76-jangan berharap lebih

92 34 8
                                    

76|ᝰᐟjangan berharap lebih

gatau end nya sampai manaa🥰💅🏿

author dah sesat dah nih..😔😔😔😔

okeeee'

happy reading!

•••

Pukul -01.00

Alvaro berjalan memasuki rumah Arga masih menggendong Sabinna ala koala, ia melihat Arga yang tampak sudah menunggunya.

Arga menghela nafas saat melihat Sabinna yang menyembunyikan wajah di bahu Alvaro, ia pun beralih melihat Alvaro. "Kamu langsung bawa kedalam kamarnya, temani Sabrinna sampai tidur." katanya.

Alvaro pun mengangguk lalu berjalan menuju tangga sambil mengusap-usap rambut Sabinna.

Arga pun beralih melihat Reno yang melihati Alvaro yang berjalan menaiki anak tangga. "Kamu mau pulang? Kalau mau pulang pakai mobil saya saja"

Reno segera beralih melihat Arga. "Sabrinna engga kenapa-kenapa, kan?" tanyanya melihat Arga.

Arga terkekeh geli melihat Reno yang tampak khawatir dengan Sabinna, ia pun menggeleng. "Tidak apa-apa, selagi sudah bersama Alvaro."

Kembali lagi pada Alvaro...

Alvaro menghela nafas menyandarkan tubuhnya pada sandaran kasur Sabinna saat lengan Sabinna masih melingkari lehernya. Lengannya tidak lepas dari pinggang Sabinna, ia pun mengusap-usap pinggang Sabinna.

"Alvaro..."

"Hmm?" Alvaro pun melihat Sabinna yang menggumamkan namanya. Tangannya yang lain terangkat dan mengusap-usap rambut gadis itu yang acak-acakan.

Tubuhnya membeku saat merasakan bibir Sabinna menyentuh lehernya, tubuhnya kesemutan akan itu. "Naa?" panggilnya, memastikan Sabinna tidur atau tidak.

"Ck!" Alvaro mengatupkan rahangnya saat merasakan Sabinna menggigit kuat lehernya.

...


𓊆 。 S a B ¡ N n A ˚ 𓊇

-07.09

Sabinna membuka matanya perlahan-lahan, ia bangun lalu mengucak-ucak matanya. Ia melihat sekeliling tampak linglung.

Ia menunduk melihat selimut yang menyelimuti dirinya. "Pahit banget mulut gue" gumamnya merasakan mulutnya pahit.

"Sh... Badan gue pegel banget" ia meregangkan tubuhnya lalu menyingkirkan selimut.

Sabinna menunduk saat mencium aroma familiar, ia mencium aroma Mint dan aroma alkohol yang melekat pada dirinya.

"Semalam..." monolognya merasakan pusing.

"You're mine, Binna. Gue engga mau dan engga bakalan terima, kalau tubuh lo disentuh sama siapapun itu kecuali gue."

"Laki mana lagi yang udah berani nyentuh Binna?"

Sabinna terdiam kala ia hanya mengingat itu. "Mati gue."

...

-08.31

-Ish...! Ya, astaga... Gue semalam jadi bocah? Malu banget...! Batinnya masih memikirkan.

SABINNA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang