The Killer [END]

[51]

Karena sudah terlanjur ketahuan, Tuan Ramon memberikan surat-surat dari Sang Pembunuh kepada Arman dan berharap Arman dapat menelaahnya lebih lanjut.

Arman pun membaca surat-surat terakhir itu; tentang kronologis bagaimana Sang Pembunuh membunuh korban-korbannya. Dapat dia simpulkan bahwa Sang Pembunuh sudah mengenal Julian sejak awal dan karena perkenalan itu, Dokter Alferd juga mengenalnya. Tetapi, Liliya dan Nyonya Vivian tidak mengenalnya.

Sang Pembunuh membantu Julian dalam mengerjakan tugas-tugas sekolahnya atau mengajarinya. Seperti Dokter Alferd yang mengajari Alice. Tetapi masalahnya, siapakah orang itu? Apakah dia perlu bertanya kepada Erick tentang siapa yang mengerjakan tugas-tugas Julian?

Yah, dia akan menanyakan hal itu nanti. Sekarang ini, dia akan bertemu dengan Nada dan Danya untuk membahas surat terakhir ini. Surat-surat terakhir ini memuat banyak sekali petunjuk. Sang Pembunuh benar-benar dekat dengan Julian serta dia juga dekat dengan para geng motor Alexander—mengingat dia juga ada di gedung tua.

Awalnya, Arman menghubungi Nada, tetapi Nada malah menolak panggilannya. Dia berdecak sebal dan segera beralih kepada Danya. Tanpa waktu lama, Danya mengangkat panggilan itu.

"Hallo, Ruth, Tuan Ramon memberikan surat dari Sang Pembunuh yang dia sebut sebagai surat terakhir. Di sini, dia menjelaskan kronologis kejadian pembunuhannya. Dan di sini juga banyak petunjuk. Sang Pembunuh mengatakan bahwa dia sudah mengenal Julian karena memiliki seseorang yang menghubungkan mereka. Tetapi, hubungan mereka semakin lama semakin dekat karena tugas-tugas sekolah Julian sering dikerjakan oleh Sang Pembunuh. Hal itu juga membuat Sang Pembunuh dan Dokter Alferd mengenal. Jadi, Dokter Alferd mempercayai Sang Pembunuh dan mengizinkannya masuk ke dalam mansion. Begitu pula Julian yang mengizinkan Sang Pembunuh masuk ke dalam mobilnya. Walau begitu, Nyonya Vivian dan Liliya tidak mengenalinya. Liliya bertemu dengannya di kelab malam. Nyonya Vivian juga. Dia menipu Nyonya Vivian dengan mengatakan padanya bahwa putrinya hendak ke rumah Sofiya. Nyonya Vivian yang pikirannya tidak jernih pun malah hendak pergi ke sana. Dan saat itulah, Sang Pembunuh membunuhnya. Aku akan kembali menelaah kamera pengawas yang merekam pergerakan mobil Nyonya Vivian sebelum menghilang. Sang Pembunuh mengatakan bahwa dia membuntuti Nyonya Vivian. Artinya, mobil Sang Pembunuh pasti berada di belakangnya."

Arman menjelaskan panjang lebar. Dia sangat antusias. Dia yakin bahwa dia akan segera menemukan Sang Pembunuh—dan hal itu juga diakui oleh Sang Pembunuh. Tetapi, Danya bergeming di balik panggilan itu. Dia mungkin menyimaknya, hanya saja tidak memberi jawaban seperti biasanya.

"Hallo?" Arman memastikan.

"Arman, aku sedang sangat kacau." Danya berkata pada akhirnya.

Arman menelan salivanya. Dia langsung ingat video bodoh antara Danya dan Olivia yang menyebar. Pasti Danya sangat kacau dan hampir gila melihat hal itu. Sebaiknya, Arman tidak membiarkan Danya mengikuti kasusnya dulu. Dia ingin Danya mencari solusi atas masalahnya atau mungkin menenangkan diri.

"Daniel, maafkan aku. Harusnya aku tidak membahas ini di hadapanmu sekarang. Tetapi, aku begitu antusias." Arman menelan salivanya. "Kau beristirahat saja. Aku akan menangani hal ini dengan Nada."

"Yah. Biarkan aku sendiri. Aku perlu mencari solusi atas masalahku saat ini," kata Danya.

"Ya. Kau bisa menuntut Olivia Castaneda atas hal itu. Aku akan membantumu."

"Yah, Zaphyr. Aku perlu sendiri selama beberapa waktu. Akan kuhubungi lagi nanti."

Setelah itu, panggilan Danya matikan.

Arman kembali membuka surat-surat yang masih ada dalam genggamannya. Dia kembali membaca surat itu di beberapa bagian. Pada akhirnya, dia menyadari satu hal yang dia abaikan sebelumnya. Pria itu mengernyitkan dahi. "Mahasiswa IT?"