Beberapa hari berlalu semenjak acara makan malam bersama keluarga Widjayakusuma dengan keluarga Bae berlangsung. Hari-hari Qira terasa lebih baik dari sebelumnya. Pasalnya, dia tak perlu terus mendengar rengekan dari Adnan juga Hyun Ok yang tak gentar ingin segera mendapatkan menantu.
Well, setidaknya untuk sementara.
Mood Qira cukup bagus meskipun kelelahan adalah resiko dari pekerjaan yang dia pilih. Sore itu, Reyhan tiba-tiba mendatangi Qira yang tengah sibuk mengemasi barangnya ke dalam tas.
"Hello... good afternoon, dear!" senyuman lima jari merekah sempurna di wajah Reyhan sembari berucap dengan gaya tengilnya.
Qira hanya melirik sekilas sebelum memberi reaksi dengan gelengan kepala. "Ada apa?" jawab Qira acuh tak acuh ketika selesai menutup risleting tasnya.
"Mmm... aku tahu mobilmu masih dibengkel, kamu mau pulang bareng?" sepasang mata obsidian gelap miliknya menatap wajah Qira yang sama sekali tidak menunjukan perubahan reaksi, hanya sebelah alis Qira saja yang terangkat dari wajah dingin nan indah seperti giok.
"Boleh,"
"Yess! " spontan Reyhan berteriak girang sembari bertepuk tangan.
"Oh, ya ampun," desah Qira pasrah melihat tingkah kekanakan Reyhan yang tak pernah berubah seraya berjalan terlebih dahulu menuju pintu.
"Tee-hee~" dengan jari menggaruk pipinya yang tidak gatal, Reyhan tertawa salah tingkah.
Selama di perjalanan seorang Reyhan tetaplah teman yang sama seperti dahulu, yang suka mengoceh juga banyak tingkah. Namun justru ke-randoman makhluk seperti inilah yang sulit ditemukan duanya. Hanya saja, akhir - akhir ini telah muncul pesaing dari se-frekuensi Reyhan yaitu, Keenan.
[Tamparan!]
Dengan sadar Qira menampar wajahnya saat tiba-tiba terbesit nama makhluk menyebalkan yang kehadirannya selalu menyulut emosi Qira dimanapun mereka berada.
"Ehh, kamu kenapa?" tanya Reyhan bingung. Pria itu baru sadar kalau ada sesuatu yang berbeda dari sosok Qira yang selama ini dia kenal.
Qira menoleh kepada yang terakhir. "Mmm... Tidak kok, bukan apa-apa." sempat ragu Qira menjawab sampai akhirnya dia mengeluarkan jawaban seadanya.
Tatapan penuh selidik dilayangkan oleh Reyhan seakan tak sesuai dengan jawaban yang ingin dia dengar. Mulut Reyhan berdecak sebal, "Ck, tolong kamu dengar ini ya, Qira... Kamu tidak sendiri, ada aku juga yang masih terluka pasca kepergian Dante tetapi ... show must go on~ Dan kita tidak mungkin terus berkutat dengan satu titik yang sama sementara kehidupan terus berjalan. Mau tidak mau hati harus belajar ikhlas, bahwa semua yang hidup pasti mati... semua makhluk yang bernyawa pasti akan menemui ajalnya suatu saat nanti."
Qira menoleh sempurna menghadap Reyhan yang tengah menceramahinya. Wajah dingin pun selalu menjadi andalan Qira.
"Mungkin kamu tidak sadar, kalau beberapa hari belakangan ini ada yang beda dari kamu. Entahlah, ada sesuatu yang seolah membuat kamu berbeda dari biasanya. Jadi, makanya aku menebak kamu masih sedih soal Dante. Tetapi ... melihat dari reaksi kamu kali ini, sepertinya aku yang salah mengira!" Qira hanya menanggapi dingin ocehan Reyhan.
Reyhan menolehkan wajahnya dan hanya disambut oleh tatapan dingin menusuk dari yang terakhir. "Kenapa? Kamu lagi kurang minum protein shake, ya?! Ya ampun... dingin banget respon kamu! Bisa lama-lama kamu persis vampire tahu 'kan?"
"Tidak," balas yang terakhir dengan dingin.
"Ck, ck, ck, dasar wanita kolot!"
"Terserah kamu sebut aku apa, tapi vampire atau masalah yang kamu singgung tadi ... itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan apa yang mengusik pikiranku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Separuh Aku Dirimu
Romance"Mengapa semua sangat berbeda dengan apa yang aku impikan selama ini!? Aku berniat segera kembali ke Pulau Bali untuk segera melamar Kak Yuyun... Tetapi, nampaknya Tuhan punya kehendak lain seperti plot twist di film-film. Sekarang dan selamanya, ak...