Bab 39 : Kita bicara empat mata

2 0 0
                                    

Qira membawa Keenan ke sebuah taman di tengah kota, sebuah taman yang cukup sepi namun masih ada kendaraan yang berlalu-lalang melintas.

"Wahh gilak... yang benar saja masa bulan depan sih?!" gerutu Keenan setelah duduk di bangku taman yang kosong.

Dengan meluruskan kedua kaki sebelum menyilangkannya dengan duduk elegan.

"Tidak boleh, pernikahan ini tidak boleh terjadi!" berulang kali Keenan menegaskan bahwa perjodohan ini merupakan sebuah kesalahan namun sampai detik ini, Qira belum menunjukan perlawanan yang frontal di hadapan kedua pihak keluarga.

"Heyy, kamu...! Kenapa diam saja, tolong bantu aku berpikir menemukan jalan untuk menggagalkan ide gila ini terjadi. Kenapa Kakak malah bengong saja sedari tadi?!" sergah Keenan mulai kesal.

Namun Qira masih bergeming dengan memunggungi Keenan yang tidak tahu sama sekali apa yang tengah ada di kepalanya Qira.

"Kamu—?!" tunjuk Keenan dengan jarinya.

Sedetik kemudian Qira berbalik badan dan berjalan cepat ke arah Keenan.

"Apa tadi kamu bilang, bisa kamu ulangi lagi...? Tadi kamu sebut aku Kakak, kenapa mendadak berubah begini!?" celoteh Qira tanpa henti.

"A-apanya yang mendadak berubah, memang salah ya kalau aku memanggilmu Kakak? 'Kan memang kamu 2 tahun lebih tua dari aku." ucap Keenan santai.

"Tidak boleh,"

"Tidak boleh apanya?!"

"Berhenti bersikap sok baik begitu!"

"Hehh, apa salahnya kalau aku ingin bersikap sedikit lebih sopan hah?!Sebenarnya apa sih masalah hidupmu sampai-sampai melarang aku segala?"

"Kamu! Bocah kekanakan kamu mana mungkin peka dan tahu!" tunjuk Qira tepat mengarah ke hidung Keenan.

"Ishh, tidak sopan menunjuk wajah seseorang begitu, tahu!" dengan santainya Keenan menurunkan tangan Qira.

"Dasar, manusia tidak tahu terimakasih! Kalau begini jadinya, mending kemarin aku biarin saja kamu mati kelaparan diatas sofa!" ucap Qira kesal seraya meluruskan dan melipat kedua tangannya di depan dada.

"Hah!? A-apa maksudnya kamu?!Bukannya Reyhan yang menyiapkan kompres serta bubur telur untuk aku ya? Dari mana kamu tahu kalau kemarin aku demam?!" wajah kesal Keenan berubah syok dan menatap panik kepada Qira yang terus melirik tajam kearahnya.

"Hmph! Aku malas mengakuinya, tapi itu memang benar aku." aku Qira dengan wajah dingin.

"Hahh....?! M-m-m-m-mana mungkin itu kamu!?" jatuh sudah wajah konyol Keenan dengan rahang bawah jatuh menatap syok atas pengakuan tiba-tiba yang keluar dari mulut Qira.

"Aishh, banyak sekali huruf 'M-nya!" dengus Qira sebal.

"Heyy, kamu jangan bercanda ya?" sergah Keenan yang jelas masih meragukan pengakuan Qira.

Qira menghela menghembuskan nafas kasar. "Tck...! Apa menurut kamu ada yang salah dari wajah serius aku?" tanya Qira pelan.

Sepasang mata obsidian gelap milik Keenan tampak gemetar saat memperhatikan wajah Qira yang justru bersikap dingin dan tenang, sama sekali tidak menimbulkan kecurigaan kalau perkataan random Qira adalah kebohongan.

"T-t-tepati bagaimana mungkin kamu bisa masuk ke dalam rumah aku!?" tanya  Keenan yang masih denial.

"Tck, jadi singkat cerita aku tengah selesai makan bersama Reyhan di restoran di pinggir pantai dan tiba-tiba entah dari mana kamu muncul dengan diseret paksa oleh temanmu yang bernama Matthew."

Separuh Aku DirimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang