[33]

131 19 1
                                    

Alice berusia delapan belas tahun saat itu. Dia hampir memasuki masa dewasanya. Tetapi, sama sekali dia tidak pernah mendapatkan masa-masa kanak-kanaknya. Ketika anak-anak lain bermain bersama teman-teman mereka, Alice hanya duduk melihat. Mark juga tidak pernah bisa—dengan sungguh-sungguh—mengasuh anak-anak perempuan atau bagaimana cara memperlakukan mereka. Jadi, sebenarnya Leslie dan Kitty juga kekurangan kasih-sayang. Aku tidak pernah tahu apa yang terjadi pada Kitty. Tetapi, Alice mengatakan padaku bahwa dia selalu melihat Kitty bersama pria-pria aneh dan Alice merahasiakan sikap Kitty itu dari Mark.

Mark sebenarnya tidak berniat membeda-bedakan mereka. Tetapi, Alice selalu tahu diri. Dia merasa sungkan. Mark telah memberikan segalanya baginya. Dan dia tidak ingin terus merepotkan. Jadi, dia tidak pernah meminta ini atau itu. Dia tidak pernah meminta pakaian-pakaian baru atau perhiasan seperti anak-anak pada umumnya—walau dia tahu bahwa harta ayahnya sebagian ada di tangan Mark. Dia merasa bahwa itu harus disimpan dan digunakan untuk keperluannya yang paling dasar.

Akan tetapi, sebagai seorang gadis yang normal, dia pastilah menyukai keindahan. Dia juga menginginkan baju-baju yang bagus dan gelang-gelang, kalung-kalung serta cincin yang berkilauan.

Dan Dokter Alferd tahu itu. Dengan cerdiknya, dia memanfaatkan hal itu untuk memerangkap Alice dalam jebakannya—dan yang perlu kutegaskan lagi, Alice tidak dapat menolak kebaikan orang lain. Jadi, dia menerima pakaian-pakaian bagus dan mahal yang dibelikan oleh Si Bajingan Alferd.

"Kau tidak perlu melakukan ini." Dan bahkan ketika Alice menerima pakaian-pakaian itu, hatinya tetap berusaha menolak. "Ini terlalu berlebihan."

"Apa kau sungkan?" tanya Dokter Alferd.

Kala itu, keduanya tengah berada di dalam mobil Dokter Alferd. Dokter Alferd ada di jok kemudi, sementara Alice berada di sampingnya. Alice masih ingat, saat itu hujan deras. Mereka menepi di persimpangan depan sebuah mall setelah seharian menghabiskan waktu untuk bermain-main dan makan di sana. Dan Dokter Alferd membelikan pakaian-pakaian itu dari tempat yang sama.

Alice menundukkan pandangannya. Ya, tentu saja dia merasa sungkan. Perhatian Dokter Alferd ini sudah mulai aneh. Tetapi dia tidak bisa lari. Memangnya, mau ke mana dia? Mark selalu membawanya ke mansion supaya aman ketika dia bekerja. Tidak ada cara untuk menghindari Dokter Alferd. Walau begitu, Alice mencoba berfikir positif. Mungkin, dia memang baik.

"Alice, kau tidak mencintai Ilya 'kan?" tanya Dokter Alferd membuyarkan ketermanguan Alice.

Alice bergeming. Apakah dia mencintai Ilya? Dia hanya senang apabila ada di dekat Ilya. Perlu kutegaskan lagi bahwa Alice tidak tahu apa itu cinta yang sesungguhnya, bagaimana rasanya. Dia merasa bahwa dia senang di dekat Ilya, merasa bahagia ketika melihat pemuda itu, selalu ingin berada di sisinya, dan sangat ingin menikah dengannya. Tetapi, apakah memang benar cinta adalah hal yang semacam itu?

"Kau tidak tahu," jelas Dokter Alferd. "Kau tidak tahu apa itu cinta, Alice. Ilya tidak pernah menunjukkannya. Jadi, kurasa dia tidak mencintaimu."

"Dia sudah menunjukkan segalanya. Kasih, perhatian, dukungan."

Dokter Alferd terkikik. "Begitukah?"

Alice mencoba untuk tersenyum. Dia menatap Dokter Alferd yang menyilakan rambutnya yang berombak. Alice mengatakan bahwa dia masih mengingatnya. Kala itu, aroma cologne yang dikenakan Dokter Alferd lebih menyengat dari biasanya. Dia juga masih mengingat bahwa Dokter Alferd mengenakan kemeja biru tua dan celana berwarna krem. Sebuah jam tangan silver dan gelang tali berwarna hitam. Guratan wajahnya tampak samar di usianya yang hampir mencapai tiga-puluhan. Sebuah lesung pipi yang indah tampak di pipinya. Dia mengembuskan napas panjang. Menatap Alice pula setelah kikikan panjangnya. Yang Alice rasakan hanyalah kedinginan karena hujan. Yang Alice dengar hanyalah suara guntur. Yang Alice tatap hanyalah Si Bajingan Alferd dengan segala manipulasi busuknya.

The Killer [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang