[40]

125 21 1
                                    

Kau masih mengingatnya, Tuan Yuzak?

Si Bajingan Alferd menghadap kepadamu dan mengakui hal-hal bodoh serta tidak manusiawi yang dia lakukan kepada Alice.

"Aku akan memiliki anak. Dan sama seperti yang kauduga, itu bukanlah anak yang sah." Hanya itu yang dia katakan. Tetapi, itu mampu membuatmu melemparkan segala yang ada di atas meja kerjamu.

Aku tidak tahu apa yang kaupikirkan saat itu. Kau emosional. Kau tidak bisa menahan emosimu. Jadi, dibandingkan ribut dan didengar oleh orang-orang, maka kau memilih untuk menyuruh Si Bajingan Alferd untuk enyah dari ruanganmu sementara kau akan memikirkan solusi terbaik untuk permasalahannya.

Alferd pergi dari sana. Saat itu hujan—atau mungkin gerimis. Rintik-rintik air membasahi halaman mansion yang luas. Pria itu menghadapnya dengan tatapannya yang tajam. Sembari itu, dia mengeluarkan ponselnya dari dalam saku dan segera menghubungi Alice yang berada beberapa kilo-meter dari posisinya saat itu.

Tidak butuh waktu lama bagi Alice untuk menjawab panggilan itu.

"Bagaimanakah, Alferd? Apa yang telah kauputuskan? Aku benar-benar gelisah," kata Alice tanpa basa-basi dari balik ponsel itu.

Dokter Alferd terdiam cukup panjang. Dia sendiri belum tahu apa yang akan dia putuskan. Apakah dia harus menghabisi bayinya sendiri, atau membiarkannya begitu saja dengan Alice—tanpa bertanggung-jawab sedikit pun? Tetapi, jika pilihan kedua dia lakukan, bagaimana jika suatu waktu nanti, Alice mendatanginya dan mengatakan pada dunia bahwa anaknya jugalah anak dari Dokter Alferd? Itu berisiko. Risiko tentang citranya, keluarganya dan segalanya yang telah dia bangun dan dia miliki. Hanya saja, menghabisi bayi itu sama saja dengan menghabisi dirinya sendiri. Dia adalah seorang dokter. Dia telah menjalani sumpahnya. Dia tidak akan menjadi pembunuh. Bagaimana sekarang? Semua ini terjadi karena nafsu bodohnya semata. Dia benar-benar menghancurkan segalanya.

"Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Aku tidak bisa melakukan apa pun," kata Dokter Alferd pada akhirnya.

"Kau harus bertanggung-jawab, Alferd. Ini tidak se-simpel yang kaupikirkan. Kau menghancurkanku, kau menghancurkan segalanya termasuk dirimu sendiri," balas Alice. "Mungkin, aku akan dibunuh Miguel karena aku hamil di luar pernikahan."

"Makanya, jangan katakan jika kau hamil."

"Bagaimana bisa? Kau ini gila atau bagaimana? Kau seorang dokter. Bahkan orang dungu sekali pun tahu apabila perut akan membesar jika usia kandungan bertambah. Aku tidak bisa menyembunyikannya. Katakan padaku, aku harus apa?"

Dokter Alferd mengembuskan napas panjang. "Aku... " Dia berhenti bicara selama beberapa saat. Dia merasa dungu. Entah kenapa, dia sangat menyesal karena telah bermain-main dengan Alice. Harusnya dia tidak pernah melakukannya. Harusnya, dia tidak perlu bertindak jauh dengan menerima tantangan koleganya untuk tidur dengan putri Rudy. Ini adalah kesalahan atas tindakan bodohnya yang menjijikkan. Alice benar, dia harus bertanggung-jawab.

Saat itu, Alice mengatakan padaku bahwa agaknya, Dokter Alferd hendak bertanggung-jawab. Dia mungkin akan menikahi Alice, tetapi akan menyembunyikan hal itu. "Aku akan bertanggung-jawab penuh."

Alice lega mendengar hal itu. Tetapi, dia masih memiliki sedikit kerisauan. Tentang pendapat Miguel. Mungkin, Miguel akan menuduhnya sebagai pezina. Kakak angkatnya itu benar-benar sensitif atas masalah seperti ini.

"Mungkin aku akan menikahimu. Tetapi mungkin, ini akan tetap menjadi rahasia selamanya." Dokter Alferd mengembuskan napas panjang. "Maafkan aku."

Alice benar-benar tidak percaya bahwa Dokter Alferd mengucapkan maaf kepadanya. Dia menggelengkan kepalanya samar.

"Orang sepertiku pantas untuk mati, Alice," sambungnya. "Maafkan aku. Harusnya, aku tidak pernah berhubungan denganmu. Di sana; di perpustakaan itu, harusnya tidak pernah berlalu. Mobil, orkestra, mall, villa. Kenapa itu semua berlalu?"

The Killer [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang