Bab 53 : Kemampuan spesial Qira, melihat kenangan Devan

3 0 0
                                    

*Sementara di belahan bumi yang lain

Semua orang tengah menunggu di meja makan. Senyum ceria tak pernah padam dari wajah Marthaliani serta Hyun Ok. Mereka berdua semakin akrab satu sama lain.

"Eh, dimana cucuku?!" Lestari adalah orang pertama yang menyadari absennya Keenan diantara mereka.

"Lho, aku pikir dia sedang jogging lagi seperti kemarin." sahut Marthaliani.

Sementara Qira menatap lurus ke bangku kosong dihadapannya. Sejak semalam, Qira merasa kesepian sepeninggal Keenan. Deep talk yang mereka berdua lakukan ternyata berdampak positif bagi Qira.

Tanpa dia sadari, jauh di dalam lubuk hatinya yang terdalam... Qira menginginkan pernikahannya terjadi. Meskipun mulut terus menolak bahkan mencaci Keenan karena melihatnya membuat Qira terus merasa bersalah kepada mendiang Dante.

Padahal Qira sudah bersumpah pada dirinya akan menggunakan sisa usianya untuk membenci Keenan tetapi setelah waktu-waktu singkat yang mereka lalui bersama, seakan mampu membuka cara pandang Qira yang baru soal hidup.

"Bukan! Bukan berarti selama ini aku menjadikanmu sebagai pelarian ku dari Dante atau semacamnya. Tetapi saat bersamamu, aku seolah bisa temukan sisi diriku yang baru yang bahkan aku tak sangka-sangka." ucap Qira dalam hati.

Kulit tangan Qira terasa hangat dan merinding saat mengingat semalam tangan Keenan terluka karena melindungi kepalanya dari barang pohon yang runcing. Sehingga menyebabkan tangan Keenan berdarah.

".....Kamu selalu memikirkan kepentingan orang lain diatas kepentingan pribadimu. Dan kamu selalu berada satu langkah di depanku guna memastikan kalau aku bisa melangkah aman tanpa terluka." lanjut Qira tanpa sadar muncul semburat kemerahan dari wajahnya.

"Tetapi masih terlalu dini jika ini disebut dengan rasa cinta," imbuh Qira.

Dengan langkah tergesa-gesa Yeni menuruni anak tangga seraya menghampiri Marthaliani. "Ada apa? Mengapa kamu berlarian seperti di kejar hantu saja!" sempat Marthaliani melontarkan candaan kepada yang terakhir.

"Tenang-tenang, kamu atur nafasmu dahulu." saran Lestari kasihan melihat nafas Yeni yang terengah - engah.

"T-tuan muda, dia....?! Dia tidak ada dikamarnya! Jujur, semalam aku sempat curiga siapa yang malam-malam berlarian di dalam rumah, ternyata kalau aku tidak salah tebak itu adalah Keenan!" Mendengar penjelasan dari Yeni membuat Marthaliani sontak beridiri dari kursinya.

"APA?!" seru Marthaliani kaget.

"Tck, anak itu benar-benar selalu saja membuat masalah! BAGAS...?!" seru Louise yang tak lama kemudian seorang pria berlari tergesa-gesa melapor kepada Louise.

"I-Iya Tuan besar! Yang dikatakan oleh Yeni semua benar, saya sudah mengecek CCTV-nya berkali-kali... Bahwa semalam ada mobil yang keluar dari mansion." papar Bagas dengan seragam serba hitam.

"Hah, sejak semalam katamu?! Lantas siapa kiranya yang membiarkan Keenan pergi dengan mobil itu, atau dia pergi bersama supir?" tanya Louise bingung.

Tak berselang lama Joni datang menyerahkan diri.

"B-benar Tuan... saya berani bersaksi bahwa semalam yang mengantar Tuan Muda adalah saya sendiri." aku Joni dihadapan semua orang.

Kekesalan jelas tercetak di kening Louise. "Apa kamu bilang?! Kemana dia pergi...?!" sentak Louise menggeram marah.

"S-saya hanya mengantarkan sampai ke Bandara Soetta selebihnya saya dilarang tanya-tanya lagi. Tuan muda hanya berpesan, sedang ada urusan mendadak." seraya menundukkan wajah karena takut melihat Louise yang sedang kesal.

Separuh Aku DirimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang