Memata-matai seseorang tanpa perizinan pihak berwenang bukanlah hal yang benar. Tetapi, itu sudah menjadi bagian dari kegiatan permainan detektif-detektifan yang dilakukan oleh Nada dan Danya. Kali ini, mereka mengawasi Alexander Faulkner.
Danya ingat dari Pemuda itu—yang pernah dia bantu saat dirundung Leslie—bahwa Alexander Faulkner adalah anggota geng motor yang pembuat onar di kota itu. Sebenarnya, bukan berbahaya, tetapi mereka pengerusuh kota. Mereka sering merampok minimarket-minimarket dan menjabret pejalan kaki. Wajah-wajah mereka selalu berlalu-lalang di kantor polisi. Nama Alexander Faulkner juga beberapa kali tercatat di data kepolisian karena berkelahi dan menjambret. Walau terdengar konyol, tetapi orang seperti Alexander pasti sering-kali melakukan kekerasan terhadap musuh—atau orang yang tidak dia sukai.
"Ah, pantas saja Leslie sangat berani bermain-main dengan orang lain. Kekasihnya adalah preman. Dia pasti merasa dilindungi. Jadi, dia semena-mena dan tidak ada yang berani melawannya walau pun dia sendirian." Danya menatap Alexander yang sedang bermain gitar dipinggir jalan bersama teman-temannya; mengamen. Yah, apakah dia juga mengamen untuk mengisi waktu luangnya? Tentu saja. Bahkan, dia tidak memiliki pekerjaan tetap.
Nada berada di samping Danya. Dia juga menatap sosok Alexander ini. Dia tampak seperti pria yang kuat dengan lekuk tubuh yang atletis di balik jaket jeansnya. Dia dan teman-temannya beralih ke satu toko ke toko lainnya untuk mengamen dan menyanyi dengan suara mereka yang buruk. Dan kemudian, salah satu teman Alexander memaksa Sang Pemilik Toko untuk memberi mereka uang karena mereka sudah susah-susah menyanyi. Dan Sang Pemilik memberikan recehan daripada mempertaruhkan keselamatannya.
"Orang ini tampak gila," bisik Nada.
Setelah itu, Alexander dan teman-temannya pergi dari wilayah itu dengan motor besar mereka. Diam-diam, mobil Danya mengikuti dari belakang dengan santai. Danya tahu kalau orang seperti mereka tidak akan menyadari bahwa mereka tengah diikuti. Mereka cenderung bodoh—batin Danya.
Anehnya, Alexander dan teman-temannya pergi ke Jalan Dahlia. Dan bukan hanya itu, mereka berhenti di gedung tua—tempat di mana Julian berpesta minuman keras sebelum dia ditemukan tewas. Danya dan Nada saling bertatapan sejenak dan menghentikan mobil mereka dari jarak yang cukup jauh.
Motor-motor Alexander dan gengnya masuk ke dalam sana. Danya tidak akan masuk sebab jika begitu, tentu saja akan langsung ketahuan.
"Kenapa mereka ke sana?" tanya Nada.
"Kurasa, itu markas mereka," kata Danya.
"Jika itu adalah markas geng motor Alexander, mengapa Erick dan Julian bisa mabuk di sana?" tanya Nada.
Benar juga. Jika tempat itu diakui sebagai markas Alexander dan gengnya, seharusnya Erick, Julian dan yang lainnya tidak berpesta di sana. Tetapi, mengapa mereka melakukannya? Tidak ada yang tahu jawaban pastinya kecuali mereka sendiri.
Jadi, sembari menunggu Alexander, Nada ingin bertanya kepada Erick mengapa dia memutuskan untuk berpesta minuman keras di sana. Dia pun merogoh ponsel dari dalam sakunya dan menghubungi Erick.
Tidak butuh waktu lama bagi Erick untuk mengangkat panggilan itu.
"Hey, Erick. Apa yang kausembunyikan?" Nada berterus-terang tanpa basa-basi.
"Maksudmu?" Erick bertanya dengan keheranan di balik ponsel itu.
"Kau, Julian dan teman-temanmu yang lainnya berpesta minuman keras di gedung tua besar di Jalan Dahlia itu, bukan? Bagaimana kau ada di sana?" tanya Nada.
Erick terdiam selama beberapa detik sebelum dia menjawab. "Memangnya, kenapa kalau aku di sana? Hanya itu satu-satunya tempat yang bisa aku pakai."
![](https://img.wattpad.com/cover/358694698-288-k546647.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Killer [END]
Mistero / Thriller[SANG PEMBUNUH] 18+ PLAGIAT DILARANG MENDEKAT ❗ *** Blurb : Dokter Alferd merupakan dokter yang tampan dan berkarisma. Tetapi, itu semua pudar ketika dia ditemukan tewas secara mengenaskan di huniannya. Dirnada "Nada" Atlicia Hayes merupakan putri d...