Semua orang di dunia ini memiliki mimpi.
Ilya memiliki mimpi.
Dia ingin menghabiskan waktunya di perpustakaan seumur hidupnya. Dia ingin berkutat dengan buku-buku dan abadi di sana. Hanya saja, semuanya tidak berjalan seperti apa yang dia inginkan. Dia memiliki dua pilihan dalam dari keluarganya; memasuki rumpun ekonomi atau politik. Tetapi, Ilya enggan. Dia pun memutuskan untuk mengambil jurusan yang netral saja; sosiologi. Walau itu bertentangan, setidaknya ilmu tentang masyarakat masih sedikit menyambung dengan posisi keluarganya.
Universitas yang bagus bukanlah semata-mata dapat dimasuki dengan setumpuk uang. Tetapi kecerdasan akademis juga dipertimbangkan. Bayangkan saja, apabila memasuki sebuah universitas bergengsi dengan mengandalkan uang, tetapi pemikirannya tidak sanggup, tentu saja itu tidak akan berjalan dengan lancar. Jadi, Nyonya Vivian memaksa putra sulungnya itu untuk pergi les di masa-masa kelas 12-nya. Begitu juga dengan Liliya.
Dalam beberapa lama, perpustakaan itu beroperasi tanpa kehadiran Ilya—Sang Penunggu Perpustakaan.
Anak-anak lain masih di sana. Tetapi, tanpa kekasih rahasianya, Alice benar-benar kesepian. Tidak ada cake strawberry yang diletakkan di atas meja.
Sekarang, hanya satu atau dua kali Alice dapat berjumpa dengan Ilya selama seminggu. Dan dalam waktu itu, mereka akan bercerita banyak hal.
"Kau sudah memutuskan mau masuk universitas mana? Kau pintar. Ayo masuk di universitas yang sama denganku. Itu akan seru. Di sana, ada asrama. Kau akan tinggal di asrama putri dan aku akan tinggal di asrama putra. Seperti dongeng, suatu-waktu kita akan mengendap-endap dan berjumpa di malam hari." Ilya tertawa.
Alice tersenyum. "Itu universitas yang sangat elit. Kurasa, aku tidak bisa. Mungkin secara finansial, Mark akan membiayainya. Tetapi tes masuk dan untuk bertahan di sana... itu mustahil bagiku. Bahkan, aku sudah menyerah di tes masuknya saja."
"Jangan begitu. Kau tahu, siapa pun yang menempuh pendidikan di top-tier akan memiliki jaminan masa-depan. Jika masa depanmu lebih baik, kau tidak akan menjadi 'rahasia' lagi. Kita akan bersama."
Ya, Ilya benar. Jika Alice yang malang itu memiliki masa depan yang cerah, tertata dan sukses, mungkin dia tidak akan malu lagi bersanding dengan Ilya. Jika dia memiliki setumpuk uang di brankas, maka dia akan membeli rumah yang besar. Jauh lebih besar dibandingkan dengan rumah tua klasik di atas bukit, belokan Jalan Dahlia itu. Dia akan dihormati dan disegani, serta dia akan layak bersanding dengan seorang seperti Ilya.
"Aku tidak bisa." Nyatanya, Alice adalah pribadi yang mudah menyerah.
"Kau bisa. Ayolah, aku mohon. Ini adalah gerbang menuju kesempatan emas."
"Aku tidak sepandai yang kaukira. Aku hanya 5 besar di kelas dari 30 murid. Apakah itu tampak mungkin?"
Ilya terdiam sesaat. Baginya, Alice pandai. Dia mampu menjelaskan hal-hal yang tidak mampu dijelaskan oleh anak-anak perempuan seusianya. Dia memiliki pengetahuan yang luas. Tetapi, di masih banyak anak-anak lain yang berada di atasnya. Alice selalu belajar sendirian sejak kecil. Dia mempelajari apa pun secara autodidak. Ketika anak-anak lain akan pergi les privat dan semacamnya, Alice hanya memanfaatkan buku-buku gratis di perpustakaan Mansion Mitchell itu. Apalagi, Alice berasal dari SMU yang biasa-biasa saja. Tidak seperti Ilya yang berasal dari SMU yang berkelas dan elit; diisi oleh anak-anak super cerdas. Dan tidak hanya ada satu atau dua SMU elit di negeri ini. Jumlahnya ribuan. Tetapi, anak-anak dari sana kebanyakan juga akan memilih universitas bergengsi pula. Dan salah satu pilihan yang ramai peminat adalah universitas pilihan Ilya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Killer [END]
Mystery / Thriller[SANG PEMBUNUH] 18+ PLAGIAT DILARANG MENDEKAT ❗ *** Blurb : Dokter Alferd merupakan dokter yang tampan dan berkarisma. Tetapi, itu semua pudar ketika dia ditemukan tewas secara mengenaskan di huniannya. Dirnada "Nada" Atlicia Hayes merupakan putri d...