Atas permintaan kekasihnya, Alexander pergi mencari Sofiya di tempat ensambel itu. Mereka cukup panik. Leslie tidak bisa menghubungi perempuan yang kerap disapa "Sofiya" itu. Ponselnya dimatikan—atau mungkin mati.
Ensambel itu masih cukup ramai. Sebab, orang-orang pergi ke sana setelah menjalankan aktivitas utama mereka; seperti anak-anak yang sudah pulang sekolah atau orang-orang dewasa yang pulang bekerja. Di sana, orang-orang mencari kegiatan dalam bermain musik dan menari.
Alexander dan beberapa temannya berjalan di lorong. Di saat yang bersamaan, ponselnya berdering. Dengan segera, dia merogoh ponselnya dari dalam saku. Itu ternyata adalah panggilan dari Leslie. Dia pun mengangkat panggilan tersebut.
"Hallo, Alexander. Kau sudah menemukan Sofiya?" tanya Leslie.
Alexander menggeleng. "Belum."
"Polisi menerima laporannya. Mereka akan mengawasi Sofiya. Tetapi, kau perlu memastikan bahwa dia tetap aman sampai polisi datang."
Alexander manggut-manggut. "Aku mengerti."
Setelah itu, panggilan dimatikan. Arloji Alexander sudah menunjukkan pukul delapan malam lebih lima belas. Setahunya, Sofiya akan pulang sekitar jam-jam itu. Jadi, mereka memutuskan untuk mencari Sofiya di tempat parkir saja.
Mereka bergegas menuju ke sana. Tempat parkir itu berada di bagian samping ensambel. Dan untungnya, benar dugaan Alexander. Sofiya di sana. Dia sedang mengeluarkan mobilnya dari beberapa mobil yang berdesak-desakan. Dalam kaca, dia melihat Alexander dan teman-temannya di belakang mobilnya. Tanpa diminta, Sofiya berhenti dan dia segera turun untuk menemui Alexander.
"Aku tidak perlu dijemput," kata Sofiya tanpa diminta. "Aku akan pulang ke rumah bukit."
"Dengar, kau harus pulang ke rumah Leslie malam ini. Keadaannya berbahaya. Kau mungkin akan diculik oleh... Tuan Yuzak." Alexander menjelaskan. Dia memelankan nama yang dia sebut.
Sofiya menelan salivanya. Dia bergeming sejenak. Dia tahu, dia selalu dalam masalah. Padahal, dia sudah berusaha menghindari segalanya dan memaafkan masa-lalunya. Tetapi, seolah masa-lalu itu masih menjadi petaka baginya; menyeretnya ke dalam masalah lagi dan lagi. Sofiya pun menggeleng. "Tidak akan. Kau tenang saja. Jangan mengkhawatirkanku."
"Leslie melapor pada polisi. Akan ada polisi yang mengawasimu," kata Alexander.
"Polisi mau melakukannya?"
"Aku rasa, Ramon tidak ada di sana. Jadi, polisi lain memberi instruksi atas dasar laporan Leslie."
"Siapa yang mengatakan itu pada Leslie?"
"Itu... " Alexander terdiam selama beberapa detik. "Entahlah. Dia belum menjelaskannya."
Sofiya manggut-manggut lagi. "Aku ingin pulang."
Alexander kembali melirik arlojinya. "Sial sekali. Katanya, akan ada polisi."
"Tidak apa-apa Alexander. Aku akan baik-baik saja."
"Tidak, tidak. Kau harus di rumah Leslie hari ini. Cepatlah naik ke mobilmu. Kami akan berada di belakangmu."
Sofiya tidak bisa menolak sebuah permintaan. Awalnya, dia ingin beristirahat di rumahnya. Tetapi, dia tahu Alexander dan Leslie mengkhawatirkannya. Jadi, dia mengiakannya saja.
Sofiya pun kembali masuk ke dalam mobilnya. Dia mengeluarkan mobilnya dari ensambel. Sementara itu, Alexander dan beberapa rekannya mengawal Sofiya dari belakang.
Akan tetapi, baru beberapa meter mereka keluar dari gerbang ensambel, sebuah mobil van tiba-tiba menyalip mobil Sofiya dan berhenti tepat di hadapannya. Hal itu membuat Sofiya mengerem mendadak dan menghentikan mobilnya. Alexander dan teman-temannya pun juga ikut berhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Killer [END]
Mystery / Thriller[SANG PEMBUNUH] 18+ PLAGIAT DILARANG MENDEKAT ❗ *** Blurb : Dokter Alferd merupakan dokter yang tampan dan berkarisma. Tetapi, itu semua pudar ketika dia ditemukan tewas secara mengenaskan di huniannya. Dirnada "Nada" Atlicia Hayes merupakan putri d...