Sofiya terbangun keesokan harinya. Buru-buru dia beranjak. Dia ingin segera menagih Danya untuk mengembalikannya karena dia sudah menceritakan segalanya. Dia pun membuka pintu. Danya yang masih tertidur bersandar pintu pun ambruk ketika pintunya dibuka. Pemuda itu pun langsung terbaring di lantai dan menatap Sofiya dari bawah.
"Kepalaku pusing sekali." Dia bergumam.
"Itu karena kau tertidur di lantai yang dingin," balas Sofiya.
"Mau bagaimana lagi? Biasanya, aku sulit sekali mengantuk. Tetapi aku kemarin mengantuk. Aku takut jika aku beranjak, maka mengantukku akan hilang dan aku tidak bisa tidur lagi. Aku harus mendengarkan melodimu itu—lagi dan lagi."
Sofiya mengernyitkan dahi. "Aku tidak peduli. Sekarang, aku menagih janjimu untuk mengembalikanku pulang."
"Aku sedang pusing. Aku tidak bisa menyetir. Bagaimana nanti jika kecelakaan di jalan?"
"Aku yang akan pergi sendiri. Kau tinggal bukakan pintu rumahmu dan aku akan berlari."
"Oh, begitu, ya? Terserah saja." Danya pun merogoh kuncinya dari dalam saku celana. Dia pun melemparnya kepada Sofiya dan perempuan itu dapat menangkapnya dengan gesit.
Sofiya buru-buru berlari dari sana. Dia membuka pintunya dan keluar dari rumah Danya. Sementara Danya masih berbaring di atas lantai. Dia masih memikirkan apa yang terjadi pada Sofiya. Dia tidak tahu bagaimana hancurnya perempuan itu. Rasanya pasti menyakitkan dan Danya tidak akan pernah mengerti. Tetapi, dia sendiri agak tersinggung. Dia masih berpikiran bahwa Sofiya menghindarinya karena dia adalah pria yang mungkin sama dengan Dokter Alferd. Tidak! Dia bukan pria yang seperti itu. Dia lupa mengatakannya pada Sofiya. Dia lupa mengatakan, "aku bukan seperti Si Bajingan Alferd. Jangan menghindariku. Itu menyinggung perasaanku."
Danya bangkit dari posisinya. Dia pun berniat untuk mengatakannya kepada Sofiya nanti.
Sofiya kembali ke rumah. Dia langsung memeluk Leslie. Dia mengatakan bahwa Daniel sudah gila dan menculiknya. Leslie juga sudah menduga hal itu. Bahkan, dia susah melapor ke polisi. Tetapi, waktu menghilang Sofiya masih singkat dan belum terlalu ditanggapi. Lagipula—kata mereka—Sofiya sudah terlalu dewasa. Ada kemungkinan bahwa dia kabur—walau Leslie sudah menjelaskan bahwa itu aneh karena ponsel dan barang-barang Sofiya masih ada di mobil dan bagasi masih menganga.
Akan tetapi, apa pun itu, masalahnya sudah selesai. Sofiya tidak ingin memikirkannya lagi dan berharap bahwa setelah itu, dia dan Danya kembali bersikap normal seperti sebelum kejadian di toko buku.
Hanya saja, harapan itu kandas.
Lagi-lagi orang yang menurut Sofiya sinting itu menemui dirinya yang sedang sendirian di rumahnya di Jalan Dahlia—beberapa hari setelah kejadian itu.
Satu kebiasaan Sofiya adalah lupa menutup gerbang. Dan itu membuat Danya bisa seenaknya masuk tanpa permisi.
"Kau tahu, aku sangat berbeda dari Dokter Alferd. Aku tidak akan melakukan hal yang jahat dan menjijikkan begitu. Jadi, jangan anggap aku sama sepertinya. Mungkin di dunia ini, memang banyak yang sepertinya. Tetapi aku berbeda." Danya menjelaskan. Dia berdiri di hadapan Sofiya yang hanya bisa ternganga melihat tingkah ini.
Sofiya menelan salivanya. "Lupakan saja. Kau tidak usah membahasanya."
"Ya. Aku tidak akan membahasnya. Tetapi, aku ingin kau tahu bahwa aku bukan seperti dia. Jadi, kau tidak perlu takut kepadaku."
Walau kau tidak seperti dia, tetap saja kau menakutkan. Kau menguntitku, menodongku dengan pistol, menculikku dan nenyekapku. Apakah aku harus tidak takut pada orang sepertimu? Dilihat dari sisi mana pun, kau tetap berbahaya untukku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Killer [END]
Mystery / Thriller[SANG PEMBUNUH] 18+ PLAGIAT DILARANG MENDEKAT ❗ *** Blurb : Dokter Alferd merupakan dokter yang tampan dan berkarisma. Tetapi, itu semua pudar ketika dia ditemukan tewas secara mengenaskan di huniannya. Dirnada "Nada" Atlicia Hayes merupakan putri d...