Nada benar-benar mendaftar di ensambel itu. Dia berlatih violin dengan pelatih lain. Sungguh sial, padahal dia sangat ingin dekat dengan Sofiya. Tetapi, Sofiya lebih fokus pada anak-anak yang masih kecil. Hanya saja, sudah terlanjur. Tidak mungkin Nada segera pergi dari sana. Dia akan tetap mendekati Sofiya Eshaal alias Sang Alice.
Karena sudah memiliki basic dalam alat musik itu, Nada sama sekali tidak mengalami kesulitan. Bahkan, dia mampu memainkan Virus dari Beethoven. Agaknya, Sofiya tertarik dengan suara gesekan violin Nada. Jadi, ketika istirahat sejenak, secara tiba-tiba Sofiya mendekati Nada. Perempuan itu menawarkan jus jeruk dalam kotak untuk Nada. Nada langsung menerimanya dan mengingat pertama-kali dia berjumpa dengan Sofiya ketika dia ditendang oleh Leslie.
"Kau pernah bermain sebelumnya?" Sofiya menyedot jusnya sendiri. Dia tersenyum ke arah Nada.
Bagi Nada, Sofiya ini lumayan ramah. Tidak seperti yang Nada bayangkan atau yang Nada ketahui dari cerita Sang Pembunuh.
"Ekstrakurikuler di sekolah," balas Nada. "Terima-kasih jusnya."
Sofiya hanya membalasnya dengan senyuman. Perempuan itu tetap berdiri di samping Nada sembari memperhatikan anak-anak yang berlarian.
"Kita pernah bertemu sebelumnya, bukan?" Nada kembali membahas pertemuan mereka. "Di dekat kampusmu. Saat itu, aku melihat temanmu menendang seseorang dan menyuruhnya meminta maaf. Tetapi pada akhirnya... "
"Maafkan dia. Dia memang seperti itu," kata Sofiya.
"Oh, ya." Nada mengembuskan napas panjang. "Kau sendiri, sudah lama di sini?"
"Sejak tahun terakhir aku SMU. Tetapi sebelum itu, aku juga sudah memiliki basic. Ayahku seorang pemain yang andal. Kurasa, dia menurunkan semuanya kepadaku." Sofiya menoleh ke arah Nada. "Ngomong-ngomong, kau putri dari kepala kepolisian kota, bukan?"
Nada tahu bahwa Sofiya tahu akan hal itu. Wajah Nada sangat familier di kota itu. Jadi, dia tidak bisa mengelak. Dia hanya manggut-manggut.
"Tetapi aku tidak pernah ingin menjadi putrinya. Dia sangat jahat." Nada berusaha memancing pembicaraan ke arah kasus Alice. Dia mengatakan ayahnya jahat. Tentu, karena dia yang melindungi Dokter Alferd atas kejahatan yang dia lakukan kepada Alice.
Sofiya tidak menjawab hal itu.
"Dia sangat jahat. Dia tidak bisa menjalankan tugasnya sebagai seorang polisi," kata Nada.
Sofiya benar-benar tidak ingin membahas masalah itu. Dia diam. Nada tahu bahwa diamnya itu merupakan sebuah persetujuan; persetujuan yang menegaskan bahwa Tuan Ramon adalah jahat. Walau begitu, sosok seperti Sofiya tidak ingin membicarakan keburukan orang lain. Jadi, dia mengalihkan pembicaraannya. "Kenapa kau ingin bermain violin di sini? Jika dilihat-lihat, kau sudah hampir memasuki ujianmu. Harusnya kau belajar supaya dapat masuk universitas yang bagus."
Nada menggeleng. "Aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk memasuki universitas yang bagus. Tetapi jika kemampuanku tidak memadai, aku dapat masuk universitas yang biasa saja."
"Bukankah ayahmu agak kecewa jika begitu?"
"Biarkan saja. Oh, tadi kau bertanya kenapa aku bermain violin di sini? Karena sesungguhnya, aku ingin mencari aktivitas lain. Aku tidak memiliki teman."
Sofiya manggut-manggut sembari tersenyum. "Kau benar. Tidak memiliki teman bukanlah hal yang menyenangkan. Kita akan sangat kesepian."
"Bagaimana kau tahu jika tidak memiliki teman itu kesepian? Kau tidak memiliki teman?" Nada tertawa. Dia berniat mengorek informasi tentang Sofiya. Tetapi, itu jatuhnya malah mengejek. Hanya saja dia tahu bahwa Sofiya tidak akan marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Killer [END]
Misterio / Suspenso[SANG PEMBUNUH] 18+ PLAGIAT DILARANG MENDEKAT ❗ *** Blurb : Dokter Alferd merupakan dokter yang tampan dan berkarisma. Tetapi, itu semua pudar ketika dia ditemukan tewas secara mengenaskan di huniannya. Dirnada "Nada" Atlicia Hayes merupakan putri d...