75 : bar and mine?
"Terkadang kita harus rela kehilangan separuh nyawa kita, demi orang yang perduli terhadap akan nyawa kita." -Merlani Vellyne Algraya.
votenya chihuyy!
cemungutttt buat yg puasaa!💋🖤
☁️-🌷-☁️
•••
Alvaro segera keluar dari mobilnya dan langsung berlari lalu membawa Sabinna masuk kedalam pelukannya, bahkan ia tak peduli dengan pintu mobilnya yang belum ditutup.
Jantung Alvaro berdetak kencang saat melihat Sabinna menangis dalam pelukannya, pupil matanya sedikit melebar. "Naa?"
Sabinna terisak, memeluk Alvaro dan sepenuhnya bersandar pada Alvaro.
"Shh... Gue disini, Binna." Alvaro sedikit membungkuk untuk melihat Sabinna.
"Lo cuma perlu kontrol emosi lo, Naa" kata Alvaro kembali berdiri sempurna mengusap-usap rambut Sabinna yang masih memeluknya.
Sabinna menggelengkan kepalanya. "Gue egois, Var..."
"Lo egois karena lo sayang sama mereka" balas Alvaro melihati pagar markas NARLZ yang tertutup.
"Merla juga gitu, Naa. Dia egois, keras kepala sama kaya lo. Itu karena dia sayang sama gue, dia selalu main tangan sendiri karena engga mau gue luka" lanjutnya kembali melihat Sabinna.
"Gue takut, Var"
"Jangan takut, ada gue. Gue bakalan bantuin lo lepas dari ikatan trauma lo, Naa" Alvaro pun menunduk saat Sabinna menarik diri melepaskan pelukan.
Sabinna mendongak menatap Alvaro, lalu ia menyeka air matanya yang tak luka.
Alvaro pun mencekal pergelangan tangan Sabinna yang luka, ia mengangkat tangan Sabinna untuk melihat luka pada buku-buku jari Sabinna. "Ayo obati tangan lo dulu"
Sabinna menggeleng, ia melihati luka di buku-buku jarinya. "Temenin gue ke makam Merla, Var" ia pun mendongak menatap Alvaro.
Alvaro tersenyum lalu mengangguk. "Ayo." Ia mengajak Sabinna berjalan mendekati mobilnya lalu ia membukakan pintu untuk Sabinna masuk.
Setelah menutup pintu saat Sabinna sudah masuk pun ia langsung berjalan mengitari mobil dan masuk kedalam kursi pengemudi, ia menutup pintu mobilnya.
Alvaro mencodongkan tubuh lalu memasangkan Sabinna sabuk pengaman, ia menarik diri lalu menatap Sabinna. "Sini, bersihkan luka lo dulu"
Sabinna menggelengkan kepalanya. "Cuma luka kecil"
"Sekecil apapun goresan pada berlian, bahkan goresan itu hampir tak terlihat sedikitpun. The owner will be very angry, Naa. Pemiliknya engga akan pernah mau berlian miliknya terluka gores, sedikitpun." kata Alvaro memegang tangan Sabinna yang luka lalu ia mengambil tisu basah.
Sabinna yang mendengarkan itupun terdiam menatap Alvaro yang membersihkan luka pada buku-buku jarinya, ia sedikit meringis.
—Berlian? Pemiliknya? Batin Sabinna memikirkan perkataan Alvaro.
Alvaro meniup-niup lembut buku-buku jari Sabinna saat ia sudah selesai membersihkan sisa-sisa darah dari luka itu.
Sabinna masih terdiam melihati Alvaro, jantungnya berdetak kencang saat merasakan Alvaro meniup-niup buku-buku jarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SABINNA [END]
Fiksi Remaja[kalau bisa follow dulu sebelum membaca, bbub>••< HELP SUPPORT FOR MY STORY!