"Tetapi menurutku, pernikahan akan nyaman jika dijalani bersama dengan orang yang tepat. Bukankah seharusnya kita menikahi orang yang kita cintai?"
Qira dengan jelas menangkap kesedihan dari wajah Keenan meskipun yang terakhir tidak mengatakan apapun soal itu.
"Tetapi... yang namanya jalan hidup seseorang, Tuhan seyogyanya telah menggariskan ketentuan dengan plot twist yang tak pernah kita duga sama sekali. Contoh sederhananya adalah kita, dua insan berbeda gender dengan jalan hidup yang berbeda tetapi saat ini... seolah dua pecundang tengah coba dipersatukan pada ikatan hitam diatas putih yang disebut dengan tali pernikahan." Keenan melempar pandangannya dan terkejut ketika Qira tengah menatapnya dengan intens.
Keenan detik itu juga baru tersadar kalau Qira tampak lucu jika sedang antusias mengamati sekitarnya. Ditambah sepasang mata obsidian gelap itu jelas melihat ada semburat kemerahan dari wajah dingin Qira.
"Katakan padaku jika kamu setuju dengan pendapatku." bisik Keenan.
"A-aku...?" Qira mendadak gugup saat di tatap intens oleh Keenan segera dia memalingkan wajahnya yang telah memerah itu.
Keenan menaikan sebelah alisnya, dengan sabar menunggu jawaban Qira.
"Sejujurnya, sampai kapanpun juga... aku tidak akan pernah bisa melupakan Dante. Sejauh manapun kaki ini melangkah, Dante 'kan selalu memiliki tempat spesial di hatiku. Dan untuk soal membuka hati... kurasa aku belum sepenuhnya siap sampai benar-benar yakin kalau aku telah menemukan pria yang tepat. Seperti kamu, aku juga mendambakan kehidupan pernikahan sederhana dengan suami juga anak-anakku kelak." Keenan tersenyum tipis mendengarkan suara hati Qira.
Ada kelegaan di hati Qira setelah mengatakan itu semua langsung dari lubuk hatinya yang terdalam. Dengan langkah pelan Qira berjalan kedepan karena ingin memetik tangkai bunga yang ada di depannya.
Namun karena tidak berhati-hati, kaki Qira tersandung akar pohon sakura yang berdiri tak jauh dari tempatnya berdiri.
"Kyaa...!" teriak Qira dengan panik saat wajahnya hampir menghantam pohon sakura.
Namun sebuah tangan dengan cepat melindungi kepala Qira dan rela menjadi penghalang.
"Shhh...!" desis Keenan kesakitan.
Qira segera mengambil tangan Keenan di depannya dan melihat telapak tangan Keenan yang berdarah. Qira menatap tajam ke tempat bekas Keenan melindunginya dan melihat ada batang pohon runcing disana.
"Kamu berdarah!" seru Qira, dengan santainya Keenan menarik kembali tangannya dari Qira.
"Bukan masalah, ini hanyalah luka kecil saja! Dan jika benar keinginan kamu seperti itu tadi maka... izinkan aku untuk perjuangkan hatiku sekali lagi!" ucapan Keenan yang tiba-tiba membuat Qira bingung.
"Aku akan pergi memperjuangkan cintaku sekali lagi, tolong do'akan yang terbaik ya untukku. Semoga saja, kali ini semesta merestui kami... Aku pergi dahulu Kak, sampai jumpa lagi."
Qira mematung di tempat, dibawah pengawasan mata obsidian gelapnya, Qira mengantar kepergian punggung Keenan. Qira mengangkat tangan seolah mencegah kepergiannya, namun semuanya hanyalah sia-sia belaka.
"J-jadi, bahkan kamu pun pergi sama seperti Dante yang tega meninggalkan aku seorang diri disini? Keenan...!" seru Qira namun dengan suara lirih.
"Kamu bilang akan memperjuangkan hatimu sekali lagi, huhh? Itu artinya...? Bukankah harusnya aku ikut senang ya, karena akhirnya masih ada harapan agar pernikahan ini batal? Tetapi, mengapa hatiku merasa hampa setelah kamu pergi? What's wrong with me?!" tanya Qira kepada dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Separuh Aku Dirimu
Roman d'amour"Mengapa semua sangat berbeda dengan apa yang aku impikan selama ini!? Aku berniat segera kembali ke Pulau Bali untuk segera melamar Kak Yuyun... Tetapi, nampaknya Tuhan punya kehendak lain seperti plot twist di film-film. Sekarang dan selamanya, ak...