[61]

106 7 6
                                    

Tuan Ramon dan timnya lebih sampai di hunian Danya lebih cepat dari Arman dan timnya. Mereka langsung menyergap rumah Danya. Pintu digedor-gedor dengan paksa oleh beberapa personil. Beberapa lainnya mengepung rumah itu. Tuan Ramon berdiri di halaman sembari bersiap siaga memegangi senapannya.

Pintu terbuka.

Akan tetapi—yang mengejutkan—bukan Danya yang keluar dari hunian itu. Melainkan putri Tuan Ramon sendiri—Dirnada Atlicia Hayes. Dia keluar dengan tubuh—atau mungkin pakaian—yang berlumuran darah. Para polisi itu kaget. Mereka saling bertatapan satu sama lain lantas menoleh ke arah Tuan Ramon. Dilihat dari sisi mana pun, Nada tidak terluka. Itu sudah jelas darah orang lain.

Tuan Ramon melangkah mendekati putrinya. Dia bertanya, "apa yang terjadi? Darah ini?"

"Aku membunuh Olivia Castaneda." Nada mengakuinya. Dia mengatakannya dengan pandangan kosong seperti seseorang yang telah tersihir.

Tuan Ramon menelan salivanya. Ini benar-benar kesalahannya. Sang Pembunuh mempermainkannya dan membalaskan dendamnya melewati perantara Nada. Rasanya menyakitkan melihat kondisi Nada seperti itu. Para personil juga mendengar pengakuan Nada. Dan jumlah mereka banyak. Setelah ini, jeruji besi akan menanti putrinya apalagi, dia sudah bukan di bawah umur lagi.

Tuan Ramon berusaha memutar otaknya dan mencari cara supaya Nada terbebas dari jeratan hukum. Tetapi, pemikirannya saat itu tidak jernih. Dia langsung menarik lengan putrinya dan hendak membawanya pergi dari sana.

Akan tetapi sebelum itu, Daniel keluar dari pintu yang sama. Posisinya hanya beberapa langkah di antara para polisi, Tuan Ramon dan Nada. Pemuda itu dengan santai memegangi ponselnya. Dia pun menatap para polisi.

"Aku tidak sengaja mengirim video pembunuhan Nada atas Olivia di grup sekolah. Bagaimana ini? Ingin kutarik lagi, tetapi sudah banyak yang melihatnya—atau mungkin ada yang sudah mem-backup datanya," kata Danya sembari tersenyum ke arah Tuan Ramon. "Katakan padaku apa yang harus kulakukan?"

Semua polisi yang ada di sana sudah menodongkan senjata ke arah Danya.

"Kenapa kalian berbuat begitu?" tanya Danya kepada salah satu anggota polisi yang menodongkan senjata. "Oh, kalian menyangka kalau aku adalah Sang Pembunuh?"

"Cukup basa-basi itu!" tandas Tuan Ramon. Dia pun menatap anak-anak buahnya. "Tembak dia!"

"Ta-tapi, Tuan. Kita tidak bisa melakukannya. Kita harus menangkapnya dulu," balas salah satu anggota.

"Sudah kubilang, tembak dia!" tandas Tuan Ramon. Sebenarnya, bukan hal yang benar tiba-tiba menembak Danya. Dia tidak melakukan perlawanan apa pun atau melakukan sesuatu yang saat itu membahayakan orang lain atau dirinya sendiri. Tetapi, emosi sudah menyebar pada diri Tuan Ramon. Dia tidak terima atas apa yang Danya lakukan pada putrinya tercinta. Yang dia inginkan hanyalah kematian pemuda itu.

Para anggota ragu, jadi mereka hanya menodongkan senjata mereka saja serta berharap supaya Arman segera datang dan menengahi segalanya.

"Ayah, jangan," kata Nada. Dia malah membela Danya.

Tuan Ramon membelalak. "Kau... dimanipulasi olehnya. Orang ini gila. Dia menghancurkanmu. Tidakkah kau memahaminya?"

Sirine mobil polisi yang lainnya datang. Itu adalah Arman dan timnya. Mereka segera mendekat ke teras—tempat di mana Tuan Ramon, Nada dan beberapa personil berada.

"Apa-apaan ini? Turunkan senjata kalian!" Arman memerintahkan. Dia tahu bahwa Danya tidak melakukan perlawanan. Dia tidak perlu ditembak. Itu menyalahi aturan.

Para anggota pun menurunkan senjata mereka tetapi tetap memeganginya untuk berjaga-jaga.

Arman cukup kaget melihat kondisi Nada yang berdarah-darah. Tadi, dia berfikir bahwa darah yang dikatakannya adalah darahnya sendiri atau dalam arti lain, Danya melukainya. Tetapi tidak ada luka apa pun di tubuhnya. Begitu pula Danya yang bersih. Jadi, darah itu pastilah milik orang lain. Arman dapat memainkan logikanya. Nada pasti membunuh orang lain—mungkin atas perintah Danya yang dia cintai. Dan belakangan ini, dia bermasalah dengan Olivia. Jadi, Arman dapat menyimpulkan bahwa Nada baru saja membunuh Olivia.

The Killer [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang