Chapter 26 : Federate

290 15 1
                                    

Sean tak berhenti memandangi lima kantong jenazah dengan perasaan campur aduk. Apa yang dilakukan anaknya tidak bisa dibiarkan. Ada gerangan apa sampai Alvarez tega melenyapkan anak buahnya? Kenny pun sampai terkena getahnya, jalan pria itu terseok-seok dengan memakai celana pendek dengan paha dilapisi balutan perban serta tongkat untuk membantunya berjalan ditaruh di ketiak.

"Sekarang bisa jelaskan ada apa?" todong Sean ketika berhasil menjauhkan putra keduanya dari ruang tengah, sebab lokasi itu menjadi tak aman jika pria itu akan marah lagi. "Kau sadar apa yang kau lakukan telah membuat Alexa—"

"Apa kalian sadar, perbuatan kalian juga sangatlah jahat!" Alvarez memotong tidak ragu, membalikkan badan tegas dan dagu terangkat. Menghadap sang ayah dengan tatapan murka sekaligus berang yang sangat kentara.

Letupan emosi Alvarez semakin memuncak bagaikan lahar panas siap meledak. Bagaimana bisa ayahnya membohonginya dan tak berkata jujur padanya. Kepalan tangannya bertambah kuat menumpuk, menahan sekumpulan rasa sesak menghantam dadanya saat ini. Kewarasan dan kerinduannya masih tertinggal di bandara. Mengingat pada wanita yang berhasil membuatnya sudah hampir gila.

"Cara kalian ikut campur dalam urusan percintaanku adalah hal yang paling menjijikkan." geram Alvarez tak berhasil mengendurkan emosi yang tertanam ketika mengingat ajakan menikahnya ditolak oleh Phoebe.

"Daddy kenapa tidak berbicara yang sebenarnya saat dulu mengobrol dengan Phoebe? Aku tidak akan mendesak apa yang daddy katakan pada Phoebe saat hari itu? Tidak bisakah kalian untuk masa sekarang melupakan masa lalu yang sudah terjadi, hah?" lanjut Alvarez kasar.

"Sekarang aku tanya padamu?" Sean tetap menjaga nada suaranya tetap tenang dan berwibawa, tidak terprovokasi nada tinggi Alvarez.

Dalam beberapa detik, kini Sean mulai mengerti keadaan Alvarez berubah menjadi monster dan bertindak impulsif seperti hilang kendali hanya karena cinta.

Entah siapa yang mulai dari jaman ke jaman memang cinta adalah sesuatu hal yang mengerikan.

Memang sisi baiknya akan membuat kebahagiaan. Namun dilihat dari sisi buruknya, kadang kala manusia bisa dihilangkan akal sehatnya dengan cara; membelokkan pikiran supaya lupa arah tujuan dan menololkan otak berisi segala apa yang mau diperbuat.

Sean maju selangkah menatap Alvarez lebih dekat. "Jika dipikirkan bukan Phoebe yang menjadi korban. Ingatlah baik-baik, ibumulah yang telah menjadi korban utama atas perbuatan bejat ayah Phoebe. Jangan kau lupakan Máximo Saliba adalah penjahat yang telah menewaskan kakekmu yang notabenenya adalah ayah dari ibumu! Mereka baru saja berbaikan dan menata kembali hubungan layaknya ayah dan anak yang harmonis. Tapi berkat Saliba brengsek itu, dia telah merusak kebahagiaan ibumu yang baru terjalin. Selang beberapa menit pun kebahagiaan ibumu kembali direnggut bagai asap yang ditiup angin kencang. Sekarang berpikirlah bijak apa kami bisa merestui hubungan kalian?"

Pertanyaan yang dilayangkan Alvarez tidak bisa menjawab. Akal pikiran pria itu mendadak secara perlahan-lahan mulai kembali memasuki otak cerdasnya. Ia seketika terdiam dan mulutnya terkunci rapat.

"Pembantaian Leonardo beserta anak buahnya di depan mata ibumu langsung. Kecelakaan yang terjadi tepat di mata ibumu langsung. Jelas ibumu mengalami trauma sangat berat sehingga ketika mengetahui ada darah Saliba terlahir di dunia ini membuat pikiran ibumu kalut dan berniat jahat berusaha membunuh Phoebe." papar Sean mengingatkan barang kali Alvarez lupa.

"Aku tidak pernah lupa atas kejadian hari natal yang membuatku juga sama gilanya merasa kehilangan. Setiap kali dipikirkan aku selalu mengalihkan dengan minum alkohol, alkohol, dan alkohol dari usia 12 tahun hingga sekarang." Susah payah Alvarez menelan salivanya sebanyak mungkin berusaha membuka mulut dan akhirnya berhasil mengutarakan perasaannya.

HIDDEN PASSION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang