Chapter 41 : Vanquished

304 13 1
                                    

Satu setengah bulan kemudian, Phoebe merasa dirinya mengalami perubahan hormon drastis yang tak biasa.

Malam ini ia merasakan hal aneh kembali ketika makan malam bersama Angel. Ia tiba-tiba menahan mual bergejolak dalam perut saat ibunya menyajikan hidangan olahan daging babi asap yang biasa menjadi menu favorit sejak usia 10 tahun. Sayangnya entah mengapa dan entah apa yang terjadi pada Phoebe tak tahu. Baginya makanan itu terlihat sangat buruk tak menarik lagi sampai-sampai ia harus menutup hidung mancungnya. Baunya sangat menyengat seperti sudah basi dan benar-benar tidak menyukai aroma busuk yang menguar di udara.

Aroma tak sedap dari makanan itu mengalahkan bau busuk di tempat penumpukan sampah.

"Kau kenapa, sayang?" tanya Angel ketika sudah duduk di kursi depan menghadap Phoebe, seraya memperhatikan gerakan putrinya yang aneh. Ia pun mengurungkan niat tak jadi mengambil selada segar di depan mata.

Phoebe melepas telapak tangan yang tadi spontan menutup hidung, namun aroma aneh masih menyengat ia menutup kembali. "Maafkan aku mama, bukan aku tak menghargai masakanmu, tapi ada yang aneh pada diriku dalam beberapa hari ini. Mendadak malam ini aku tak menyukai daging babi. Bisa tolong mama bantu singkirkan dari meja makan. Jujur aku sangat tidak tahan akan aroma baunya yang menusuk penciuman." Phoebe memerintah lembut sembari menahan sesuatu yang bergemuruh sejak awal dalam perut minta disemburkan.

Tatapan Angel sangat terkejut dalam beberapa detik seperti tahu apa yang tengah terjadi.

Alih-alih mengatakan sesuatu, dengan cepat Angel menyembunyikan reaksinya sembari meraih mangkok berisi olahan daging babi kembali ke dapur. Disimpan di dalam lemari bagian atas, rencananya akan ia makan nanti jikalau anak itu sudah tidur— sayang jika makanan lezat harus dibuang.

"Mama jangan disimpan di atas lemari, aromanya masih menusuk berasa sampai sini." Phoebe berani mengeluh sebab semakin tak nyaman.

Ketika hendak menarik kursi kembali, ucapan Phoebe yang seakan-akan meminta makanan enak tersebut dienyahkan jauh-jauh membuat Angel menghela napas kasar lalu menatap anak tunggalnya lekat-lekat.

Mau marah tidak bisa. Angel mengerti sesuatu telah terjadi tanpa Phoebe sadari. "Baiklah kalau begitu. Sesuai keinginan putri kesayangan mama, akan mama singkirkan." katanya pada akhirnya mengalah seraya tersenyum tipis berpura-pura.

Pun segera itu dengan amat terpaksa Angel menyisihkan daging tersebut ke dalam suatu wadah, lalu memanggil pelayan dan menyuruhnya dibagikan saja makanan lezat itu kepada satpam yang memiliki postur lebih gempal, kemungkinan makanan tersebut akan habis selagi menjaga pos depan.

Padahal sebelum tersaji di meja, hidangan daging babi lebih dulu Angel bagi-bagikan ke orang-orang yang bekerja padanya. Ia pun kembali duduk tenang dan menghela napas saat memandang di meja makan hanya tersisa selada segar dan nasi putih.

Haruskah ia makan dengan lauk apa adanya tersebut?

"Mama tidak bertanya aku kenapa? Ini sudah ketiga kali mama menyiapkan makanan untukku, namun terus meminta untuk dibuang. Malam ini, sarapan kemarin dan juga saat memberikan cemilan dua hari lalu." tanya Phoebe mulai curiga.

Angel memandang Phoebe dengan menaikkan alisnya bingung tidak bisa menjelaskan secara spesifik. Ia pun merespon setelah sepuluh detik dengan tersenyum tipis sekali lagi lalu berkata, "Jika kau lapar sebaiknya pesan makanan pesan antar yang ingin kau makan. Tapi untuk minuman sebaiknya jangan yang bersoda. Panggil mama kembali jika makanan sudah siap. Ingat jangan yang bersoda." perintah Angel sekali lagi.

Phoebe terdiam dengan senyum kecut dan membiarkan sang ibu pergi entah ke ruangan mana.

Jika diingat-ingat kembali; Phoebe merasakan dirinya sedikit mengalami perubahan terkait makanan yang ia sukai menjadi makanan paling menjijikkan sedunia.

HIDDEN PASSION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang