Chapter 33 : Vomit

243 15 0
                                    

"Hampir 98% manusia datang ke klub malam demi meringankan beban hidup dan mencari kesenangan batin. Sisanya para manusia kurang kerjaanlah yang datang demi menjalankan sebuah misi bodoh."

Tak ada yang membalas omongan itu.

Ivan melempar pandangan penuh arti hanya lima detik pada Sherley yang hanya tersenyum tipis tanpa memperlihatkan susunan gigi-giginya mendengar lontaran tersembunyi namun penuh makna dari mulut Ivan setelah menyesap asap rokok sembari mata liarnya memandang penari bar yang menari dengan lekukan tubuhnya yang seksi, sempurna dan gemulai. Tampil menggoda dengan balutan renda-renda putih hanya menutupi payudara serta bagian bawah wanita yang ditutupi dengan minim.

"Pakaian tipis dan menerawang mending tidak usah pakai baju sekalian. Pentil cokelatnya kelihatan dan astaga tarian macam apa itu." Sherley menilai kejauhan dari meja nomor delapan. Ia tidak begitu suka pada penari malam ini. Bisa dibilang seminggu tiga kali wanita itu mampir ke klub malam yang sedang mereka kunjungi.

"Kebiasaan hanya bisa berkomentar. Kau mau menggantikan penari striptis." balas Phoebe ikut menyahut.

Ivan terkekeh singkat. "Kekasih hatinya pasti akan marah dan membuatnya tidak bisa berjalan dengan normal jika berani melakukan itu. Bukan begitu?" Ivan bertanya pada Sherley yang tidak ada tanggapan dari wanita itu.

Ketika membalikkan badan goyangannya bertambah sensual dan panas. Otomatis mulut-mulut pria berteriak kegirangan, mengangga mendapatkan tontonan gratis sebab bagian area belakang hanya bertalikan tipis di sela-sela bokong sintal dan padat.

"Woah indah sekali bokongmu." Pelanggan pria botak plontos bagian paling depan panggung ketika berhasil menampar bagian itunya menimbulkan bekas kemerahan dan ceplakan tangan kekar.

"Malam ini tidurlah bersamaku."

Phoebe memijit sudut alis sebelah kanan. Ternyata datang ke bar bukan pilihan tepat baginya yang baru pertama kali menginjakkan kaki di tempat orang-orang akan penuh dengan perbuatan maksiat dan mesum.

Sepanjang usianya yang telah memasuki usia 27 tahun, tak pernah sekalipun dia bermain-main atau mencoba mendatangi klub malam. Saat kuliah di Inggris, salah satu teman kamarnya pernah mengajak pergi datang ke bar namun Phoebe tolak mentah-mentah. Tentu wanita itu lebih memilih belajar dan menghafal pasal-pasal ketimbang membuang waktu tidak jelas.

Namun dari lubuk hati Phoebe terdalam, ingin sekali merasakan hingar-pingar keramaian yang kata segelintir orang bisa menghilangkan stres apalagi menikmati lintingan dari sendok aluminium menghirup bubuk-bubuk aroma narkotika. Di dalam bar siapa yang akan menciduk membawa barang haram. Bahkan tempat seperti klub malamlah menjadi transaksi jual beli dan bisa jadi tempat menyimpan ganja, kokain dan serbuk-serbuk surga lainnya.

"Dasar anak baik." cibir Sherley mengejek ada wanita yang sepolos Phoebe. Oleh karena itu ia tak pernah mengajak wanita itu datang ke bar sekadar meringankan kepenatan bekerja setelah menyelesaikan kasus berat.

Sesungguhnya Sherley mendapatkan kekasih pun setelah berkenalan di bar saat memesan minum pada masa lalu. Ia menemaninya minum dan hubungan mereka bermulai ketika malam panas tidak sengaja mereka lakukan di hotel ternama di Copenhagen.

"Yeah... no problem." Phoebe tidak pernah sakit hati akan omongan pedas yang keluar dari mulut Sherley.

"Aku mau turun ke lantai berjoget dengan yang lain." Ivan mulai berdiri merapikan kemejanya seraya memandangi Sherley dan Phoebe bergantian. "Kalian mau?"

"Aku tidak!"

"Kau duluan nanti aku menyusul." kata Sherley mengedipkan mata.

Karena tidak mau mendesak, Ivan melangkahkan kaki menuju lantai dansa meninggalkan Phoebe yang kepalanya cenat-cenut tak tertahan dan Sherley  mulai mengambil pemantik untuk merokok.

HIDDEN PASSION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang