hari ini. Tidak ada namanya berpisah baik-baik. Itu hanya pembelaan diri."

Phoebe mau membuka mulut dan terkatup kembali mendengar bunyi khas panggilan bandara. Suaranya terdengar sangat memekakkan telinga dan menghentikan percakapan keduanya.

"Hello everyone. Good evening. Passengers of flight 10HP5 bound for New York with stops in Amsterdam please boarding from gate C2, and please have your boarding pass ready and make sure that you have collected all your carry-on baggage. Thank you."

"Kali ini aku tidak bisa." jawab Phoebe setelah suara petugas bandara wanita berhenti membacakan pengumuman boarding.

"Kau tahu? Saat Alvarez dulu wisuda, keesokan harinya keluarga mereka mendatangi sebuah tempat rekreasi. Semesta tidak sengaja mempertemukanku dengan ayah Alvarez. Setiap akhir pekan aku mencoba menghibur diri dengan naik bianglala di London Eye demi mendapatkan pemandangan indah matahari terbenam. Ketika di atas, aku merasa menyatu dengan kegelapan langit dipenuhi warna jingga yang cantik." Phoebe berusaha untuk berbicara tenang.

Phoebe tidak pernah melupakan hari itu. Hari itu adalah hari sabtu sore cerah berawan dan perkiraan cuaca tidak akan hujan. Serpihan-serpihan kenangan pahit pertama kali bertemu dengan ayah Alvarez langsung muncul dalam pikirannya yang selalu mengingat.

HIDDEN PASSION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang