Chapter 44 : Meet

374 13 0
                                    

Alvarez menembus keramaian dengan perasaan campur aduk. Bahagia, cemas, terharu tentu saja semua bercampur menjadi satu gumpalan membuat jantungnya bergemuruh cepat, siap bertemu dengan istrinya Phoebe. Rasa gelisah melanda dirinya mengacaukan segala pertahanan yang dimiliki. Bahkan saat mengucapkan janji suci pernikahan, mengikrarkan sehidup semati bersama tak sekacau dan setegang ini mencari di mana istrinya berada. Sungguh jika sudah bertemu, ia tak sabar menanti memeluk kembali dan merindukan setengah mati.

Ia berjanji akan selalu menjawab pertanyaan apapun dari mulut istri tercintanya. Sumpah demi Tuhan Alvarez tak menginginkan hal buruk terjadi lagi.

Ia tak mau lagi Phoebe masuk rumah sakit apapun itu alasannya. Bahkan jika nanti melahirkan biarkan dokter dan suster yang melakukan dari rumah.

Pikiran wanita memang aneh dan tidak bisa ditebak.

Entah permainan apa yang Phoebe mainkan padanya sehingga ketika merasa dirinya mengingat tentang Alvarez, bukan menemui langsung malah bermain kucing-kucingan seperti bocah, seolah mempermainkan waktu yang bagi Alvarez sangat menyebalkan.

Tapi Alvarez tak mungkin memarahi istrinya. Selalu dalam kehidupan pada umumya, wanita tak boleh disalahi sekalipun dia bersalah. Kamus yang harus dipahami wanita dilahirkan selalu benar! Tapi tak apa, ia berpikir sangat positif, mungkin itu adalah hormon dari wanita hamil dan Alvarez tidak akan mempersalahkan setidaknya kondisi Phoebe sekarang sudah membaik.

Tentu saja Alvarez tahu di mana lokasi keberadaan istri tercintanya. Mempunyai banyak waktu dan tidak membutuhkan bantuan sana-sini, pria yang sudah mempertimbangkan segalanya, sudah mengetahui negara mana yang bakal dikunjungi. Ia sempat berpikir tadinya Phoebe akan bepergian menuju lokasi impian negaranya yang sampai sekarang wanita itu mempunyai uang banyak, tapi belum sempat mengunjungi negara-negara tersebut.

Entah apa yang menjadi dasar pertimbangan wanita itu. Ia menyuruh ibunya menghamburkan uangnya pergi keliling dunia di saat ia bekerja mencari cuan setiap hari tanpa rasa lelah dan tidak mempedulikan waktu.

Namun anehnya setelah berhasil dilacak, Phoebe mengasingkan diri ke Inggris yang di mana tempat lokasi mereka berdua saling menimba ilmu.

Ternyata usut punya usut setelah mencari informasi, di London sedang melangsungkan festival musim panas di daerah Hyde Park. Beragam acara musik, bazar makanan dan pakaian serta dan wahana-wahana yang bisa dikunjungi dari berbagai usia.

Informasi beredar sebagian penjualan tiket masuk didonasikan untuk yayasan penderita kanker dan amal disalurkan di beberapa tempat seperti panti asuhan dan anak jalanan supaya bisa bersekolah.

Mata tajamnya terus memandangi secara fokus titik merah yang berada di layar ponsel, membaca maps dengan teliti tempat di mana Phoebe berdiri. Ternyata wanita itu baru saja melangkah menuju parkiran.

Matahari sudah hampir terbenam dari peradaban dan pengunjung semakin ramai masuk dari zona barat. Alvarez yang sudah masuk terpaksa keluar lagi berdesak-desakan dengan para pengunjung yang datang.

Hal yang tak pernah dilakukan sebab ia pun sering datang ke festival ini selama musim panas saat kuliah dulu, selalu mendapat tiket kategori yang menguntungkan jalur masuk dan keluarnya tidak perlu berjubel, tak perlu sampai harus menghirup aroma minyak wangi orang lain yang tercampur menjadi satu membuatnya pusing bukan kepalang. Belum lagi keringatan dan menguarkan aroma bau ketiak yang busuk.

Sialan apa manusia ini sebelum datang tak memakai deodorant! Alvarez merutuk dalam hati di depannya ada pria yang mungkin seumurannya sedang mengangkat tangannya tinggi-tinggi dan mengeluh sulit sekali mencari jaringan sinyal. Bagian ketiaknya sudah basah oleh keringat dan kaosnya terlihat noda kuning.

HIDDEN PASSION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang