Belakangan ini sangat sibuk. Ujian benar-benar sudah di depan mata. Tetapi Nada malah keluyuran bersama Arman dan Danya untuk kasus yang sebenarnya bukan tanggung-jawabnya. Dia juga pergi ke ensembel. Jika ayahnya tahu hal itu, maka dia akan mengamuk. Dia sudah pasrah dan putus asa dengan keadaannya. Dia menyadari bahwa dia sebenarnya cukup cerdas—tetapi tidak akan mampu bersaing dengan anak-anak yang lebih giat.
Pagi itu, dia berangkat ke sekolahan seperti biasanya. Semua orang memandanginya. Sebenarnya, itu adalah hal biasa. Tetapi entah kenapa pandangan kali ini seolah berbeda. Mereka menunduk menatap Nada. Hal itu membuat Nada sedikit menyeringai dan bertanya-tanya ada apa gerangan?
Setelah dia berbelok ke kelasnya dan memasuki kelas, dia meletakkan tasnya di kursi. Alangkah terkejutnya dia ketika mencium aroma busuk. Ketika dia menatap meja, dia melihat coretan-coretan dengan tinta merah di atasnya. Meja itu juga tergores-gores dengan benda tajam. Sebuah kata "pelacur" terpampang di sana dengan jelas. Bau busuk itu merupakan bau bangkai. Sebuah bangkai burung dara yang mati di dalam lacinya. Dia hampir muntah ketika menyadari hal itu dan hampir tersungkur ke belakang.
Nada berteriak sebal. Dia tahu dan menyangka bahwa semua ini adalah ulah musuh bebuyutannya; Olivia. Memangnya, siapa lagi jika bukan dia?
Dengan amarah yang membuncah, Nada mendatangi kelas Olivia. Dia segera menyeret gadis yang tengah duduk bercermin di kursinya itu. Tanpa mengatakan apa pun, dia segera menarik rambut panjang Olivia sampai gadis itu meringis dan merintih. Dia berusaha sekuat tenaga menepis jambakan Nada. Tetapi tidak berhasil. Nada malah menariknya lebih keras lagi.
"Bajingan, apa yang kaulakukan ini, Pelacur?!" tanya Olivia sembari meringis.
Nada mendorong tubuh Olivia sampai gadis itu menghantam meja. Olivia kesakitan. Tetapi, dia hanya meringis saja. Nada tidak meminta keterangan. Dia memukuli wajah Olivia. Olivia pun membalasnya dengan menarik rambut Nada balik. Dan kemudian Nada kembali menarik rambut Olivia. Perkelahian itu sangat parah. Keduanya terjatuh dari meja. Tetapi, masih lanjut berkelahi walau tulang-tulang mereka terasa remuk.
"Apa salahku, Bangsat?!" tanya Olivia.
"Apa yang kaulakukan di mejaku, hah?!" tanya Nada balik.
"Apa yang kulakukan?! Memangnya apa yang kulakukan, Dasar Bajingan?!"
Tidak ada yang berani melerai pertengkaran itu. Nada adalah anak kepala kepolisian sementara Olivia juga merupakan anak dari keluarga berada. Semua orang hanya melihat saja.
Kecuali berandal Erick yang tiba-tiba datang ke kelas Olivia itu dan menghentikan kegaduhan yang terjadi. Dia segera menarik tubuh Nada yang sedang menindih tubuh Olivia—serta dengan paksa melepaskan tarikan rambut di antara keduanya. Nada tidak memprotes. Dia juga merasa bahwa itu sudah cukup. Kepalanya terasa sangat sakit karena jambakan keras Olivia.
Erick pun menggelandang tubuh Nada dari sana. Sembari berjalan, dia juga bicara. "Ayolah, Nada. Jangan berbuat begini lagi. Ini sudah hampir ujian dan harusnya kau tidak diskors lagi."
Nada menepis gelandangan tangan Erick. Dia berhenti di depan kelas. Semua orang satu-persatu bubar. "Dia keparat. Dia menaruh bangkai di mejaku."
"Yah, aku tahu itu. Aku sudah menyuruh tukang kebun untuk membersihkannya dan mengganti mejamu tadi sebelum aku ke sini," kata Erick.
Nada mengembuskan napas panjang. "Ada apa denganmu? Kau tiba-tiba ada dan menghentikan segalanya? Kau tidak biasa melakukan ini. Dahulu, ketika aku digelandang Olivia—saat Julian masih hidup—kau diam saja?"
"Kupikir saat itu tidak akan terjadi perkelahian yang parah," balas Erick. "Jika masalahnya akan menyebar, tentu saja aku akan membawamu pergi. Kau adalah anggota kelas. Kita harus lulus bersama-sama."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Killer [END]
Mystery / Thriller[SANG PEMBUNUH] 18+ PLAGIAT DILARANG MENDEKAT ❗ *** Blurb : Dokter Alferd merupakan dokter yang tampan dan berkarisma. Tetapi, itu semua pudar ketika dia ditemukan tewas secara mengenaskan di huniannya. Dirnada "Nada" Atlicia Hayes merupakan putri d...