Nada pergi ke rumah Olivia. Sudah dia duga bahwa gadis itu ada di sana. Setelah menyebar aibnya sendiri, sudah pasti dia tidak akan pergi ke sekolah. Jadi, mau ke mana dia sepagi ini?
Hunian Olivia berada di kompleks perumahan elit di kota itu. Wajar saja, ayah Olivia adalah anggota dewan yang cukup terkenal. Semua orang tahu di mana tempat tinggal mereka.
Nada memberhentikan mobilnya di depan gerbang. Dia segera turun. Setelah itu, dia berusaha membuka gerbang. Sayangnya, gerbang itu dikunci. Tetapi, dia menggunakan cara yang biasa dia lakukan; memanjat. Yah, dia memang berbakat memanjat. Bahkan, dia sering memanjat pagar belakang sekolah.
Dengan susah payah, pada akhirnya Nada dapat memasuki hunian yang halamannya luas itu. Gadis itu berjalan menuju teras dengan tatapan yang masih kosong. Dia masih membawa handy-cam yang diberikan oleh Danya tadi di tangan kirinya. Sementara tangan kanannya berada di balik jaketnya dan memegangi sesuatu yang dia sembunyikan di dalam sana.
Pintu teras tidak dikunci. Mungkin, Olivia berfikir bahwa pagarnya sudah dikunci dan tidak akan ada orang yang dapat melewati pagar. Jadi, dengan mudah Nada masuk ke dalam.
Ruangan depan begitu berantakan. Suara alunan musik klasik menggema dari radio. Camilan berserakan di sana dan di sini. Beberapa botol minuman keras tertumpah di karpet. Agaknya, Olivia sedang merayakan kemenangannya. Gadis itu terlelap di sofanya. Nada pun mendekatinya.
Karena bayangan Nada, Olivia membuka netranya perlahan. Dia agak pusing. Tetapi, dia dapat melihat Nada dalam indra penglihatannya yang buram. Dia langsung terkekeh. Gadis itu pun bangkit dari posisinya sembari memegangi kepalanya.
"Bagaimana kau bisa masuk?" tanyanya diakhiri tawa. "Aku mengunci gerbang. Tetapi, sudah kuduga kalau cepat atau lambat, kau akan melabrakku."
"Aku di sini bukan untuk melabrakmu," kata Nada.
Olivia tertawa.
"Aku ingin membunuhmu."
Setelah itu, Olivia mengernyitkan dahinya.
Nada mengeluarkan sesuatu yang sejak tadi dia sembunyikan dari dalam jaketnya; sebuah pisau dapur yang mengkilap dan tentunya tajam. Olivia langsung menelan salivanya. Sial, gadis itu benar-benar hendak membunuhnya. Jadi, Olivia mundur ke belakang beberapa langkah. Tetapi, dia malah terjatuh di atas sofa yang ada di belakangnya.
Nada mengangkat pisaunya. Dia pun menghujamkannya ke perut Olivia. Pisau itu tertancap, dan kemudian Nada mencabutnya. Olivia memekik sembari memegangi darah yang mengalir dari perutnya. Rasanya sakit dan nyeri. Dia sangat lemas ketika darah itu semakin lama semakin banyak. Dia bangkit dari sana dengan tertatih-tatih. Tetapi, pada akhirnya dia terpeleset darahnya sendiri dan kepalanya malah terbentur meja sehingga dia menjadi semakin pusing.
Nada melihat pergerakan gadis itu dari handy-camnya yang sejak tadi sudah menyala. Dia merekamnya! Sama seperti Olivia yang merekam Danya.
Olivia masih berusaha merangkak menjauhi Nada dengan menjerit-jerit sekuat tenaga. Tetapi, Nada kembali mendekatinya dan menusuk-nusuk punggungnya dengan brutal. Darah kembali membanjiri dan menyiprat ke mana-mana—termasuk ke tubuh dan pakaian Nada sendiri. Setelah itu, Olivia tergeletak di lantai dengan sekarat. Nada membalikkan tubuhnya. Dia pun menusuk-nusuk perut Olivia sekarang. Darah semakin memuncrat. Perut itu terkoyak dan organnya hampir keluar. Gadis itu pun sempurna menutup netranya dengan mulut yang ternganga.
Akan tetapi, Nada tidak peduli. Dia tahu Olivia sudah mati. Tetapi, dia tetap merusak tubuh itu dengan menghujamkan pisaunya lagi dan lagi hingga kulit dan daging Olivia terkoyak-koyak.
Gadis itu mati di sana.
Anak seorang kepala kepolisian menjadi tersangka kasus pembunuhan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Killer [END]
Mystery / Thriller[SANG PEMBUNUH] 18+ PLAGIAT DILARANG MENDEKAT ❗ *** Blurb : Dokter Alferd merupakan dokter yang tampan dan berkarisma. Tetapi, itu semua pudar ketika dia ditemukan tewas secara mengenaskan di huniannya. Dirnada "Nada" Atlicia Hayes merupakan putri d...