Chapter 34 : Punishment

410 16 0
                                    

"Hukuman apa yang kau maksud?"

"Nanti juga akan tahu."

"Lepaskan. Kau tidak bisa melakukan begini padaku." Phoebe terus berteriak geram dengan pita suara hampir terputus karena Alvarez mengangkutnya ibarat karung beras siap mau dikirim.

"Diamlah! Aku tidak akan menyakitimu." Suara Alvarez terdengar menggelegar namun sarat akan ketenangan dan terus melangkahkan kaki cepat dan santai hingga berhasil keluar dari klub malam melalui pintu belakang secara khusus.

"Tolong lepaskan Nona Phoebe, atau kami tidak segan-segan menekan pelatuk dan hujaman satu dua tiga peluru akan melumpuhkan Anda, Mr. Williams." kata salah satu kepala pengawal yang bertugas setiap hari mengawal kemana pun Phoebe pergi mengikuti selalu dari jarak aman tanpa menganggu privasi majikannya.

Ketika sudah sampai parkiran dan ingin menuju mobil, Alvarez menghentikan derap langkahnya dan bergeming tanpa berniat menurunkan Phoebe saat ada tujuh orang berlarian mengejarnya dari arah belakang dan Alvarez mulai berbalik arah ketika peringatan itu datang.

Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi terkejut sama sekali, padahal semua orang itu sedang menodongkan pistol mengarahkan sejauh tepat dua meter, siap menekan pelatuk jikalau Alvarez membuat gerakan mencurigakan.

Anak buah Phoebe semua diambil dari pusat pelatihan militer khusus yang sudah tidak diragukan lagi kemampuan menembak dan bela diri. Senjata api pun sudah didaftarkan dan izin sudah didapatkan, boleh dibawa kapan saja dan digunakan untuk berjaga-jaga. Phoebe sengaja mengambil dari agen terpercaya yang biasa dipekerjakan oleh agen interpol dan CIA untuk merekrutnya.

"Kami tidak akan melakukan kekerasan jika Anda melepaskan sukarela Nona Phoebe." Pria berusia empat puluh lima tahun berbadan tegap dengan pakaian bersetelan rapi hitam-hitam, berwajah sangar berusaha membuat negoisasi dengan pria yang hendak membawa kabur bosnya.

"Suruh mundur anak buahmu." Alvarez tetap tenang dan malah menyunggingkan senyum tipis-tipis dan bergumam ditujukan pada Phoebe. "Kelihatan memang aku datang sendiri tapi nyatanya yang tidak kasat mata itu justru menakutkan dan mengerikan. Beberapa anak buahku ada di parkiran ini dan berada di dalam dari ratusan mobil yang terparkir. Sungguh kau masih mau beradu kekuasaan denganku. Biar kuberitahu, pengawalmu dan pengawalku sama-sama dilatih khusus dari Secret Service yang biasa memberikan pasukan pengawalan untuk beberapa presiden di dunia."

Phoebe bangga anak buahnya melakukan tugas sangat baik. Tapi bernegoisasi dengan Alvarez adalah hal sia-sia. Ia sadar diri tidak akan pernah mengalahkan pria itu yang sudah berkuasa dari lahir. "Aku bakal menyuruh Paman Sam pergi tapi turunkan aku lebih dulu."

"Jika kau melarikan diri aku akan menambah hukuman yang kujanjikan sebelumnya." Setelah itu Alvarez menuruti kemauan Phoebe dan berhasil berpijak pada lantai.

Namun saat kaki jenjang indah wanita itu mendarat, Phoebe menghela napas kasar sebelum melayangkan sebuah tamparan keras ke pipi Alvarez kencang sampai bunyinya terdengar nyaring hingga pria itu sempat tertoreh ke kanan saking Phoebe mengeluarkan sekuat tenaga. Ia berang dan kesal di saat bersamaan.

"Brengsek!" Phoebe mendesis setelah menampar dengan amukan pancaran mata mengkilat kecewa menahan segudang tumpukan emosi yang sejak bertemu di lift berkecamuk. Apalagi fakta dia membawa Calvin membuat pikirannya mulai tidak terkontrol dan sakit hati. "Enyahlah kau ke neraka!"

Ini memang hanya masalah Alvarez datang membawa seorang anak kecil. Tidakkah pria itu bersabar dulu. Ia wanita dari kalangan biasa yang sedang berusaha keras memantaskan diri untuk bisa layak dan cocok berdampingan dengan seorang dari keturunan Williams.

Alvarez tak membalas balik tamparan malah mundur sampai punggung tegapnya menyentuh dinding. Ia mengamati Phoebe berbalik menghadap pria baruh baya tersebut, berjalan sembari mengepalkan telapak tangan yang terasa memanas dan sakit.

HIDDEN PASSION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang