Dunia ajaib dalam imajinasinya memanglah indah. Tetapi, itu semua hanyalah fatamorgana. Alice tidak bisa melarikan diri dari kenyataan. Derajat, status sosial—semuanya tidak pernah sebanding. Mimpi akan setara dengan Ilya merupakan sebuah kemustahilan. Sekali lagi, itu hanyalah khayalannya. Dan dia secara terpaksa keluar dari sana sebelum mati tenggelam perlahan-lahan.
Dia menjadi jijik atas dirinya sendiri. Dia tidak pernah ingin lagi menatap parasnya di dalam cermin—walau dia harus melakukannya. Seperti seember susu yang ternoda dengan setitik tinta yang meluber. Dia selalu merasa menjadi gadis yang paling rusak, paling hina dan paling berdosa.
Alice-ku menjadi takut dengan segala hal. Dia mulai gemetar ketika orang-orang (terutama seorang pria) menatapnya. Lantas pada akhirnya, dia membuang baju-bajunya. Mendiang istri Mark memiliki setumpuk pakaian yang masih disimpan. Alice sesekali menggeledah lemari itu bersama Leslie. Lantas, dia menemukan mantel-mantel yang panjang dan panas. Alice-ku mengenakannya. Dia tidak ingin dilihat oleh siapa pun. Dia takut jika semua orang di dunia ini hanya memandangnya dengan nafsu seperti Si Bajingan Alferd.
Semuanya berubah. Termasuk keinginannya yang lenyap.
"Ilya, aku tidak ingin pergi ke psikologi klinis. Tekadku sudah bulat," kata Alice dalam suatu ketika, kala dia bertemu dengan Ilya dalam sebuah perpustakaan yang sepi.
Ilya termenung sejenak mendengar hal itu. Dia tidak tahu apa pun. Dia merasa bahwa selama ini Alice baik-baik saja dengan pengajaran dari Dokter Alferd. "Kenapa?"
"Aku tidak cocok di bidang itu. Aku pergi ke situs online dan menemukan survey tentang minat serta bakat. Aku cenderung lebih condong ke humaniora. Jadi, aku ingin pergi ke jurusan kesenian. Aku juga tidak akan mengincar universitas yang elit bergengsi. Aku ingin pergi ke universitas yang sama dengan Leslie." Alice menjelaskan.
Jujur, Ilya kecewa. Dia mendukung Alice sepenuhnya untuk pergi ke universitas yang sama dengannya dengan program studi psikologi klinis. Dia juga telah meminta pamannya—Dokter Alferd—untuk mengajari Alice secara pribadi. Tetapi tiba-tiba Alice berubah. Ada yang aneh. Tetapi, apakah Ilya pantas untuk tidak menyetujuinya?
Ilya merasa jika dia mengatakan bahwa dia tidak setuju, maka dia berfikir bahwa Alice akan merasa bahwa dia tidak menerima Alice apa adanya. Dia seolah sangat mementingkan status sosial. Jadi, pada akhirnya Ilya mengangguk saja. "Apa pun keputusanmu—asalkan itu positif—aku akan mendukungnya penuh." Dia tersenyum pada akhirnya sembari memegangi tangan Alice yang lembut.
Akan tetapi, Alice menghindarinya. Dia menghindari sentuhan Ilya. Dan sekali lagi, kini gerak-gerik itu aneh. Kemarin-kemarin, Alice masih mau—secara sembunyi-sembunyi—bergandengan tangan dengan Ilya atau diam saja ketika Ilya menyilakan rambut depannya yang berantakan. Hanya saja, Ilya tidak ambil pusing saat itu.
"Kau harus meminta maaf pada Dokter Alferd karena hendak lintas jurusan." Ilya mengembuskan napas. "Kurasa, dia akan sedikit kecewa."
Alice hanya menundukkan pandangannya.
Di saat yang bersamaan, lagi-lagi Dokter Alferd memasuki perpustakaan itu dengan buku-buku baru. Anak-anak lain mengejarnya dari belakang karena tidak sabar untuk membuka lembaran-lembaran dunia ajaib di dalam kertas-kertas yang wangi itu. Dokter Alferd menatap Ilya dan Alice. Dia tersenyum. Sementara Alice sama sekali tidak ingin menatapnya.
Alice pergi dari sana karena Miguel sudah meneriakinya untuk segera pulang. Dia tidak mengatakan sepatah kata pun kepada Ilya—dan bahkan melewati Dokter Alferd begitu saja. Ilya tahu bahwa ada kejanggalan dalam Alice.
Di dalam mobil, Alice duduk di jok depan. Sementara di belakang ada Leslie dan Kitty yang sama sekali tidak mengucap sepatah kata pun. Miguel memperhatikan Alice yang pucat. Dia bertanya, "ada apa denganmu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
The Killer [END]
Mystery / Thriller[SANG PEMBUNUH] 18+ PLAGIAT DILARANG MENDEKAT ❗ *** Blurb : Dokter Alferd merupakan dokter yang tampan dan berkarisma. Tetapi, itu semua pudar ketika dia ditemukan tewas secara mengenaskan di huniannya. Dirnada "Nada" Atlicia Hayes merupakan putri d...